Muhammad Nasir
- Etimologi Historiografi
Historiografi (historiography) berasal dari dua
suku kata Yunani historia (sejarah) dan grafien (gambaran,
lukisan, atau uraian tulisan) (Mestika
Zed, 2003:1), atau merupakan gabungan dari kata history yang
berarti sejarah dan dan grafi yang berarti deskripsi atau penulisan. (Badri
Yatim, Historiografi Islam, 1997:1). Berdasarkan derivasi semantik ini
atas, kata historiografi memuat dua istilah teknis yang menjadi satu bidang
kajian tersendiri dalam ilmu sejarah.
a. Sejarah dan Ilmu Sejarah
Istilah
sejarah memiliki 3 (tiga) makna,
yakni sejarah sebagai peristiwa masa lampau, sejarah sebagai kisah tentang masa lampau, dan sejarah sebagai ilmu tentang
masa lampau. Atau dengan singkat: sejarah berarti sejarah sebagai
peristiwa, sejarah sebagai kisah, dan sejarah sebagai ilmu
(Nugroho Notosusanto, 1984 : 10).
Dalam
pengertian yang pertama, sejarah sebagai peristiwa atau kejadian sama
artinya dengan geschichte dalam bahasa Jerman yang berasal dari
kata geschehen yang berarti pula
telah terjadi atau kejadian, yang sama pula artinya dengan res gestae dalam
bahasa Latin (Collingwood, 1956) yang bermakna hal-hal yang telah
terjadi.
Dalam
pengertian yang kedua, sejarah sebagai kisah; merupakan penulisan, penuturan,
pemutarulangan, rekonstruksi dari hal-hal yang sudah terjadi pada masa lampau.
Itulah yang menjadi
Sementara
sejarah sebagai peristiwa masa lampau yang dibaca, dilihat, dilukiskan sekarang
ini merupakan grafien (gambaran, lukisan, atau uraian tulisan) dari peristiwa
itu sendiri. Dari jabaran di atas, historiografi bukanlah peristiwa
sejarah itu sendiri, melainkan hanya gambaran, lukisan, atau uraian tulisan
dari peristiwa masa lampau.
Sejarah
dalam pengertian ketiga, sejarah sebagai ilmu, ialah ilmu sejarah. Istilah-istilah sejarah
dalam bahasa Barat seperti halnya history dalam bahasa Inggris, histoire
dalam bahasa Prancis, historia dalam bahasa Latin, bersumber dari
kata benda istor atau histor dalam bahasa Yunani dan
berarti orang pandai atau bijak, sedang kata kerjanya historein lebih
menunjuk suatu pengertian yang mengarah kepada konsep ilmu. Menurut Plato historein
atau historia berarti penyelidikan atau pengetahuan. Sedang
Aristoteles mengartikan historia untuk memberikan judul salah satu
bukunya dalam arti kumpulan bahan-bahan tentang sesuatu menurut tema-tema
tertentu. Ini untuk membedakan dengan uraian yang memberikan penjelasan
sejarah secara sistematik. (lemlit.uny.ac.id).
Sebagai
ilmu, sejarah memiliki ciri-ciri (Kuntowijoyo, 1995) sbb; 1)
bersifat empirik, terutama pada level peristiwa masa lampau yang dapat diamati
dari peninggalan-peninggalan yang
masih tersisa, bukti-bukti serta kesaksian dari para pelaku sejarah. 2) Objek
sejarah adalah masa lampau. 3) Sejarah memiliki metode tersendiri, ialah
metode sejarah. 4) Sejarah memiliki teori-teori dan konsep-konsep
sendiri. Secara definitif ilmu sejarah adalah studi tentang peristiwa masa
lampau dengan menggunakan rasionalisasi dan metode ilmiah.
b. Historiografi dan Studi Historiografi
Perbedaan
dalam merekonstruksi satu peristiwa masa lampau sangat mungkin terjadi.
Perbedaan ini pada akhirnya membawa konsekwensi pada konflik interpretasi
sejarah. Misalnya, dalam sejarah perkembangan Islam, sejarawan muslim menulis
peperangan yang terjadi pada masa-masa awal sebagai pembelaan diri dan
pembebasan. Tetapi tidak sedikit sejarawan orientalis yang menulis
peperangan itu sebagai penaklukan. Konflik akan muncul pada interpretasi
sejarah Islam; Islam sebagai kekuatan pembebasan (versi Muslim) dan Islam
sebagai kekuatan penaklukan (versi orientalis). Kemungkinan perbedaan titik
pandang (point of view) inilah yang dikaji dalam studi historiografi.
Dengan
demikian, persoalan studi historiografi adalah, bagaimana cara menuangkan masa
lampau ke dalam karya tulis. Setiap sejarawan atau penulis sejarah memiliki
kekhasan tersendiri dalam penulisannya. Waktu terus berkembang, dan waktu juga
memungkinkan untuk memunculkan trend tersendiri dalam penulisan sejarah.
Itulah yang dimaksud dengan kata ”bagaimana” cara sejarawan atau penulis
sejarah menuliskannya
Studi
Historiografi juga dapat diartikan dengan analisis tentang penulisan sejarah
dan metode-metodenya. Namun yang perlu dijelaskan dari pengertian ini
sebagaimana ditulis Gottschalk adalah bahwa historiografi bukan persoalan membahas kritis buku-buku sejarah yang telah
ditulis.
- Ruang Lingkup Kajian Historiografi
Anzej
Gravski membagi dua kelompok utama bidang kajian historiografi (Mestika
Zed,2003:8-10) yaitu;
1) Berkenaan dengan perkembangan penulisan sejarah di berbagai wilayah (negara
atau daerah) tertentu, meliputi:
Ø Penulis sejarah (sejarawan) baik individual maupun kelompok sarjana;
Ø Media penulisan sejarah (pelbagai jenis karya sejarah dan kegiatan
penulisan sejarah;
Ø Aliran-aliran penulisan sejarah, baik yang berkembang di kawasan tertentu
maupun penulisan sejarah pada periode tertentu
2)
Berkenaan dengan perkembangan ilmu
sejarah, meliputi;
Ø Masalah perdebatan teoritis-metodologis
Ø Perkembangan perlengkapan metodologis dan teknik riset yang digunakan dari
waktu ke waktu
Ø Pendidikan sejarah
Ø Publik pembaca dan
Ø Persoalan kesarjanaan dan riset sejarah dalam arti yang luas.
- Menulis ulang sejarah
Alasan:
1) Kesalahan dalam penulisan sejarah (the perversion of history)
2) Ditemukannya data baru
3) Penafsiran kembali data lama
4)
Perubahan sikap tentang masa lalu
Perdebatan kontemporer tentang sejarah Indonesia,
misalnya memuat alasan-alasan sebagai berikut:
1) Munculnya fakta-fakta kontroversial, misalnya setelah lengsernya Soeharto, mencuat sejumlah fakta dan orang-orang mencoba mempertanyakan masalah Supersemar, Serangan Umum 1 Maret, G30S, dan belakangan masalah Timor Timur Timtim).
2) Ada ungkapan yang menyebutkan, sejarah ditulis berdasarkan kehendak penguasa. Dalam sejarah Indonesia era Orde Baru, misalnya peran positive Soeharto lebih ditonjolkan, sementara sisi gelap di masa pemerintahannya dianggap tabu untuk diungkapkan. Sejumlah fakta sejarah, yang sempat "hilang" dalam kurikulum di masa rezim orde baru, Setelah reformasi muncul berbagai informasi ke permukaan,termasuk hal-hal yang semula dianggap "tabu".
3) Ada ketidakseimbangan peran aktor penggerak sejarah. Thomas Carlyle, mengatakan bahwa sejarah itu adalah kisah para tokoh, kaum pahlawan. Tafsiran dari negara sosialis mengatakan bahwa yang menggerakkan sejarah adalah rakyat.
4) Sejarah digunakan sebagai alat politik untuk menguasai ingatan masyarakat. Akhirnya terjadi kesalahan yang fatal dalam sejarah.
5) Dalam konteks Indonesia, banyak ditemukan penulisan sejarah yang beraroma colonial. Sejarah Indonesia tidak lebih sebagai bagian dari sejarah Belanda sebagai peradaban inti, dan Indonesia sebagai entitas peradaban baru yang berupaya memerdekakan diri.
- Manfaat Studi Historiografi
1) Untuk melihat dan memahami potret kehidupan manusia masa lampau
2) Untuk melihat bagaimana sejarawan mempelajari dan memaknai sejarah masa
lampau
3) Untuk mengetahui perkembangan pengetahuan sejarah dari masa ke masa, dari
generasi ke generasi
4) Untuk mengetahui perubahan spektrum pemikiran sejarawan
5)
Memberikan pilihan (preferensi) bagi
pembaca, mana karya sejarah yang bermutu dan mana yang kurang bahkan tidak
bermutu.
Historiografi Barat
- Historiografi Yunani-Romawi:
- Historiografi Abad Tengah
- Historiografi Barat Modern
“Transisi
Dalam Penulisan Sejarah Barat Modern”
- Ranke sebagai “Bapak Sejarah Ilmiah”
- Mazhab Penulisan Sejarah Modern
@ The new history
@ Mazhab Annales Perancis
@ The new Social History
@ Sejarah kuantitatif dan
computer
@ Sejarah publik
@ Aliran mutakhir:
Postmodernism dan New historisism
Historiografi Yunani-Romawi
Historiografi Yunani berkisar sekitar :
@ politik,
@ diplomasi,
@ perang,
@ sejarah Kota,
@
suku
bangsa
Penulisan
sejarah di Eropa muncul di Yunani yang dimulai oleh Homerus dalam bentuk puisi.
Puisi yang ditulis Homerus bercerita tentang kehancuran Troya pada 1200 SM yang
berisi informasi tentang kebudayaan dan masyarakat pada zamannya. Sementara
tulisan sejarah dalam bentuk prosa muncul pada abad ke-6 SM di Iona. Sejarah
pada masa itu ditulis dalam suasana terjaminnya kebebasan berpikir dan
dipercepat oleh kemunculan filsafat spekulatif yang mempersoalkan asal usul dan
struktur dunia. (Kuntowijoyo,
1995:38):
Penulis sejarah dari Yunani yang
terkenal adalah
@ Herodotus (484-425 SM),
@ Thucydides (456-396), dan
@
Polybius
(198-117 SM).
Herodotus
adalah peletak dasar sejarah dalam tradisi barat. Pada masanya, penulisan
sejarah seperti halnya karya sastra yang lain adalah suatu keahlian (craft)
yang bercirikan sastra. (Mestika Zed,2003:17). Selain karya sejarah,
Herodotus juga menulis tentang antropologi dan sosiologi. Dalam karya
sejarahnya, Herodotus menulis tentang
perang Yunani dan Persia pada abad 478 SM, perang antara peradaban Hellenic dan
Timur yang dimenangkan oleh Yunani.
Dalam
penulisan sejarahnya, Herodotus menggunakan sumber dari kedua belah pihak,
Yunani dan Persia. Meskipun demikian, karya sejarahnya menurut Kuntowijoyo
(1995:38-39) mengandung dua kelemahan, pertama ia tidak akurat
melukiskan perang, kedua ia tidak bisa menghindari sebab-sebab
supranatural.
