Kepemimpinan Kolektif di Minangkabau
Urang Nan Ampek Jinih
Oleh Muhammad Nasir
Urang Nan Ampek Jinih
·
Pangulu
·
Manti
·
Dubalang
·
Malin
Minangkabau dari segi struktur kepemimpinan
menganut sistem kepemimpinan adat kolektif yang berkedudukan
disetiap Kaum atau Nagari. Dalam struktur kepemimpinan ini dikenal istilah Urang Nan Ampek Jinih dan Jinih
nan Ampek. Urang Nan Ampek Jinih adalah istilah untuk menyebutkan 4 (empat)
unsur pemangku adat di Minangkabau. Sementara Urang Jinih nan Ampek adalah orang atau unsur yang membantu malin pemangku
jabatan pelaksanaan keagamaan (syara’).
Unsur Urang Nan Ampek Jinih tersebut adalah Pangulu (Penghulu), Manti, Dubalang
dan Malin. Sementara Jinih nan Ampek tersebut adalah Imam, Katik
(Khatib), Bila (Bilal) dan Qadhi.
Jabatan Urang nan Ampek Jinih adalah jabatan turun
temurun sebagaimana petitih (prosedur) Minangkabau:
Biriak-biriak turun ka samak
Tibo di samak taruih ka laman
Dari niniak turun ka mamak
Dari mamak turun ka kamanakan
A.
Panghulu
Luhak Bapangulu
Rantau
Barajo
Pangulu
atau Penghulu adalah pemimpin suku dalam kaumnya. Dilihat dari tugasnya ada
tiga tingkatan pangulu, yaitu:
1.
Pangulu Suku
Pangulu Suku adalah pimpinan suku. Pangulu
suku disebut Pangulu Pucuak (pucuk).
Istilah ini digunakan oleh penganut sistem Kelarasan Koto Piliang. Sementara penganut sistem kelarasan
Bodi Caniago mnyebutnya Pangulu Tuo. Pangulu
Suku ini dipilih dari 4 (empat) suku yang ada di nagari.
2.
Pangulu Payuang
Pangulu Payuang adalah pemimpin dari
suku yang belum membelah diri. Oleh sebab itu Pangulu Payuang belum dapat
diangkat sebagai Pangulu Pucuak. Syarat
mendirikan sebuah nagari di Minangkabau harus terdiri dari empat suku. Jika empat
suku itu belum bisa terpenuhi, maka ia belum dapat menjadi sebuah nagari. Untuk
memenuhi persyaratan tersebut salah satu suku harus membelah diri.
Sebagai contoh, sebuah wilayah dihuni
oleh suku Sikumbang, Jambak dan Koto. Agar terpenuhi syarat mendirikan nagari
maka salah satu suku harus membelah diri. Misalnya, Suku Sikumbang karena memiliki kaum
yang lebih memungkinkan untuk memecah suku membelah sukunya menjadi dua, yaitu Sikumbang Ampek dan Sikumbang Tujuah. Istilah Sikumbang Ampek menujukkan bahwa suku
asalnya dalah Sikumbang dan Ampek menunjukkan 4 (empat) indu atau induak yang membentuk suku
baru ini.
3.
Pangulu Indu
Pangulu Indu adalah pemimpin warga suku dalam
kaumnya yang saindu. Indu di beberapa daerah juga disebut dengan paruik (perut).
Sumber: Gouzali Saydam, Kamus Lengkap Bahasa
Minang (Bagian Pertama), Padang, PPIM, 2004, halaman 281
Tugas Pangulu:
1.
Bertugas ke luar dan ke dalam suku dalam
memimpin urusan kaum atau urusan nagari. Karena tugasnya ini, pangulu disebut tagak dipintu adat.
2.
Bertugas memberi keputusan hukum adat. Hal ini
merujuk kepada kato adat:
kato
pangulu kato pusako
(kata penghulu kata pusaka)
pangulu tagak di pintu bana
(Penghulu
berdiri di pintu kebenaran)
Mahukum
adia bakato bana
(menghukum
dengan adil berkata (hukum) dengan yang benar)
3.
