28 April 2008

Tentang Ninik Mamak

Oleh : Muhammad Nasir, SS
Mahasiswa PPs IAIN “IB” Padang


Kaluak paku kacang balimbiang
Tampuruang lenggang lenggokkan
Anak dipangku kamanakan dibimbiang
Urang kampuang dipatenggangkan


Secara fungsional ninik mamak merupakan salah satu unsur dari tungku tigo sajarangan. Keberadaannya sangat mempengaruhi pelaksanaan kontrol sosial terhadap masyarakat. Tidak salah kalau ketimpangan dan langkah sumbang anak kemenakan dialamatkan pada “ketidakawasan” (awareless) ninik mamak.

Meskipun pernyataan ini belum mewakili pendapat masyarakat secara keseluruhan, namun hal ini telanjur menjadi opini yang berkembang di tengah masyarakat. Setidaknya untuk menambah kenyataan empirik, dalam bahasa pergaulan sehari-hari muncul istilah “ninik mamak” dan “ninik ngangak”. Beberapa pameo di atas memunculkan asumsi bahwa pertama; ada pergeseran peran ninik mamak dalam mengatur anak kemenakannya (masyarakat), kedua; ada pemerosotan (penurunan) peran ninik mamak dalam hubungan antar status di komunitasnya.

Untuk menyingkap judul tulisan ini, setidaknya ada seuntai pengertian yang harus dikemukakan. (1) Respon adalah tanggapan terhadap hal-hal yang ditangkap panca indra. (Albert;1997). Respon disini adalah segala sesuatu yang diketahui masyarakat melelui panca indra, kemudian di nilai, diberi makna dan memutuskan untuk bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna tersebut. (2) Masyarakat adalah sistem yang merupakan hubungan antar status dalam masyarakat yang saling mempengaruhi dalam pembentukan prilaku individu dalam satu komunitas (Mac Iver;1972). Definisi ini lebih dekat dengan pola hubungan antar individu pada masyarakat Minangkabau. Sementara, (3) Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan dan status. Setiap individu yang hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya berarti mejalankan suatu peran (Soekamto,1987). Dalam konteks ini adalah gambaran hak dan kewajiban individu yang berperan sebagai ninik mamak.
(4) Ninik Mamak versi Abdul Kadir Usman dalam Kamus Umum Bahasa Minangkabau Indonesia (Pustaka Anggrek;2002) menyebutkan ninik mamak adalah pemuka adat Minangkabau dalam pengertian umum.

Apa Masalahnya ?

Ninik Mamak adalah salah satu unsur tepenting dalam pengambilan kebijakan pembangunan masyarakat Minangkabau. Dengan demikian segala perubahan yang terjadi berada di bawah kendali ninik mamak. Dengan posisi dan perannya yang sangat strategis ini ninik mamak bisa menjadi pilar yang kokoh dalam membangun masyarakat Minangkabau.

Namun saat ini posisi dan peran ini terlemahkan dengan beberapa kasus seperti, pemerkosaan terhadap dokter gigi di Solok (2002), dan wacana pembubaran LKAAM yang notabene limbago-nya ninik mamak yang terkesan tidak punya pengaruh penting dalam pelestarian adat dan kebudayaan Minangkabau. Termasuk tidak bagusnya pola hubungan (koordinasi) Tungku Tigo Sajarangan saat ini. Bahkan contok teranyar, munculnya organisasi MTKAAM yang dinakhodai “Sang Datuk” Irfianda Abidin pantas dijadikan contoh sekaligus menjadi pertanyaan besar; ada apa dengan ninik mamak?

Berangkat dari persoalan kekinian (current issues) di atas muncul pertanyaan sebagai berikut: Apa peran ninik mamak selaku pemuka adat di tengah anak kemenakannya (baca; masyarakat), bagaimana respon masyarakat terhadap peran ninik mamak saat ini?, dan apa faktor yang mempengaruhi pergeseran dan penurunan peran ninik mamak di tengah anak kemenakannya ?

Persoalan di atas layak ditemukan jawabannya sesegera mungkin agar dapat menjadi obat mujarab sekaligus menjadi program untuk mengisi niat babaliak ka nagari disamping itu kajian-kajian yang komprehensif berikut hasilnya diharapkan bermanfaat bagi ninik mamak agar dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya terhadap anak kemenakannya. Kemudian bagipembuatan kebijakan (pemerintah) dalam program baliak ka nagari bukan hanya kembali ke bentuk pemerintahan nagari saja tetapi kembali kepada terwujudnya nilai-nilai dasar penyelenggaraan pembangunan masyarakat nagari dengan ninik mamak sebagai salah satu ujung tombak pembangunan.

Perlu kajian kritis

Ada semacam pesisimisme dari kaum intelek yang membahas fenomena ninik mamak ini. Bahwa sudah menjadi kelaziman bila seminar, penelitian lokakarya dan semacamnya tidak menghasilkan apa-apa, kecuali orasi dan onani pembicara seminar, atau forum maajan-ajan tuah para pembentang makalah. Padahal kebutuhan sekarang adalah program mewujudkan peran ideal ninik mamak setelah didahului kajian kritis.,yang didasarkan pada pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif. Maksudnya untuk melakukan pengukuran yang cermat dan akurat terhadap fenomena sosial seputar ninik mamak (merujuk pada Singarimbun;1987). Harapannya sejumlah data dan fakta yang terkumpul dapat memberikan informasi umum tentang aktifitas sosial ninik mamak.

Jadi, sebagai sumbang saran, program ba baliak ka nagari diharapkan tidak hanya mejadi program (baca;proyek) besar otonomi daerah, tetapi lebih jauh dapat menjadi gerakan sosial dan kultural (social/cultural movement). (16/8/2007)
Wallahu A’lam

No comments: