17 May 2019

ADAT MINANGKABAU


Muhammad Nasir Kari Bagindo Sati 

A.        Pengertian Adat
Secara umum adat berarti kebiasaan suatu masyarakat yang disusun dan diepakati bersama oleh masyarakan penganutnya dan dilaksanakan serta diwariskan secara turun temurun dari masa ke masa.

Adat ditinjau dari aspek ide adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan di suatu daerah

Termasuk dalam pengertian Adat adalah kesatuan pelaksanaan kegiatan tradisi asli masyarakat yang bersumber dari peraturan peraturan hukum baik yang tertulis ataupun tidak tertulis, tumbuh dan berkembang serta dipertahankan dengan kesadaran secara turun temurun.

Secara spesifik, Adat Minangkabau adalah peraturan dan undang-undang atau hukum adat yang berlaku dalam kehidupan sosial masyarakat Minangkabau, terutama yang bertempat tinggal di Ranah Minang atau Sumatra Barat.

Dalam batas tertentu, Adat Minangkabau juga dipakai dan berlaku bagi masyarakat Minangkabau yang berada di perantauan di luar wilayah Minangkabau. Hal ini disebutkan dalam tuturan adat Minangkabau:
                       Gagak tabang jo hitamnyo
      Urang Minang tabang jo adatnyo


B.        Landasan Adat Minangkabau
Adat Minangkabau yang asli berlandaskan kepada ketentuan yang berlaku di Alam dan digerakkan dengan kekuatan budi. Tentang landasan dan sumber adat ini disebutkan:
                       Panakiak pisau sirauik
                       Ambiak galah batang lintabuang
                       Salodang jadikan nyiru
                       Nan satitiak jadikan lauik
                       Nan sakapa jadikan gunuang
                       Alam takambang jadikan guru

                       Kayu pulai di koto alam
                       Batangnyo sandi basandi
Jikok pandai di dalam alam
Patah tumbuah hilang baganti
Budi merupakan intisari dari nilai-nilai kebaikan dalam pikiran, perkataan dan perbuatan. Karena itu, masyarakat yang dicita-citakan oleh adat Minangkabau adalah masyarakat yang berbudi. Tentang budi sebagai kekuatan penggerak adat ini diuraikan dalam tuturan adat sebagai berikut:
                       Gajah mati maninggakan gadiang
                       Harimau mati maninggakan baling
                       Manusia mati maninggakan namo

C.        Pembagian Adat
Adat Minangkabau secara umum disebut dengan Adat nan Sabatang Panjang. Adat nan Sabatang Panjang berisi ketentuan adat yang berlaku umum di seluruh wilayah Minangkabau. Selain itu ada juga adat yang berlaku khusus dan terbatas di wilayah nagari adat tertentu. Adat jenis ini disebut Adat Salingka Nagari.

Adat Minangkabau terdiri atas empat jenis yaitu :
1.         Adat nan sabana Adat
2.         Adat nan diadatkan.
Kedua jenis Adat pada  nomor 1 dan 2 hukumnya babuhua mati (tidak boleh dirobah-robah walau dengan musyawarah mufakat sekalipun
3.         Adat teradat.
4.         Adat Istiadat.
Kedua jenis Adat pada nomor 3 dan 4 hukumnya babuhua sentak (boleh dirobah-robah asal dengan melalui musyawarah mufakat).

Penjelasan:
a.d. 1. Adat Nan Sabana Adat.
Adat nan sabana Adat, adalah ketentuan hukum, sifat yang terdapat pada alam benda, flora dan fauna, maupun manusia sebagai ciptaan-Nya (Sunatullah). Adat nan sabana Adat ini adalah sebagai sumber hukum Adat Minangkabau dalam menata masyarakat dalam segala hal. Ketentuan alam tersebut tidak bisa dibantah kebenarannya. Contoh adat api mambakari- adat aia mambasahi, artinya  api dan air sesuai ketentuan-Nya membakar dan membasahkan. Dia akan tetap abadi sampai hari kiamat dengan sifat tersebut, kecuali Allah sebagai sang pencipta menentukan lain (mengubahnya). Setelah Islam masuk dan dianut oleh masyarakata Minangkabau, Agama Islam serta seluruh ajarannya termasuk bagian penting dari adat Nan Sabana Adat, karena bersumber dari Allah SWT sang maha pencipta. Hal ini tersebut dalam ungkapan:
lauik barombak, gunuang bakabuik,
lurah baraia, api mambaka,
aia mambasahkan,batuang babuku,
karambia bamato, batuang tumbuah dibukunyo,
karambia tumbuah dimatonyo .
Alam sebagai ciptaan-Nya bagi nenek moyang orang Minangkabau merupakan sumber inspirasi perumusan adat sebagaimana pepatah-petitih Adat berikut ini:
Panakiak pisau sirawik, ambiak galah batang lintabuang,
silodang ambiakkan niru, nan satitiak jadikan lawik,
nan sakapa jadikan gunuang, Alam Takambang Jadi Guru.
a.d. 2. Adat Nan Diadatkan
Adat nan diadatkan adalah semua yang diadatkan (dijadikan adat) oleh niniak muyang berdasar pandangan universal, dengan tujuan/maksud untuk mempertahankan dan melanjutkan Minangkabau. Yang termasuk kategori adat nan diadatkan adalah ketentuan tentang suku, kaum, sako, pusako. Oleh sebab itu, menghapus adat nan diadatkan (suku, kaum, sako, pusako) adalah menghapus Minangkabau.

