15 November 2018

Syair Hujan



Syair Hujan
muhammad nasir

bibit yang sakit di tanah busuk, 
lumbung hilang kapuk 
rumah gadang tertangkap lapuk,
silam menjelang kelam

pernah 'kan kuimpikan
ia tumbuh di atap ijuk bak embun-embun sejuk
hijau di atas bukit , tundukkan mata muda pencari sejuk

itulah biji yang jatuh ke tanah tak berinduk
dulu! Sebab dialah yang hilir saat sungai mengayun-ayun sendu.
bibitpun enggan menjadi bangkai, meski luluh di rindu  pantai

pernah juga hujan rusak di tanah retak, air tak lagi hilir ke tubuh kita. kampung luluh lantak, apa daya tuhan berkehendak

pernah! dan ku kenang di sini dan nun di sana
mungkin juga di mana-mana
ia tumbuh selepas tanya ; tanya di lubang jejak!

mata muda ini mendadak sebak ;
panas terik tikam tengkorak tembus hingga ke otak
yang pasti hujan yang turun tak bersajak
sebab antah, waktu telah  menolak
bingkai tumbuh memenjara kehendak

sayang, ia tak bergerak hidup tak enak, mati tak hendak.  kenapa sayang?

(7/3/06)




Dinamika Islam di Filipina


Sejarah Islam Kawasan Asia Tenggara
Dinamika Islam di Filipina
 Oleh: Muhammad Nasir

Pendahuluan

Asia Tenggara merupakan kawasan terpenting dalam perkembangan Islam sejak abad ke-15 hingga ke-17. Sejak saat itu, paling tidak Islam diterima oleh beberapa negara besar dan umat Islamnya paling sering menjadi perbincangan dunia, yaitu, Indonesia dengan penduduk muslim terbesar, Malaysia, Brunai Darussalam, Singapura, Thailand dengan Muslim Pattani-nya hingga Filipina dengan Moro dan Abu Sayyaf-nya. Beberapa negara lainnya seperti Birma, Laos dan Kamboja meski ditemui penganut Islam, tetapi tidak terlalu signifikan aksi dan gerakan keislamannya. Negara-negara yang terakhir disebut pada umumnya berkembang dengan semangat Budha atau Hindu. Sementara Akbar S. Ahmed menganggap bahwa ”bahasa, agama dan budaya merupakan tanda-tanda penting untuk identitas kita”[i].

Asia Tenggara juga merupakan problem tersendiri bagi perkembangan Islam. Identitasnya sebagai kawasan sempat diragukan oleh berbagai kalangan. Anthony Reid misalnya bertanya, ”tetapi apakah ini (Asia Tenggara-pen) memang sebuah kawasan?...Asia Tenggara tidak mempunyai persamaan agama dan kebudayaan klasik yang besar  dan tidak pernah menjadi bagian dari sebuah negara (polity) tunggal. Menurut Reid, kawasan ini diberi nama untuk mempermudah penyebutan secara georafis yaitu dengan nama India Jauh (Further India) atau Indo-Cina.[ii]

Pendapat lainnya menyatakan secara historis kawasan ini telah menjadikan Islam sebagai dasar hubungan antar negara mereka. Hal ini bisa dilihat dari proses islamisasi yang bergerak dari titik Patani, Bugis-Makasar, Sulu-Manguindanao. Bukti lainnya sekitar abad ke-18 suasana ini telah dimanfaatkan untuk mengumandangkan perang sabil dengan landasan jihad melawan kafir dengan Selat Malaka sebagai porosnya.[iii]

Cacat Moral; Suara Hati dan Citra Publik

Cacat Moral; 
Suara Hati dan Citra Publik
Oleh Muhammad Nasir *



Sumber Ilustrasi: www.dictio.id

Setidaknya ada dua hal pokok yang diusung pemerintah berkaitan dengan pengayaan persyaratan dan kualifikasi calon kepala daerah pada revisi Undang-Undang  nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, yaitu; tidak cacat moral dan berpengalaman dalam pemerintahan. Kedua hal tersebut sekarang ini sama-sama menuai kontroversi banyak kalangan. Hanya saja, tulisan ini akan berputar-putar di sekitar moral.


Tentang yang pertama tadi yaitu tidak cacat moral. Tidak kurang para selebritis yang ikut serta dalam kompetisi calon kepala daerah ini merasa ditunjuk hidung dan seolah-olah revisi ini ditujukan untuk mereka. Dari laporan media massa beberapa selebritis seperti Maria Eva dan Julia Perez misalnya meradang. Memangnya, seberapa berat dosa “mesum” dan “pajang aurat” dibanding dosa korupsi atau  “mencueki” tetangga yang miskin? Lalu, mengapa cacat moral orientasinya selalu kepada prilaku seksual? tanya beberapa kalangan.


02 November 2018

Sekilas tentang Syi'ah

Sekilas tentang Syi'ah

A. ASAL USUL
Syiah secara umum adalah pengikut Khalifah Ali bin Abi Thalib. Kemunculannya sebagai kelompok teologi dan politik mulai terlihat sejak Peristiwa pertempuran Karbala. Pertempuran terjadi pada tanggal 10 Muharram, tahun ke-61 H (9 atau 10 Oktober 680) di Karbala, yang sekarang terletak di Irak. Pertempuran terjadi antara pendukung dan keluarga dari cucu Muhammad, Husain bin Ali dengan pasukan militer yang dikirim oleh Yazid bin Muawiyah, Khalifah Bani Umayyah pada saat itu.

Ilustrasi: Dakwatuna.com
Pihak Husain terdiri dari anggota-anggota terhormat keluarga dekat Muhammad, sekitar 128 orang. Husain dan beberapa anggota juga diikuti oleh beberapa wanita dan anak-anak dari keluarganya. Di pihak lain, pasukan bersenjata Yazid I yang dipimpin oleh Umar bin Sa'ad berjumlah 4.000-10.000.
Melihat perbandingan kedua belah pihak, sebenarnya peristiwa ini tidak layak disebut pertempuran, lebih kepada pengepungan dan pengeroyokan terhadap kelompok Husain yang terdiri dari orang tua, perempuan dan anak-anak. Sebagian besarnya keluarga Husain. Hanya sedikit yang dapat disebut layak sebagai tentara yang pantas untuk bertempur.