Thucydides,
seorang jendral dan politisi, menulis perang
antara Athena dan Sparta, sebuah perang antara demokrasi dan tirani. Karyanya
tentang Perang Pelopponesos (431-404 SM), dianggap sebagai laporan dari
saksi mata yang tidak memihak. Sejarah yang ditulisnya berkisar sekitar
politik, diplomasi dan perang. Thucydides adalah orang yang pertama yang
menyadari bahwa sejarah bisa pragmatis. Tentang ini ia berkata “pengetahuan
yang akurat sesudah kejadian adalah berguna, karena kemungkinan akan terjadi
hal yang sama”
Polybius
adalah sejarawan Yunani yang besar di Roma. Ia
banyak menulis tentang peralihan kekuasaan dari tangan Yunani ke Romawi. Ia
berjasa mengembangkan metode kritis dalam penulisan sejarah. Dalam metodologi
ia menemukan bahwa topografi dan geografi sangat penting untuk sejarah. Ia juga
berpendapat bahwa sejarah itu pragmatis, sejarah adalah “filsafat yang mengajar
melalui contoh” (philosophy teaching by example). (Kuntowijoyo, 1995:39)
Penulis sejarah dari Romawi yang terkenal adalah :
@ Julius Caesar (100-44 SM),
@ Sallustius (86-34 SM),
@ Livius (59-17 SM),
@
Tacitus
(55-120 SM).
Julius
Caesar adalah Jenderal Romawi yang menaklukkan Gaul. Ia menulis buku Commentaries
on Gallic Wars, berisi memoir suku Ghalia dan Civil War berisi
alasan mengapa perang itu dilakukan. Karya sejarahnya itu menjadi sumber
terpenting tentang adapt istiadat bangsa Ghalia.
Sallustius Gaius terkenal dengan karya monografi dan biografinya. Ia menulis History
of Rome, Conspiracy of Catiline, Jugurthine War. Analisisnya
mengenai person dan politik tidak memihak, tetapi ia ti-dak dapat
menyembunyikan pesimismenya. Ia tidak hati-hati dalam kronologi dan geografi,
karena dia hanya meng-andalkan sekretaris.
Livius (Titus Livius) adalah
tukang cerita yang luar biasa, sehingga ia mengorbankan kebenaran sejarah demi
rhetorika. Ia menulis sejarah Romawi sebagai negara -dunia dengan semangat
patriotisme. Kisahnya tentang berdirinya kota Roma adalah campuran antara
fantasi dan fakta, sehingga perbandingan antara Livius dan Polybius adalah
antara fantasi dan fakta;
Tacitus (Publius Cornelius Tacitus) menulis Annals,
Histories, dan Germania. Tulisannya berada di tengah-tengah
antara Livius yang cenderung pada rhetorika dan Polybius yang cenderung pada
sejarah. Dialah yang me-ngemukakan "sebab moral" keruntuhan Romawi.
Tulisan-nya mengenai bangsa German adalah semacam sosiologi deskriptif, dan menjadi
satu-satunya informasi mengenai bangsa German pada waktu itu. (Kuntowijoyo,
1995:40)
Historiografi Abad Tengah[1]
Permulaan Abad Pertengahan ditandai oleh kemenangan Kristen di Eropa
atas kebudayan Yunani dan Romawi yang disebut kristen sebagai kebudayaan pagan
(kafir). Pangkal kekafiran dalam teologi kristen adalah penggunaan akal yang
berlebihan. Dalam keyakinan ini, menurut iman Kristiani kebudayaan pagan harus
diganti dengan kebudayaan yang bertumpu pada agama dan kekuatan supranatural.
Oleh sebab itu, sejarah dan teologi pada masa ini tidak dapat dipisahkan. Beberapa
literatur kadang menyebut masa ini dengan Masa Kristen Awal dan Abad
Tengah.
Penulisan
sejarah pada Abad Pertengahan mempunyai dua pusat yaitu gereja dan negara.
Sebagai pelaku dalam karya sejarahnya adalah pendeta dan raja. Hasil karya
sejarah pada masa ini berupa annals (catatan peristiwa
penting dalam kalimat-kalimat pendek), chronicles (lukisan
peristiwa dalam skala yang luas), sejarah umum dan biografi.
Sejarawan terpenting pada
masa ini adalah Saint Agustinus (354-430 M) dengan karyanya the City of God. Karya ini merupakan sebuah Interpretasi Teologis dan Filosofis terhadap
Sejarah. Dalam the City of God, sejarah dipandang sebagai sebuah cerita
tentang dua kota, kota duniawi dan surgawi. (Ferry Y. Mamahit, Jurnal Teologi dan Pelayanan Veritas).
Topik yang ditulis pada Abad
Pertengahan antara lain peristiwa politik, peperangan atau daerah-daerah. Dalam
karya biografi, bisanya tokoh yang ditulis adalah orang-orang yang ditugaskan
untuk urusan politik, peperangan dan sebagainya. (Kuntowijoyo, 1995:41)
Masa
Kristen Awal diwakili oleh tokoh-tokoh sbb;
@ Julius Africanus (180-250 M) dengan karyanya Chronographia
yang melukiskan sejak penciptaan sampai 221 M. Menurutnya dunia ini diciptakan pada 5449 SM.
Tulisannya banyak mengambil referensi dari Yahudi, Yunani dan Romawi.
@ Eusebius Phampilus (260-340 M). Karyanya Chronicle
dan Church History ditulis dalam bahasa Yunani sehingga harus
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Ia membagi kronologisnya kepa dua bagian; sacred
(Yahudi dan Kristen) dan Profan (pagan atau kafir)
@ Paolo Orosius (380-420 M). Karyanya Seven books Against the
Pagans adalah pembelaan terhadap peradaban kristen abad ke-5 yang
dituduh menyebabkan keruntuhan Romawi Barat. Menurutnya, keruntuhan paganisme merupakan kehendak tuhan,
bukan karena Kristen.
Masa
Pertengahan berlansung selama 1000 tahun, diwakili oleh tokoh-tokoh sbb;
@ Cassiodorus (480-570 M) adalah pegawai raja Theodoric dari
Ostrogoths dengan karyanya History of Goths yang mengarang
seolah-olah bangsa Goths berasal dari Romawi. Itu ia lakukan karena ia
merupakan pengagum berat kebudayaan Romawi. Karyanya yang lain Variae
merupakan kumpulan surat-surat selama ia mengabdi kepada Theodoric yang menjadi
dokumen penting sekitar kegiatan bangsa Ostrogoths.
@ Procopious (500-565 M). Karyanya History of His Own Time dalam
Bahasa Yunani menceritakan perang-perang Byzantium melawan Persia, Afrika dan
Bangsa Goths. Ia menyertai seorang Jenderal Byzantium dalam perang, sehingga
tulisannya merupakan saksi mata. Kelemahannya terletak pada posisinya sebagai
pengagum Byzantium, sehinnga karanya mengandung bias, dan ia tidak
menyeleksi sumber-sumber yang ia jadikan dasar penulisan.
@ Gregory (538-594 M). Karyanya History of the Franks menceritakan
sejarah dunia sejak zaman kuno hingga abad ke-5. sejarah Franks ia mulai
dari 417 sampai 591 M. Ia menulis dalam bahsa latin sehingga dibaca oleh banyak
pihak dan karyanya juga merupakan saksi mata (eye witness). Tulisannya banyak mengapungkan
keajaiban-keajaiban yang menunjukkan keagungan agama atas Bangsa Franks.
Tulisan Gregory menjadi pertanda peralihan menuju abad pertengahan.
@ Venerable Bede ( 672-735 M) menulis Ecclestiatical
History of the English People yang isinya sejarah terbentuknya
kebudayaan Anglo Saxon. Ia menulis dalam bahsa Latin,
menggunakan banyak sumber dan mengkonsultasikannya dengan gerejawan. Ia
hati-hati menceritakan hal yang ajaib
Sumber:
1.
Kuntowijoyo, Pengantar
Ilmu sejarah, Yaysan Bentang Budaya, 1995, h. 37-44
2.
Ferry Y. Mamahit, Jurnal Teologi dan Pelayanan Veritas.
3. Luois Gottschalk, Mengerti Sejarah, Nugroho Notosusanto (terj) UI
Press: 1986
Next: Historiografi Barat Modern ...
[1] Pada periode ini para penulis
sejarah Muslim khususnya semenjak abad ke-8 Masehi sengaja tidak dimasukkan,
meskipun beberapa di antara mereka hidup dan berkarya di wilayah Barat. (MN)
No comments:
Post a Comment