Kedua jenis Adat di atas tidak bisa dan tidak boleh diubah sebagaimana kata pepatah :
Adat nan tak lakang dek paneh, tak lapuak dek hujan,
dianjak tak layua, dibubuik tak mati,
dibasuah bahabih aia, dikikih bahabih basi.

a.d. 3. Adat Nan Teradat
Adat Nan Teradat merupakan hasil kesepakatan penghulu-penghulu dalam suatu nagari berdasarkan pada pokok-pokok hukum yang telah dituangkan oleh nenek moyang (Datuak Perpatiah Nan Sabatang dan Datuak Ketumanggungan) dalam pepatah-petitih Adat. Di sini berlaku hukum lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Seperti tatacara adat perkawinan, tatacara pengangkatan penghulu. Sebagai contoh dapat dipahami dari ungkapan adat yang terkait adat perkawinan sebagai berikut:
ayam putiah tabang siang, basuluah matohari,
bagalanggang mato rang banyak, datang bajapuik pai baanta,
arak sapanjang labuah, iriang sapanjang jalan.
Adapun tatacara pelaksanaan adat perkawinan itu sendiri dapat berbeda-beda di setiap nagari sesuai dengan hukum lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannyo. Tata cara pelaksanaan inilah yang diputuskan berdasarkan penghulu-penghulu di suatu nagari.

Begitu pula peresmian sako (gelar pusaka) kaum atau penghulu, ada nagari yang memotong kerbau, ada yang memotong jawi dan ada yang mambantai kambing, ada dengan membayar uang adat ke nagari yang bersangkutan. Semuanya adalah aturan pelaksanaan dari peresmian satu gelar pusaka kaum (Sako) yang diambil keputusannya melalui musyawarah mufakat. Adapun pokok-pokok hukumnya tetap mengacu kepada aturan Adat nan Sabatang Panjang:
Tanduak Ditanam, darah dikacau, dagiang dilapah

a.d. 4. Adat Istiadat
Adat Istiadat adalah peraturan-peraturan yang juga dibuat oleh penghulu-penghulu disuatu nagari melalui musyawarah mufakat sehubungan dengan sehubungan dengan kesukaan anak nagari seperti kesenian, olah raga, pencak silat randai, talempong, pakaian laki-laki, pakaian wanita, barang-barang bawaan kerumah mempelai, begitupun helat jamu meresmikan sako, marawa, tanggo, gaba-gaba, pelaminan dan sebagainya. Untuk adat Istiadat ini juga berlaku pepatah yang berbunyi :
Lain lubuak lain ikannyo, lain padang lain balalangnyo,
lain nagari lain adatnyo (Istiadatnya) .

Adat nan teradat dan Adat Istiadat tersebut adalah peraturan pelaksanaan dari aturan-aturan pokok yang telah diciptakan oleh nenek-moyang. Statusnya disebut dengan Adat nan babuhua sentak artinya : aturan Adat yang dapat dirobah, dikurangi, ditambah dengan melalui musyawarah mufakat dan selama tidak bertentangan dengan pokok hukum yang telah dituangkan dalam pepatah-petitiah ciptaan nenek-moyang (kato pusako) Adat.

Keempat jenis Adat tersebut merupakan suatu kesatuan yang tak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Sebagai pemudahan penyebutan, keempat adat tersebut di atas dapat  secara utuh disebut dengan Adat Istiadat Minangkabau.