19 March 2018

Tando dan Simbol dalam Kebudayaan Minangkabau

Apa arti "tando" bagi masyarakat Minangkabau?
Tando merupakan landasan pemahaman bagi masyarakat Minangkabau. Kearifan dan keahlian membaca tanda menjadi penentu kecerdasan komunikasi masyarakat yang hidup dalam kebudayaan ini. hal ini dapat ditemukan dalam berbagai ungkapan dan penjelasan berbagai bendak/ artefak kebudayaan Minagkabau

Kemungkinan arti "Tando"
Tando atau tanda adalah terjemahan populer untuk kata ayat (آيَات) 

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ 

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (QS. Ali Imran: 190)

Dalam disiplin ilmu semiotik (ilmu tentang tanda), hal-hal tersebut dijadikan ‘kacamata’ untuk menilik berbagai fenomena budaya di sekitar manusia. Tanda muncul untuk menyatakan berbagai "kesepakatan" atau "penerimaan" atau "penolakan" terhadap sesuatu yang ada dalam masyarakat. Misalnya untuk mengenali identitas tiga luhak (luhak  nan tigo) masyarakat Minangkabau menggunakan warna hitam, kuning, merah. Untuk membedakan marawa luhak, susunan warna marawa luhak akan dikenali dari warna sebelah kanan luar (M Sayuti Dt. Rajo Panghulu, Harian Haluan)


Jika Tando dapat dimaknai dengan ayat, ayat yang dipahami oleh masyarakat Minangkabau, terutama setelah tersebarnya agama Islam adalah Ayat Qauliyah (Qur'aniyah) dan Ayat Kauniyah

a)  Ayat Qauliyah
Ayat-ayat qauliyah adalah ayat-ayat yang difirmankan oleh Allah SWT di dalam Al-Qur’an. Ayat-ayat ini menyentuh berbagai aspek, termasuk tentang cara mengenal Allah.

Pemahaman ayat Qauliyah ini dalam masyarakat Minangkabau dapat dikenali dari ungkapan "Tau mangaji mambaco Surek". Artinya orang Minagkabau harus bisa mengaji dan membaca (memahami) surek (ayat al Qur'an). "Surek" juga sering digunakan masyarakat Minagkabau untuk menyebut "Al Qur'an"
  
b)  Ayat Kauniyah
Ayat kauniyah adalah ayat atau tanda yang wujud di sekeliling yang diciptakan oleh Allah SWT. Ayat-ayat ini adalah dalam bentuk benda, kejadian, peristiwa dan sebagainya yang ada di dalam alam ini. Oleh karena alam ini hanya mampu dilaksanakan oleh Allah dengan segala sistem dan peraturanNya yang unik, maka ia menjadi tanda kehebatan dan keagungan Allah SWT.

Ayat Kauniyah bagi masyarakat Minangkabau adalah alam dengan segenap gejala dan prilakunya. Ayat Kauniyah ini dapat ditemukan dalam ungkapan yang hakiki dan majazi. dalam ilmu linguistik, tanda adalah hubungan yang bersifat langsung dengan keadaan. Tanda dibuat berdasarakan alam, dan telah dimaknai oleh manusia secara keseluruhan (Fatimah Djayasudarma:1993)

Contoh: Gabak di hulu "tando" ka hujan / mendung di hulu tanda akan terjadi hujan.

Ayat atau tando yang disampaikan dalam makna majazi atau simbolik juga tidak sedikit. Simbol/lambang adalah hubungan yang tidak langsung dengan kenyataan. Simbol dimengerti oleh kelompok tertentu dalam arti luas dan bersifat makna suka. Contohnya adalah apa yang tertulis dan apa yang terdengar, yang tergambar dan lain sebagainya. Kode merupakan sesuatu yang telah dipermanenkan dan dimengerti oleh kelompok tertentu (khusus). 

Contohnya kode dalam suatu sistem ilmu. Albert Einstein seorang ilmuan menggunakan simbol equivalent energy E=MC2. 

Hal ini juga dapat ditemukan dalam ungkapan Minangkabau, Tarandam indak basah, angek tadah pado galeh, taimpik nak di ateh, takuruang nak di lua dan lain-lain.

Dari pengertian itu, dapat dikatakan bahwa yang biasa diperhatikan, dibicarakan, dipercaya (diakui ada) oleh sekelompok orang (bukan seorang) dan menyiratkan maksud tertentu adalah simbol. Simbol tak hanya jatuh padah hal konkret saja, tapi juga mengenai hal yang abstrak.

Masyarakat Minangkabau kaya akan simbol. Terlebih lagi pada daerah yang homogen. Simbol-simbol itu di antaranya memuat pengajaran, mencakup tiap sisi kehidupan, dijunjung tinggi ‘diamalkan’ seperti pepatah-petitih. Pengajaran yang terdapat dalam bidang sosial contohnya, dikatakan bahwa sebuah perkara tak boleh tarandam-tarandam indak basah, tarapuang-apuang indak anyuik yang bermaksud bahwa persoalan harus didudukkan secara tegas, tak boleh dilalaikan penyelesaiannya.

Simbol yang ada pada penanda (signifiant) tarandam-tarandam indak basah, tarapuang-apuang indak anyuik memunculkan petanda (signifie) yaitu kecerdasan sikap (dari penutur) dalam memperhatikan hal yang unik. Hal yang tak biasa diperhatikan oleh orang lain, atau hal yang kebanyakan diabaikan, karena mungkin ada yang menganggap bahwa peristiwa kecil berlangsung di air itu (sungai) tak berarti apa-apa.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Tanda/Tando dalam kebudayaan Minagkabau dapat dibaca dalam berbagai pengertian. yang pertama dekat dengan pengertian ayat dan pengkategoriannya (ayat qauliyah dan kauniyah). yang kedua dapat dibaca dengan pendekatan ilmu linguistik (tanda dan simbol).

*Tulisan rintisan

kredit foto: Koleksi Tropen Museum



No comments: