28 April 2008

Di Usia 59 Tahun, HMI Kesepian ?

Oleh : Muhammad Nasir
Mantan Pengurus HMI Cabang Padang (1999-2000)


(I)
5 Februari 2006, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) berusia 59 tahun sejak didirikan 5 Februari 1947/ 14 Rabiul Awal 1366 H yang lalu. Kelahiran HMI tidak lepas dari kondisi bangsa Indonesia yang tengah bertaruh mempertahankan kemerdekaan. Mahasiswa Indonesia yang sempat mengenyam pendidikan diperguruan tinggi larut dengan organisasi primordial semisal Himpunan Mahasiswa Djakarta (HMD), Perhimpunan Mahasiswa Djogjakarta (PMD) dan sebagainya. Umat Islampun tengah larut dengan isu Islam santri - Islam abangan, Kaum Tua – Kaum Muda, Islam Pembaharu – Islam Tradisional yang sengaja diperbesar oleh Belanda untuk memecah belah kekuatan bangsa. Lafran Pane, mahasiswa tahun I di Sekolah Tinggi Islam Yogyakarta gelisah dan tergetar hatinya untuk menyatukan kepentingan umat hanya pada “satu Islam” tanpa dikotomi. Gerakan ini ia mulai dengan mendirikan HMI.

Namun 5 tahun terakhir (2000-an hingga sekarang) HMI mengalami popularitas HMI menurun drastis bersamaan dengan menurunnya jumlah kader dan anggota organisasi, serta menurunnya frekwensi kegiatan keislaman,keummatan, dan kebangsaan yang selama ini menjadi concern mereka.

Pada saat yang bersamaan, organisasi mahasiswa yang dulunya terkonsentrasi pada lembaga dakwah kampus semisal Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) yang hadir sejak 1999 dan Gerakan Mahasiswa Pembebasan yang berafiliasi kepada Hizbut Tahrir menunjukkan perkembangan positif, baik dari jumlah keanggotaan maupun frekwensi kegiatan. Beberapa sumber menyebutkan, HMI mulai kehilangan perannya, bahkan wawasan keislaman kader-kader HMI mulai dipertanyakan.

Hal lainnya yang pantas dicermati adalah hilangnya kader-kader HMI di kampus bersamaan dengan menguatnya peran kader-kader lembaga dakwah kampus semisal KAMMI, GEMA Pembebasan (Hizbut Tahrir) dan yang fenomenal organisasi primordial/ paguyuban dengan basis anggota mahasiswa se daerah atau se almamater. Khusus yang tersebut terakhir, tumbuh dan berkembangnya organisasi paguyuban ini tidak lepas dari semangat otonomi daerah, khususnya ketika Pilkada langsung beberapa waktu yang lalu memeberikan peran yang lebih untuk mereka. Boleh dikata HMI menjadi pecundang, padahal tercatat lebih kurang 40 tahun HMI merajai kampus-kampus di seantero nusantara.

Kondisi ini tentu menyedihkan bagi HMI. Padahal organisasi mahasiswa modern dan tertua ini pernah disanjung oleh Panglima Besar Jendral Sudirman sebagai Harapan Masyarakat Indonesia. Harapan ini tentu tidak berlebihan mengingat HMI berpotensi besar menjadi “arus tengah” Islam, tanpa sensitivitas ormas semisal NU, Muhammadiyah, PERTI, Persis, Jam’iyatul washliyah dan sebagainya. Anggota HMI pada realitanya adalah warga NU, Muhammadiyah, PERTI, Persis, Jam’iyah al- washliyah dan sebagainya. HMI hanya mengenal satu Islam dengan penghormatan terhadap keberagaman pemahaman dalam memahami Islam. Tentang pemikiran besar ini Hmi berhasil melahirkan pemikir moderat Islam sekaliber Nurcholis Madjid, dengan konsep keislaman, keumatan dan keindonesiaannya sebagai praktik operasional kehidupan sosial dan keagamaan muslim Indonesia.

(II)
Entitas negatif

HMI sebagai organisasi muslim moderat tidak hanya berperan sebagai organisasi mahasiswa. Namun lebih jauh, perannya melampaui usia kadernya yaitu nyaris setara dengan ormas Islam NU, Muhammadiyah, PERTI, Persis, Jam’iyatul washliyah dan sebagainya.

Dengan kualifikasi kadernya sebagai insan akademis, HMI memainkan peran kecendikiawanan. Sebagai insan pencipta, HMI adalah manusia kreatif, dan anti kemapanan. Insan pengabdi sebagai manusia pekerja kebangsaan, keumatan dan keindonesiaan, serta tidak lepas dari Islam sebagai agama dan sistem nilai-nilai yang memotivasi gerakan HMI.

Kualifikasi diatas setidaknya telah teruji. HMI telah melewati fase voluntarism, sebagai pendukung perjuangan kebangsaan pada revolusi fisik 1947-1995, fase self organizing 1955-1960, fase tantangan 1960-1966, fase organisatoris 1966-1998 dengan peran agen pembangunan, pemikir kebangsaan dan sempat menjadi stock/ pusat inkubasi aktivis partai dan ormas. Terakhir fase reformasi , sebagai masa ironis bagi HMI. Pascagerakan reformasi HMI mengalami kemunduran.

Sementara HMI mandeg, organisasi massa pascareformasi menunjukkan perkembangan positif ibarat jamur di musim hujan. Benar-benar ironis bagi HMI. HMI kesepian ditengah meningkatnya animo masyarakat untuk mengiorganisir diri.


(III)
HMI berbenahlah !

HMI pemalas. Begitu salah satu penilaian mahasiswa yang menggetarkan hati. Kemampuan anggota HMI saat ini tidak lebih sebagai pendongeng tentang kejayaan masa lalu, tanpa mau belajar mengapa kesuksesan itu terjadi.

Jika tidak berbenah, HMI akan tinggal sejarah yang akan segera punah karena tidak masuk dalam kurikulum sejarah yang dipejari di sekolah-sekolah.
Selamat Ulang tahun HMI ke-59.

Padang, 2 Februari 2006

No comments: