Kenang-kenangan Ketika jadi Field Facilitator
di Nagari Solok Bio-Bio Kec. Harau Kabupaten Limapuluh Kota
Pak
Acin, ketua Panitia Pembangunan SABS manggok!. Bahwa ancaman pengunduran
dirinya sebagai ketua bukan sekadar gertak sambal.
Sumber Foto: Fikiran Kita |
“iyo sabananyo pak Acin tu mangundurkan diri?”, Tanya
saya kepada Kokek salah seorang panitia.
“Iyo, baliau indak
main-main masalah itu doh. Den tau bana kalau inyo lah mancampakkan tajak
(cangkul), barati lah panuah nan di inyo susah untuk kababaliak. Soalnyo, untuk
mundur atau maulak sesuatu, biasonyo indak banyak kecek, kalau bagarah atau
untuak manggertak biasonyo, banyak kecek liau tu, banyak pertimbangan nan
diagiahnyo, Kokek memaparkan sifat dan karakter keras Pak Acin.
Konon pengunduran diri Pak Acin karena tidak puas dengan cara
kerja dan kinerja anak kemenakannya. Di samping itu, ia merasa ditinggalkan
oleh beberapa orang muda yang sangat aktif dan menonjol dalam pembangunan ini.
Ia juga takut kehilangan pamor sebagai Tokoh Masyarakat (Tomas).“Kacau ampok
ko, keluh Kokek. Soalnya tokoh masyarakat yang satu ini merupakan tulang
punggung panitia.
Pertama;Sebagai seorang Datuak, hitam putih
Bio-Bio berada di mulutnya yang masin. Kedua; ia adalah
penanggung jawab sekian ratus hektar tanah yang dilalui jalur pipa air bersih
yang sedang di bangun.
Ketiga; ia adalah ninik mamak dari komunitas
Pasukuan Kutianyie Bio-Bio yang mengayomi hampir 80% penduduk Jorong itu.
Keempat; kemungkinan tidak ada orang yang
berani mengambil posisi yang pernah ia duduki bila prosesnya tidak ia ketahui.
Meski beliau mengundurkan diri, siapapun yang menggantikannya tetap bermakna
“kudeta” mengingat pengunduran dirinya karena ia sudah muak dengan cara kerja
anak kemenakannya.
Kelima; dan mungkin juga ada beberapa alasan
lainnya, pekerjaan tidak akan selesai.
Mengingat hal itu, bagi saya sebagai fasilitator, langkah
yang diambil Pak Acin adalah pemboikotan. Soalnya dengan berhentinya Pak Acin
adalah berhentinya pekerjaan. Ia bukan dictator, tetapi ia punya kuasa resmi (legitimated
power) dalam struktur adapt setempat. Saya bingung. Sekian cara yang saya
coba untuk membujuk beliau untuk kembali terlibat ternyata sia-sia. Dengan
dingin ia cuma menjawab, “maaf, ambo indak sato lai doh!!! Titik!!!”
Hampir satu bulan kondisi ini terjadi. Pak Dedi Rachman
konsultan SABS dari Bandung ini datang. Beberapa bujukan yang ia lancarkan
tidak mempan. Sampai satu ketika Pak Harry C. Lambertus Water Supply and
Sanitation Expert (WSSE) PCI ini pulang dari Bandung. Ia membawa beberapa batu
akik yang diniatkan untuk Pak Dedi yang juga Akik Mania. Pendek kata
Akik oleh-oleh Pak Harry ini sampai ke tangan Pak Deddy. Dalam putus asanya
membujuk Pak Acin, Pak Deddy mengusap akik oleh-oleh tersebut. Tiba-tiba…Pak
Deddy ingat jari Pak Acin yang dikerubungi beberapa batu akik sebesar telur
ayam. Bagai Tenno Heika dipanggil komandan battalion, Pak Deddy laksana
terbang menuju rumah Pak Acin lengkapnya Yasir Dt. Majo Bosa. Tak lupa batu
akik yang baru saja ia usap dibawa serta. Ibarat mengelus lampu Aladin pak
Deddy berhak beroleh tuah dari batu akiknya.
Di rumah Pak Acin…
”Pak Acin,saya mau nanyak atuh, batu
cincin Pak Acin namanya apa?” saya lihat itu bagus, tanya Pak Acin dengan
logat Sundanya.”
“Ooh ini namanya kecubung, ini limau
manih, dan ini…pak Acin menjelaskan satu persatu nama batu yang seram-seram
itu. Saya tidak tau banyak tentang batu.
Cerita merekapun semakin hangat persoalan batu.
“Pak, ini saya juga punya batu dari
Banduuung,kata Pak Deddy. Kalau Pak Acin suka, ambil aja, ini saya
kasih,tawar Pak Deddy seraya mengangsur Batu Akik ke tangan Pak Acin.
Luar biasa
reaksinya. Pak Acin sangat senang seperti Idris pertama sekali menapak sorga.
Dan sepertinya tidak mau lagi mengembalikan batu itu sebagaimana Idris tidak
mau lagi keluar dari Sorga.
”Pak
Acin, ini saya kasih kenang-kenagan buat Pak Acin, mudah-mudahan Pak Acin ingat
saya pernah bekerja di sini sama Pak Acin membangun SABS. Hitung-hitung
jauh-jauh datang kesini, saya dapat kenalan sesame pencinta batu akik,kata
Pak Deddy.
Nah.. apa yang terjadi? Pak Acin tersentak. Pak Deddy
jauh-jauh datang dari Bandung cuma dapat kenalan pecinta akik? pikir Pak Acin.
“aduh, maafkan saya Pak Deddy, saya sadar
sekarang, ternyata Pak Deddy jauh-jauh datang kesini untuk membantu kami
masyarakat sini membangun SABS. Ternyata saya sangat jahat, tega membiarkan Pak
deddy mati-matian memotivasi masyarakat saya, anak kemenakan saya untuk
membangun SABS yang nyata-nyata kebutuhan kami. Saya malu sama Pak Deddy.
Maafkan saya. Saya berjanji akan membantu Pak Deddy. Mulai nanti malam saya akan
umumkan di mesjid, bahwa mulai esok hari
Gotong Royong pambangunan SABS akan segera kita lanjutkan. Saya akan ambil
kembali cangkul yang pernah saya campakkan.
Begitulah hanya gara-gara cincin batu akik, Pak Acin kembali
aktif sebagai ketua Panitia Pembangunan SABS. Ini luar biasa. Pak Deddy sendiri
tidak pernah menduga efek batu akik itu sedemikian rupa. Ternyata hobby
seseorang bisa menjadi motivator untuk melakukan tindakan tertentu. Hobby yang
dimaksud tentu saja tidak ada hubungannya dengan niat baik (good will).
Sebab, jika Pak Acin cuma punya hobby dan punya hati sekeras batu akik, namu
tidak punya niat baik, tentu saja hadiah batu akik dari Pak Deddy tidak ada
pengaruhnya sama sekali. Mohon pakar psikologi atau ahli motivasi menteorikan
ini. Eureka…penemuan baru dengan cara usang…!!! [2003]
Muhammad
Nasir
Field
Facilitator Community Health and Nutrition through Community Empowerment
(CHANCE) Program Held by Project Concern International (PCI) Indonesia -
Totalitas Foundation Padang, West Sumatera
No comments:
Post a Comment