28 March 2018

DENGAN JIWA SEHAT,ORANG BISA BERPRESTASI



DENGAN JIWA SEHAT,ORANG BISA BERPRESTASI

Katik segera mempersilakan penulis duduk. Ia pun ambil posisi layaknya orang yang akan diwawancarai.

“Kesehatan itu perlu untuk hidup. Masyarakat Sungai Rambai hidup dari berkuli hari. Tentu saja membutuhkan energi yang prima. Tidak mungkin memaksakan diri untuk bekerja keras sementara kesehatan tidak terjaga”. Katik pun bertutur setelah penulis menayainya beberapa pertanyaan.

Siapakah sebenarnya Katik ?.
Katik atau aslinya Khatib adalah gelar adat dari Pasukuan Melayu yang disandangnya semenjak tahun 1996 yang lalu. Sebenarnya nama asli dari bujangan kelahiran Desember 1976 ini adalah Indra Budiman. Itulah sebabnya ia akrab dipanggil “Katik” sesuai dengan kebiasaan orang Minangkabau melafalkan kata Khatib. Dan ia berhak mendapatkan gelar ini karena ia memang  seorang yang fasih berbicara dan iapun sudah menamatkan pendidikannya di MTI Koto Panjang Lampasi 5 tahun yang silam.

Primadona itu bernama “BUNZI”

Primadona Itu Bernama Bunzi
Catatan Lapangan Muhammad Nasir
  
Pembuatan Kebun Gizi (Bunzi) merupakan salah satu dari mata rantai kegiatan Mari Sehat. Hasil kegiatan yang diharapkan adalah tersedianya kebun gizi sebagai salah satu sumber gizi keluarga. Selanjutnya adalah bagaimana bunzi ini dapat dijadikan sebagai salah satu usaha peningkatan keluarga.
ntisari Online - Grid.ID
Rasanya tidak berlebihan bila dikatakan bahwa Kab. 50 Kota sebagai daerah yang potensial untuk pertanian tanaman pangan. Apalagi bulan ini kabupaten 50 kota menargetkan panen raya tanaman pangan padi, sayuran dan sang primadona, gambir. Dan ini mencukupi untuk suplai kebutuhan masyarakat 50 kota. Apalagi di tunjang lahan yang cukup luas.  Tidak mustahil untuk membentuk kebun gizi dengan memanfaatkan sedikit lahan pekarangan atau memanfaatkan ember bekas, polybag dan sebagainya.

Adalah Sungai Rambai, salah satu Jorong di Solok Bio-Bio yang dijelajahi Program Mari Sehat kerja sama PCI dan Yayasan Totalitas dengan Pemkab 50 Kota, mulai menunjukkan prestasi dalam upaya pemanfaatan lahan untuk peningkatan gizi keluarga. Kebun Gizi yang digarap secara Gotong Royong sudah mampu menyuplai kebutuhan dapur 33 KK Jorong Sungai Rambai.

Masalah Rektor dan Semangat Akademik

Masalah Rektor dan Semangat Akademik
Muhammad Nasir

Foto: Persma.org
Baramulo kalam!
Sekitar Mei 2006 yang lalu, kampus IAIN Imam Bonjol terasa panas. Suasana itu tidak ada sangkut pautnya dengan peringatan sewindu reformasi yang diperingati hampir seluruh kampus di Indonesia. Menurut banyak orang, hal itu disebabkan tidak jelasnya nasib rektor IAIN pascapemilihan Desember 2005 lalu. Boleh dikata, jiwa zaman pada waktu itu adalah keresahan warga kampus tanpa rektor definitif. Terutama mahasiswa yang akan wisuda mulai khawatir, siapa yang akan menandatangani ijazah  mereka.

Dalam suasana yang seperti itu pula IAIN sempat diramaikan isu berkembangnya pemikiran liberal yang diusung oleh Jaringan Islam Liberal (JIL). Lembaga yang mengusung  semangat pembaharuan pemikiran keagamaan yang dipimpin Ulil Abshar Abdalla dituduh telah mendanai berbagai aktivitas ilmiah di IAIN Imam Bonjol Padang.

Gara-gara Batu Akik

Kenang-kenangan Ketika jadi Field Facilitator
di Nagari Solok Bio-Bio Kec. Harau Kabupaten Limapuluh Kota

Pak Acin, ketua Panitia Pembangunan SABS manggok!. Bahwa ancaman pengunduran dirinya sebagai ketua bukan sekadar gertak sambal. 
Sumber Foto: Fikiran Kita
iyo sabananyo pak Acin tu mangundurkan diri?”, Tanya saya kepada Kokek salah seorang panitia.
 Iyo, baliau indak main-main masalah itu doh. Den tau bana kalau inyo lah mancampakkan tajak (cangkul), barati lah panuah nan di inyo susah untuk kababaliak. Soalnyo, untuk mundur atau maulak sesuatu, biasonyo indak banyak kecek, kalau bagarah atau untuak manggertak biasonyo, banyak kecek liau tu, banyak pertimbangan nan diagiahnyo, Kokek memaparkan sifat dan karakter keras Pak Acin.

Urang Nan Ampek Jinih dan Jinih nan Ampek

Kepemimpinan Kolektif di Minangkabau
Oleh Muhammad Nasir

Urang Nan Ampek Jinih
·         Pangulu
·         Manti
·         Dubalang
·         Malin

Minangkabau dari segi struktur kepemimpinan menganut sistem kepemimpinan adat kolektif   yang berkedudukan disetiap Kaum atau Nagari. Dalam struktur kepemimpinan ini dikenal istilah Urang Nan Ampek Jinih  dan Jinih nan Ampek. Urang Nan Ampek Jinih adalah istilah untuk menyebutkan 4 (empat) unsur pemangku adat di Minangkabau. Sementara Urang Jinih nan Ampek adalah orang atau unsur yang membantu malin pemangku jabatan pelaksanaan keagamaan (syara’). Unsur Urang Nan Ampek Jinih tersebut adalah Pangulu (Penghulu), Manti, Dubalang dan Malin. Sementara Jinih nan Ampek tersebut adalah Imam, Katik (Khatib), Bila (Bilal) dan Qadhi. 

Jabatan Urang nan Ampek Jinih adalah jabatan turun temurun sebagaimana petitih (prosedur) Minangkabau:
Biriak-biriak turun ka samak
Tibo di samak taruih ka laman
Dari niniak turun ka mamak
Dari mamak turun ka kamanakan

24 March 2018

Ghost Fleet dan Indonesia Bubar 2030

*Ghost Fleet dan Prabowo*

Novel Ghost Fleet sudah dipopulerkan  Prabowo kepada orang Indonesia bahkan kepada "orang tunasastra" sekalipun.


Novel "Kapal Hantu"  adalah fiksi ilmiah karya penulis Amerika Serikat, yakni Peter Warren Singer dan August Cole. Peter Warren Singer adalah seorang peneliti politik dan perang asal Amerika Serikat. Selain itu, dia dikenal sebagai editor lepas dari majalah sains dan teknologi, Popular Science. Demikian _tribunnews.com_ mendeskripsikan sosok penulis novel menghebohkan tersebut. Novel itu, kalau tidak karya sastra tinggi, ya karya sastra pop atau karya kacangan.

Jika ia karya sastra tinggi tentu saja ia akan dibaca oleh pembaca berselera sastra tinggi. Kawan saya Abdullah Khusairi pernah bilang kepada jurnalis muda suara kampus, "bacalah karya sastra tinggi supaya nalar dan citarasa bahasa anda garing dan tak kering kerontang".

Jika ia karya pop alias "kacangan" maka ianya bagian dari budaya massa. Budaya massa itu sebagaimana "nan teralah" adalah produksi kapitalis. The Frankfurt School, pengampu aliran sosiologi mazhab kritis mengatakan budaya massa seperti adanya karya sastra populer ini, memiliki kekuatan destruktif  yang ditujukan pada audiens yang pasif.

Sebentar, mari berteori sedikit supaya terlihat intelek. Orang yang pernah belajar sastra mengatakan bahwa ada sebuah ilmu yang disebut "sosiologi sastra". Sosiologi sastra diartikan sebagai studi tentang hubungan antara karya sastra dan masyarakat. Hubungan ini bisa dua arah, yakni bagaimana konteks sosial memengaruhi penulis sastra dalam membangun imajinasinya dan bagaimana implikasi karyanya terhadap kehidupan sosial secara luas.

Pakar  sosiologi sastra berkeyakinan bahwa sastra tidak lagi otonom semata-mata  produk imajiner seorang penulis. Sangat mungkin ada hubungan saling memengaruhi dan timbal balik antara sastra dan masyarakat.

Salahsatu teori yang mapan dalam teori sosiologi sastra adalah Teori budaya tinggi/budaya populer. Teori ini menekankan pada pembagian karya sastra berdasarkan selera pembacanya.

Beberapa karya sastra digolongkan sebagai budaya tinggi, sisanya budaya populer atau budaya selera rendah. Kaum elit mengonsumsi karya seni tinggi termasuk karya sastra tinggi, sedangkan massa yang jumlahnya banyak mengonsumsi sastra populer.

Menurut John Storey (2006) budaya pop merupakan produk komoditas kapitalis dan karenannya satu-satunya signifikansi karya sastra budaya pop yang nyata adalah bahwa mereka meraup keuntungan bagi para  produsernya. Novel Dilan 1990 adalah sebuah contoh. Eta terangkanlah sendiri. siapa yang untung? Hmmm...bukan pengarangnya ya, ternyata.

Kembali ke Ghost Fleet. Novel ini agaknya bukan karya kacangan. Latar belakang dan reputasi pribadi penulisnya bukan sembarangan. Peneliti politik dan ahli strategi perang, kata Prabowo. Latarbelakang ini setidaknya menjustifikasi keahlian membangun alur cerita dan imajinasinya. Kata amak saya dahulu kala, orang pintar tidak kejatuhan ilmu dari langit. Tapi maradak-radak menggunakan otak.

Ghost Fleet adalah karya apocalyptic. Sebuah karya yang mengunggah masa depan berdasarkan pesan-pesan dan tanda dari masa lalu. Karya sastra apocalyptic kerap memberi prediksi tentang masa depan. Di Indonesia, ramalan Jayabaya dalam kitab Musasar _(al Asrar)_ yang digubah oleh Sunan Giri Prapen pada abad ke-16 adalah contohnya.

Interpretasi baru tentang sastra  apokaliptik yang ditulis sastrawan dewasa ini semestinya  dipandang sebagai sebuah gagasan yang tidak bertujuan memprediksi masa depan tetapi mengubahnya agar tidak terjadi seperti yang diceritakan. Demikian tulis Errol Hariss (2000) dalam _Apocalypse and Paradigm: Science and Everyday Thinking_

Prabowo yang politisi itu  sebenarnya sedang melakukan _early warning_ sebagaimana ilmuan lingkungan dan aktivis kenanusiaan sedang mengantisipasi penggambaran bencana-bencana besar di zaman yang akan datang sebagaimana terungkap dalam karya sastra apocaliptik. Eh...karya Fiksi Ilmiah kata yang lain.

😎 _Jadikah Indonesia bubar 2030? Bagaimana skenarionya?_ 😎

Ihi salah satu berita yang dapat membantu anda mengikuti wacana Indonesia Bubar 2030. Klik ya broo
Indonesia Bubar 2030

19 March 2018

Tando dan Simbol dalam Kebudayaan Minangkabau

Apa arti "tando" bagi masyarakat Minangkabau?
Tando merupakan landasan pemahaman bagi masyarakat Minangkabau. Kearifan dan keahlian membaca tanda menjadi penentu kecerdasan komunikasi masyarakat yang hidup dalam kebudayaan ini. hal ini dapat ditemukan dalam berbagai ungkapan dan penjelasan berbagai bendak/ artefak kebudayaan Minagkabau

Kemungkinan arti "Tando"
Tando atau tanda adalah terjemahan populer untuk kata ayat (آيَات) 

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ 

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (QS. Ali Imran: 190)

Dalam disiplin ilmu semiotik (ilmu tentang tanda), hal-hal tersebut dijadikan ‘kacamata’ untuk menilik berbagai fenomena budaya di sekitar manusia. Tanda muncul untuk menyatakan berbagai "kesepakatan" atau "penerimaan" atau "penolakan" terhadap sesuatu yang ada dalam masyarakat. Misalnya untuk mengenali identitas tiga luhak (luhak  nan tigo) masyarakat Minangkabau menggunakan warna hitam, kuning, merah. Untuk membedakan marawa luhak, susunan warna marawa luhak akan dikenali dari warna sebelah kanan luar (M Sayuti Dt. Rajo Panghulu, Harian Haluan)

15 March 2018

Saatnya Muslim Bicara!

Saatnya Muslim Bicara!

Data Buku:
Judul  Saatnya Muslim Bicara! Opini Umat Muslim tentang Islam, Barat, Kekerasan, HAM, dan Isu-Isu Kontemporer Lainnya.

Penulis            : John L. Esposito dan Dalia Mogahed
Penerbit           : Mizan Bandung
Cetakan           : Cet. Kedua 2008 
Tebal               : 254 halaman
Resensiator      : Muhammad Nasir

Apakah anda -sebagai seorang muslim yang dianggap bukan siapa-siapa- pernah dimintai pendapat mengenai isu-isu terhangat tentang Islam? Lalu, apakah pendapat anda itu menjadi penting?

Gallup Global Institut sudah melakukannya, menggagas jajak pendapat tingkat dunia (World Poll). Hasilnya dituangkan dalam buku “Saatnya Muslim Bicara! Opini Umat Muslim tentang Islam, Barat, Kekerasan, HAM, dan Isu-Isu Kontemporer Lainnya.” Memang bukan buku baru, tetapi isinya masih relevan dan jarang dikutip oleh juru bicara kita di televisi-televisi swasta.

Menurut Gallup, jajak pendapat itu didasarkan pada enam tahun riset dan lebih dari 50.000 wawancara terhadap responden yang mewakili 1.3 milyar Muslim di lebih dari 35 negara yang sebagian besar penduduknya Muslim atau memiliki penduduk Muslim yang signifikan. Jajak pendapat ini menjadi yang terbesar dan yang paling komprehensif di antara studi sejenis. Dalam pendahuluan buku ini disebutkan bahwa responden jajak pendapat itu adalah mayoritas yang dibungkam atau mungkin terbungkam (hal.13). Karena dalam jajak pendapat itu disertakan muslim Indonesia, barangkali saja andalah salah satu respondennya.

Ada banyak isu yang terapung-apung, tak jelas duduk perkaranya setelah peristiwa serangan 9/11 2001, di antaranya terorisme, radikalisme dan fundamentalisme yang dikaitkan dengan Islam, tatanan dunia baru dan sebagainya. Namun yang paling sering diungkap tentu saja yang terkait dengan Islam, baik tokoh Islam, orang Islam dan tema-tema Islam lainnya.

Hanya saja di tengah gelombang isu tersebut, siapakah sebenarnya yang mesti bicara atas nama Islam? Di kulit belakang buku ini tertulis pertanyaan yang provokatif, “Suara siapakah yang mewakili opini umat Muslim yang sesungguhnya? Kelompok Fundamentalis yang mengorbarkan permusuhan terhadap Dunia Barat? atau Kelompok liberal yang menyerukan "kebebasan berpikir" dengan kiblat Barat?

Terlepas dari kemestian di atas, buku ini sudah menyajikan fakta yang berharga bagi kita, bahwa dunia Islam terasa lebih lapang karena adanya pendapat alternatif.


Kita dan Dunia Polling

Polling atau jajak pendapat akhir-akhir ini menjadi popular di Indonesia, terutama terkait dengan isu-isu politik elektoral seperti pemilihan presiden, gubernur, bupati, walikota bahkan artis paling popular. Namun, belakangan, jajak pendapat justru menjadi hal yang memuakkan karena penyimpangan tujuan jajak pendapat itu sendiri. Misalnya untuk pencitraan seseorang atau untuk menipu publik dengan fakta-fakta palsu.

Indonesia sejak dihantam bola panas terorisme terasa agak terbakar dengan tuduhan yang tidak menyenangkan seperti sarang teroris, pabrik Islam radikal dan sebagainya. Media massa seperti sedang melakukan pembingkaian (framing) terkait dengan keberadaan sekelompok kecil ormas Islam radikal. Islam radikal-pun sering disebut dalam satu tarikan nafas dengan teroris. Itu disebabkan juru bicara Islam dalam kasus terorisme di Indonesia biasanya tokoh Islam yang dicurigai beraliran keras, tokoh Islam moderat yang anti dengan radikalisme, kepolisian dan teroris itu sendiri. Seolah-olah itulah suara Islam Indonesia sesungguhnya.

Mestinya polling perlu juga dijalankan untuk melihat masalah yang sering diributkan akhir-akhir ini seperti kasus Ahmadiyah dan sebagainya. Tujuannya agar suara dominan umat Islam terhadap suatu persoalan menjadi jelas. Tidak dibajak-bajak lagi atas nama “Umat Islam Indonesia”. Tetapi, umat Islam yang mana?