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya,
pangulu berwenang mengangkat pembantu atau perangkat atau wakilnya
langsung disebut panungkek Panungkek dapat mewakili penghulu dalam
tugas-tugas umum masyarakat adat seperti alek (pesta/ kenduri) kaum sukunya,
menghadiri ucok/ ucapan (undangan) alek di luar paruik, jurai dan atau di luar
alek sukunya di nagari. Sementara dalam dalam tugas yang prinsipil seperti
memimpin rapat “urang nan ampat jinih” atau mengambil keputusan dalam suku/
kaum, penghulu tidak boleh diwakili oleh panungkek
4.
Bertugas sesuai aturan, memelihara anak
kemenakan dan menjaga harta pusako
manuruik labuah nan luruih,
maikuik kato nan bana
mamaliharo anak kamanakan dan
manjago harato pusako
B. Manti
Manti (menteri)
adalah jabatan pembantu pangulu di dalam tatalaksana pemerintahan adat di
nagari. Tugasnya antara lain
1.
Tugas administrasi memeriksa perkara atau
sengketa, menyampaikan keputusan pangulu dan sebagainya.
2.
Tugas Proses menginformasikan dan mengkomunikasikan
penyelesaian perkara atau sengketa, adalah tugas yang tidak ringan. Manti
karena tugasnya di atas disebut tagak di
pintu susah.
3.
Membuat ranji warga suku, memeriksa ranji
kepemilikan tanah ulayat berdasarkan verifikasi terhadap mamak kapalo warih sebelum disahkan kerapatan adat.
C. Dubalang
Dubalang (Hulubalang) adalah pembantu penghulu dalam
bidang keamanan. Tugas dubalang adalah:
1.
Secara teknis bertugas menciptakan keamanan, ketertiban
dan kedamaian di dalam kampuang
2.
Membuat pertimbangan alternative untuk
mengangkat atau memberhentikan perangkat keamanan dan ketertiban kampuang.
3.
Karena tugasnya tersebut, dubalang disebut tagak di pintu mati. Bahwa resiko
terbesar yang dihadapi dubalang adalah kehilangan nyawa demi tegakna keamanan.
4.
Meski tugasnya terkesan keras dan tegas dubalang
tetap harus mengutamakan kesantunan dalam berbahasa dan kesopanan dalam
bertindak. Hal ini terungkap dalam kalimat:
Nan
karek makanan takiak, nan lunak makanan sudu
(yang
keras mesti ditakik, yang lunak mesti disudu)
Kalimat
diatas menunjukkan bahwa dubalang harus proporsional dalam bertugas. Mengambil kebijakan
sesuai dengan kemestiannya. Sementara untuk ketegasan, profesionalisme dan konsistensi
dalam melaksanakan tugas terungkap dalam kalimat berikut:
Kok kareh indak tatakiak, kok lunak ndak bisa disudu
(Keras
tak bisa ditakik, lunak tak bisa disudu)
D. Malin
Malin atau kadang-kadang disebut Malim adalah orang alim dalam agama
Islam. Jabatan ini muncul sebagai bentuk integrasi Islam dengan adat Minangkabau.
Adapun tugas Malin adalah:
1.
Bertanggungjawab kepada Pangulu dalam pelaksanaan kebijakan bidang keagamaan.
2. Bertugas merencanakan kegiatan untuk anak
kemanakan agar menekuni dan memahami ilmu agama dan ilmu umum. Dalam istilah Minangkabau tugasnya membuat
anak kemanakan pandai sumbayang jo mangaji,
pandai sikola jo babudi
3.
Menegakkan dan mengawasi pelaksanaan acara adat
agar sesuai dengan hukum syara’.
4.
Karena tugas-tugasnya di atas, Malin disebut tagak dipintu syara’ (agama)
Dalam
melaksanakan tugasnya, Malin diperkuat dengan unsure Urang Jinih Nan Ampek. Urang Jinih Nan Ampek tersebut yaitu Imam, Katik,
Bilal dan Qadhi.
Kredit Foto:
No comments:
Post a Comment