Saatnya
Muslim Bicara!
Data Buku:
Judul Saatnya Muslim Bicara! Opini Umat Muslim tentang Islam, Barat,
Kekerasan, HAM,
dan Isu-Isu Kontemporer Lainnya.
Penulis : John L. Esposito dan Dalia
Mogahed
Penerbit : Mizan
Bandung
Cetakan :
Cet. Kedua 2008
Tebal :
254 halaman
Resensiator :
Muhammad Nasir
Apakah
anda -sebagai seorang muslim yang dianggap bukan siapa-siapa- pernah dimintai
pendapat mengenai isu-isu terhangat tentang Islam? Lalu, apakah pendapat anda
itu menjadi penting?
Gallup
Global Institut sudah melakukannya, menggagas jajak pendapat tingkat dunia
(World Poll). Hasilnya dituangkan dalam buku “Saatnya Muslim Bicara! Opini Umat
Muslim tentang Islam, Barat, Kekerasan, HAM, dan Isu-Isu Kontemporer Lainnya.” Memang
bukan buku baru, tetapi isinya masih relevan dan jarang dikutip oleh juru
bicara kita di televisi-televisi swasta.
Menurut
Gallup, jajak pendapat itu didasarkan pada enam tahun riset dan lebih dari
50.000 wawancara terhadap responden yang mewakili 1.3 milyar Muslim di lebih
dari 35 negara yang sebagian besar penduduknya Muslim atau memiliki penduduk
Muslim yang signifikan. Jajak pendapat ini menjadi yang terbesar dan yang
paling komprehensif di antara studi sejenis. Dalam pendahuluan buku ini
disebutkan bahwa responden jajak pendapat itu adalah mayoritas yang dibungkam
atau mungkin terbungkam (hal.13). Karena dalam jajak pendapat itu disertakan
muslim Indonesia, barangkali saja andalah salah satu respondennya.
Ada
banyak isu yang terapung-apung, tak jelas duduk perkaranya setelah peristiwa
serangan 9/11 2001, di antaranya terorisme, radikalisme dan fundamentalisme
yang dikaitkan dengan Islam, tatanan dunia baru dan sebagainya. Namun yang
paling sering diungkap tentu saja yang terkait dengan Islam, baik tokoh Islam,
orang Islam dan tema-tema Islam lainnya.
Hanya
saja di tengah gelombang isu tersebut, siapakah sebenarnya yang mesti bicara
atas nama Islam? Di kulit belakang buku ini tertulis pertanyaan yang provokatif,
“Suara siapakah yang mewakili opini umat Muslim yang sesungguhnya? Kelompok
Fundamentalis yang mengorbarkan permusuhan terhadap Dunia Barat? atau Kelompok
liberal yang menyerukan "kebebasan berpikir" dengan kiblat Barat?
Terlepas
dari kemestian di atas, buku ini sudah menyajikan fakta yang berharga bagi
kita, bahwa dunia Islam terasa lebih lapang karena adanya pendapat alternatif.
Kita dan Dunia
Polling
Polling
atau jajak pendapat akhir-akhir ini menjadi popular di Indonesia, terutama
terkait dengan isu-isu politik elektoral seperti pemilihan presiden, gubernur,
bupati, walikota bahkan artis paling popular. Namun, belakangan, jajak pendapat
justru menjadi hal yang memuakkan karena penyimpangan tujuan jajak pendapat itu
sendiri. Misalnya untuk pencitraan seseorang atau untuk menipu publik dengan
fakta-fakta palsu.
Indonesia
sejak dihantam bola panas terorisme terasa agak terbakar dengan tuduhan yang
tidak menyenangkan seperti sarang teroris, pabrik Islam radikal dan sebagainya.
Media massa seperti sedang melakukan pembingkaian (framing) terkait dengan
keberadaan sekelompok kecil ormas Islam radikal. Islam radikal-pun sering
disebut dalam satu tarikan nafas dengan teroris. Itu disebabkan juru bicara
Islam dalam kasus terorisme di Indonesia biasanya tokoh Islam yang dicurigai
beraliran keras, tokoh Islam moderat yang anti dengan radikalisme, kepolisian
dan teroris itu sendiri. Seolah-olah itulah suara Islam Indonesia sesungguhnya.
Mestinya
polling perlu juga dijalankan untuk melihat masalah yang sering diributkan
akhir-akhir ini seperti kasus Ahmadiyah dan sebagainya. Tujuannya agar suara
dominan umat Islam terhadap suatu persoalan menjadi jelas. Tidak dibajak-bajak
lagi atas nama “Umat Islam Indonesia”. Tetapi, umat Islam yang mana?
Kembali ke Buku
ini
Buku
ini enak dibaca. Hasil jajak pendapat itun ditulis oleh John L. Esposito, Pakar
Dunia Islam yang otoritatif bersama
analis senior Gallup Dalia Mogahed. Buku ini dibagi kepada lima bagian yang
nampaknya menjadi fokus perhatian jajak pendapat, yaitu pendapat umum yang
menjelaskan Siapakah Kaum Muslim (bagian 1), pilihan jalur politik Islam,
demokrasi atau teokrasi (bagian 2), Apa yang membuat seseorang menjadi Radikal
(bagian 3), isu feminisme dalam “Apa yang diinginkan Kaum Perempuan (bagian 4)
dan terakhir soal tata pergaulan global, “bertikai atau berdampingan? (bagian
5)
Selain
itu, pesan buku ini sangat mudah ditemukan. Berbagai fakta ditebar di hampir
setiap halaman. Karen Armstrong, penulis Sejarah Tuhan memberi endorsement buku
ini dengan sebuah rekomendasi "Bacaan wajib untuk para pembuat kebijakan,
jurnalis, reporter, guru,mahasiswa, dan cendekiawan."
Akhirnya
saya menurut saja dengan endorsement Karen Armstrong, tidak ada salahnya dibaca
sebagai opini alternatif yang jarang-jarang bersua dan dikerjakan orang.
*Muhammad Nasir, Pembaca buku dan
peminat sejarah.
Aktif di Magistra Indonesia, Padang
tulisan lama