Kembali ke Buku ini

Buku ini enak dibaca. Hasil jajak pendapat itun ditulis oleh John L. Esposito, Pakar Dunia Islam yang otoritatif  bersama analis senior Gallup Dalia Mogahed. Buku ini dibagi kepada lima bagian yang nampaknya menjadi fokus perhatian jajak pendapat, yaitu pendapat umum yang menjelaskan Siapakah Kaum Muslim (bagian 1), pilihan jalur politik Islam, demokrasi atau teokrasi (bagian 2), Apa yang membuat seseorang menjadi Radikal (bagian 3), isu feminisme dalam “Apa yang diinginkan Kaum Perempuan (bagian 4) dan terakhir soal tata pergaulan global, “bertikai atau berdampingan? (bagian 5) 

Selain itu, pesan buku ini sangat mudah ditemukan. Berbagai fakta ditebar di hampir setiap halaman. Karen Armstrong, penulis Sejarah Tuhan memberi endorsement buku ini dengan sebuah rekomendasi "Bacaan wajib untuk para pembuat kebijakan, jurnalis, reporter, guru,mahasiswa, dan cendekiawan."

Akhirnya saya menurut saja dengan endorsement Karen Armstrong, tidak ada salahnya dibaca sebagai opini alternatif yang jarang-jarang bersua dan dikerjakan orang.

*Muhammad Nasir, Pembaca buku dan peminat sejarah.
  Aktif di Magistra Indonesia, Padang


tulisan lama

13 March 2018

Kutipan Buku Anthony Reid Tentang Minangkabau

Pedagang Minangkabau 
sebagai perintis internasionalisme modern Asia Tenggara

"Para Pedagang asal kanton, Fujian, Yunan, Hadramaut, Pantai Koromandel, Patani atau Minangkabau serta para ilmuwan pengelana dalam tradisi Muslim Buddha, Konfusius atau Kristen menjalankan fungsi di Asia Tenggara sebagai makelar barang dan gagasan yang memungkinkan setiap orang terjalin satu sama lain"

ANTHONI REID, Sejarah Modern Awal Asia Tenggara,  Jakarta: Pustaka LP3ES, 2004, h.54
______________

Hak Otonomi untuk pedagang Minangkabau 
di Makassar Abad 16-17

"Kelompok pedagang melayu yang diberi hak-hak istimewa perdagangan dan otonomi secara kolektif di Makassar oada pertengahan abad ke-16 dilaporkan berasal dari Johor, Patani,  Pahang, Minangkabau dan Campa (Sejarah Goa, 26-28, Reid 1993a:126-128)

ANTHONI REID, Sejarah Modern Awal Asia Tenggara,  Jakarta: Pustaka LP3ES, 2004, h.66

_______________

Masyarakat Batak dan Minangkabau
tak memiliki Negara

Masyarakat Minangkabau diikat jaringan kompleks kekerabatan dan hubungan pribadi.

ANTHONI REID, Sejarah Modern Awal Asia Tenggara,  Jakarta: Pustaka LP3ES, 2004, h.69

_______________

Daerah Otonomi Minangkabau

Setelah kejatuhan Malaka (1511), para pejabat Europa kecewa karena tidak dapat membuat  perjanjian dengan penguasa yang mengikat masyarakat Minangkabau, tak ada raja tunggal.

"...ada daerah otonom yang bisa mengikat diri sendiri seperti nagari di Minangkabau dan huta di Batak yang juga terlibat dalam hubungan timbal balik sangat canggih dalam bidang perniagaan, peperangan dan kebudayaan. Pada saat yang sama mereka mengakui Raja Pagaruyung yang statusnya tak dapat diganggu gugat. Raja tidak memiliki sumber daya ekonomi atau pranata untuk mempengaruhi prilaku orang yang dikuasai. Sebagaimana halnya Raja Sisingamangaraja dari Batak, Raja Pagaruyung berada dalam sebuah ranah yang sama sekali tidak memegang kendali terhadap otonomi kompleks masyarakat Sumatra (h.72)

Para penguasa Minangkabau mengklaim dalam surat2 dan stempel mereka sebagai pewaris kekuasan Aleksander Agung sang penakluk dunia, setara dengan raja-raja dari cina dan konstantinopel. (h. 73).

 (Drakard 1993) dalam ANTHONI REID, Sejarah Modern Awal Asia Tenggara,  Jakarta: Pustaka LP3ES, 2004, h.72-73

____________