28 March 2018

Gara-gara Batu Akik

Kenang-kenangan Ketika jadi Field Facilitator
di Nagari Solok Bio-Bio Kec. Harau Kabupaten Limapuluh Kota

Pak Acin, ketua Panitia Pembangunan SABS manggok!. Bahwa ancaman pengunduran dirinya sebagai ketua bukan sekadar gertak sambal. 
Sumber Foto: Fikiran Kita
iyo sabananyo pak Acin tu mangundurkan diri?”, Tanya saya kepada Kokek salah seorang panitia.
 Iyo, baliau indak main-main masalah itu doh. Den tau bana kalau inyo lah mancampakkan tajak (cangkul), barati lah panuah nan di inyo susah untuk kababaliak. Soalnyo, untuk mundur atau maulak sesuatu, biasonyo indak banyak kecek, kalau bagarah atau untuak manggertak biasonyo, banyak kecek liau tu, banyak pertimbangan nan diagiahnyo, Kokek memaparkan sifat dan karakter keras Pak Acin.


Konon pengunduran diri Pak Acin karena tidak puas dengan cara kerja dan kinerja anak kemenakannya. Di samping itu, ia merasa ditinggalkan oleh beberapa orang muda yang sangat aktif dan menonjol dalam pembangunan ini. Ia juga takut kehilangan pamor sebagai Tokoh Masyarakat (Tomas).“Kacau ampok ko, keluh Kokek. Soalnya tokoh masyarakat yang satu ini merupakan tulang punggung panitia.

Pertama;Sebagai seorang Datuak, hitam putih Bio-Bio berada di mulutnya yang masin. Kedua; ia adalah penanggung jawab sekian ratus hektar tanah yang dilalui jalur pipa air bersih yang sedang di bangun.
Ketiga; ia adalah ninik mamak dari komunitas Pasukuan Kutianyie Bio-Bio yang mengayomi hampir 80% penduduk Jorong itu.
Keempat; kemungkinan tidak ada orang yang berani mengambil posisi yang pernah ia duduki bila prosesnya tidak ia ketahui. Meski beliau mengundurkan diri, siapapun yang menggantikannya tetap bermakna “kudeta” mengingat pengunduran dirinya karena ia sudah muak dengan cara kerja anak kemenakannya.
Kelima; dan mungkin juga ada beberapa alasan lainnya, pekerjaan tidak akan selesai.
Mengingat hal itu, bagi saya sebagai fasilitator, langkah yang diambil Pak Acin adalah pemboikotan. Soalnya dengan berhentinya Pak Acin adalah berhentinya pekerjaan. Ia bukan dictator, tetapi ia punya kuasa resmi (legitimated power) dalam struktur adapt setempat. Saya bingung. Sekian cara yang saya coba untuk membujuk beliau untuk kembali terlibat ternyata sia-sia. Dengan dingin ia cuma menjawab, “maaf, ambo indak sato lai doh!!! Titik!!!”

Hampir satu bulan kondisi ini terjadi. Pak Dedi Rachman konsultan SABS dari Bandung ini datang. Beberapa bujukan yang ia lancarkan tidak mempan. Sampai satu ketika Pak Harry C. Lambertus Water Supply and Sanitation Expert (WSSE) PCI ini pulang dari Bandung. Ia membawa beberapa batu akik yang diniatkan untuk Pak Dedi yang juga Akik Mania. Pendek kata Akik oleh-oleh Pak Harry ini sampai ke tangan Pak Deddy. Dalam putus asanya membujuk Pak Acin, Pak Deddy mengusap akik oleh-oleh tersebut. Tiba-tiba…Pak Deddy ingat jari Pak Acin yang dikerubungi beberapa batu akik sebesar telur ayam. Bagai Tenno Heika dipanggil komandan battalion, Pak Deddy laksana terbang menuju rumah Pak Acin lengkapnya Yasir Dt. Majo Bosa. Tak lupa batu akik yang baru saja ia usap dibawa serta. Ibarat mengelus lampu Aladin pak Deddy berhak beroleh tuah dari batu akiknya. 

Di rumah Pak Acin…
Pak Acin,saya mau nanyak atuh, batu cincin Pak Acin namanya apa?” saya lihat itu bagus, tanya Pak Acin dengan logat Sundanya.”
Ooh ini namanya kecubung, ini limau manih, dan ini…pak Acin menjelaskan satu persatu nama batu yang seram-seram itu. Saya tidak tau banyak tentang  batu. Cerita merekapun semakin hangat persoalan batu.
“Pak, ini saya juga punya batu dari Banduuung,kata Pak Deddy. Kalau Pak Acin suka, ambil aja, ini saya kasih,tawar Pak Deddy seraya mengangsur Batu Akik ke tangan Pak Acin.
            Luar biasa reaksinya. Pak Acin sangat senang seperti Idris pertama sekali menapak sorga. Dan sepertinya tidak mau lagi mengembalikan batu itu sebagaimana Idris tidak mau lagi keluar dari Sorga.
                        Pak Acin, ini saya kasih kenang-kenagan buat Pak Acin, mudah-mudahan Pak Acin ingat saya pernah bekerja di sini sama Pak Acin membangun SABS. Hitung-hitung jauh-jauh datang kesini, saya dapat kenalan sesame pencinta batu akik,kata Pak Deddy.
Nah.. apa yang terjadi? Pak Acin tersentak. Pak Deddy jauh-jauh datang dari Bandung cuma dapat kenalan pecinta akik? pikir Pak Acin.

             aduh, maafkan saya Pak Deddy, saya sadar sekarang, ternyata Pak Deddy jauh-jauh datang kesini untuk membantu kami masyarakat sini membangun SABS. Ternyata saya sangat jahat, tega membiarkan Pak deddy mati-matian memotivasi masyarakat saya, anak kemenakan saya untuk membangun SABS yang nyata-nyata kebutuhan kami. Saya malu sama Pak Deddy. Maafkan saya. Saya berjanji akan membantu Pak Deddy. Mulai nanti malam saya akan umumkan  di mesjid, bahwa mulai esok hari Gotong Royong pambangunan SABS akan segera kita lanjutkan. Saya akan ambil kembali cangkul yang pernah saya campakkan.

Begitulah hanya gara-gara cincin batu akik, Pak Acin kembali aktif sebagai ketua Panitia Pembangunan SABS. Ini luar biasa. Pak Deddy sendiri tidak pernah menduga efek batu akik itu sedemikian rupa. Ternyata hobby seseorang bisa menjadi motivator untuk melakukan tindakan tertentu. Hobby yang dimaksud tentu saja tidak ada hubungannya dengan niat baik (good will). Sebab, jika Pak Acin cuma punya hobby dan punya hati sekeras batu akik, namu tidak punya niat baik, tentu saja hadiah batu akik dari Pak Deddy tidak ada pengaruhnya sama sekali. Mohon pakar psikologi atau ahli motivasi menteorikan ini. Eureka…penemuan baru dengan cara usang…!!! [2003]

Muhammad Nasir
Field Facilitator Community Health and Nutrition through Community Empowerment (CHANCE) Program Held by Project Concern International (PCI) Indonesia - Totalitas Foundation Padang, West Sumatera

No comments: