08 October 2017

BEBERAPA KONSEP DASAR HISTORIOGRAFI


Muhammad Nasir

 
  1. Etimologi Historiografi
Historiografi (historiography) berasal dari dua suku kata Yunani historia (sejarah) dan grafien (gambaran, lukisan, atau uraian tulisan) (Mestika Zed, 2003:1), atau merupakan gabungan dari kata history yang berarti sejarah dan dan grafi yang berarti deskripsi atau penulisan. (Badri Yatim, Historiografi Islam, 1997:1). Berdasarkan derivasi semantik ini atas, kata historiografi memuat dua istilah teknis yang menjadi satu bidang kajian tersendiri dalam ilmu sejarah.
a. Sejarah dan Ilmu Sejarah
Istilah sejarah  memiliki 3 (tiga) makna, yakni sejarah sebagai peristiwa masa lampau, sejarah sebagai kisah tentang  masa lampau, dan sejarah sebagai ilmu tentang masa lampau. Atau dengan singkat: sejarah berarti sejarah sebagai peristiwa, sejarah sebagai kisah, dan sejarah sebagai ilmu (Nugroho Notosusanto, 1984 : 10).
Dalam pengertian yang pertama, sejarah sebagai peristiwa atau kejadian sama artinya dengan geschichte dalam bahasa Jerman yang berasal dari kata geschehen yang berarti  pula telah terjadi atau kejadian, yang sama pula artinya dengan res gestae dalam bahasa Latin (Collingwood, 1956) yang bermakna hal-hal yang telah terjadi.
Dalam pengertian yang kedua, sejarah sebagai kisah; merupakan penulisan, penuturan, pemutarulangan, rekonstruksi dari hal-hal yang sudah terjadi pada masa lampau. Itulah yang menjadi
Sementara sejarah sebagai peristiwa masa lampau yang dibaca, dilihat, dilukiskan sekarang ini merupakan grafien (gambaran, lukisan, atau uraian tulisan) dari peristiwa itu sendiri. Dari jabaran di atas, historiografi bukanlah peristiwa sejarah itu sendiri, melainkan hanya gambaran, lukisan, atau uraian tulisan dari peristiwa masa lampau.

Sejarah dalam pengertian ketiga, sejarah sebagai ilmu, ialah ilmu sejarah. Istilah-istilah sejarah dalam bahasa Barat seperti halnya history dalam bahasa Inggris, histoire dalam bahasa Prancis, historia dalam bahasa Latin, bersumber dari kata benda istor atau histor dalam bahasa Yunani dan berarti orang pandai atau bijak, sedang kata kerjanya historein lebih menunjuk suatu pengertian yang mengarah kepada konsep ilmu. Menurut Plato historein atau historia berarti penyelidikan atau pengetahuan. Sedang Aristoteles mengartikan historia untuk memberikan judul salah satu bukunya dalam arti kumpulan bahan-bahan tentang sesuatu menurut tema-tema tertentu. Ini untuk membedakan dengan uraian yang memberikan penjelasan sejarah secara sistematik. (lemlit.uny.ac.id). 
Sebagai ilmu, sejarah memiliki ciri-ciri (Kuntowijoyo, 1995) sbb; 1) bersifat empirik, terutama pada level peristiwa masa lampau yang dapat diamati dari peninggalan-peninggalan  yang masih tersisa, bukti-bukti serta kesaksian dari para pelaku sejarah. 2) Objek sejarah adalah masa lampau. 3) Sejarah memiliki metode tersendiri, ialah metode sejarah. 4) Sejarah memiliki teori-teori dan konsep-konsep sendiri. Secara definitif ilmu sejarah adalah studi tentang peristiwa masa lampau dengan menggunakan rasionalisasi dan metode ilmiah.
b. Historiografi dan Studi Historiografi
Historiografi adalah keseluruhan penulisan sejarah (Louis Gottschalk, 143) dan merupakan rekonstruksi yang imajinatif masa lampau berdasarkan data yang diperoleh melalui proses analisa kritis rekaman dan penaggalan masa lampau.(Gottschalk, 32) Penulisan itu dapat dikerjakan setelah dilakukan penelitian, karena tanpa penelitian penulisan menjadi rekonstruksi tanpa pembuktian. (Badri Yatim:3). Penulisan sejarah (historiografi) menjadi sarana mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian yang diungkap, diuji (verifikasi), dan diinterpretasi. Sesuai dengan tugas penelitian sejarah untuk merekonstruksi sejarah masa lampau, maka rekonstruksi itu hanya akan menjadi eksis apabila hasil-hasil penelitian tersebut ditulis (historiografi). Produk historiografi inilah yang menjadi karya sejarah seorang sejarawan atau buku-buku sejarah.
Historiografi itu adalah salah satu cabang dalam ilmu pengetahuan yang mempelajari praktek ilmu sejarah itu. Bentuknya antara lain mempelajari metodologi dan perkembangan sejarah sebagai suatu disiplin akademik. Seperti yang banyak bisa dilihat dan ditulis sekarang ini historiografi merujuk pada bagian tertentu dari penulisan sejarah. (http://syarikat-indonesia.blogspot.com)
Perbedaan dalam merekonstruksi satu peristiwa masa lampau sangat mungkin terjadi. Perbedaan ini pada akhirnya membawa konsekwensi pada konflik interpretasi sejarah. Misalnya, dalam sejarah perkembangan Islam, sejarawan muslim menulis peperangan yang terjadi pada masa-masa awal sebagai pembelaan diri dan pembebasan. Tetapi tidak sedikit sejarawan orientalis yang menulis peperangan itu sebagai penaklukan. Konflik akan muncul pada interpretasi sejarah Islam; Islam sebagai kekuatan pembebasan (versi Muslim) dan Islam sebagai kekuatan penaklukan (versi orientalis). Kemungkinan perbedaan titik pandang (point of view) inilah yang dikaji dalam studi historiografi.
Dengan demikian, persoalan studi historiografi adalah, bagaimana cara menuangkan masa lampau ke dalam karya tulis. Setiap sejarawan atau penulis sejarah memiliki kekhasan tersendiri dalam penulisannya. Waktu terus berkembang, dan waktu juga memungkinkan untuk memunculkan trend tersendiri dalam penulisan sejarah. Itulah yang dimaksud dengan kata ”bagaimana” cara sejarawan atau penulis sejarah menuliskannya
Studi Historiografi juga dapat diartikan dengan analisis tentang penulisan sejarah dan metode-metodenya. Namun yang perlu dijelaskan dari pengertian ini sebagaimana ditulis Gottschalk adalah bahwa historiografi bukan persoalan  membahas kritis buku-buku sejarah yang telah ditulis.

  1. Ruang Lingkup Kajian Historiografi
Anzej Gravski membagi dua kelompok utama bidang kajian historiografi (Mestika Zed,2003:8-10) yaitu;
1)      Berkenaan dengan perkembangan penulisan sejarah di berbagai wilayah (negara atau daerah) tertentu, meliputi:
Ø  Penulis sejarah (sejarawan) baik individual maupun kelompok sarjana;
Ø  Media penulisan sejarah (pelbagai jenis karya sejarah dan kegiatan penulisan sejarah;
Ø  Aliran-aliran penulisan sejarah, baik yang berkembang di kawasan tertentu maupun penulisan sejarah pada periode tertentu
2)      Berkenaan dengan perkembangan ilmu sejarah, meliputi;
Ø  Masalah perdebatan teoritis-metodologis
Ø  Perkembangan perlengkapan metodologis dan teknik riset yang digunakan dari waktu ke waktu
Ø  Pendidikan sejarah
Ø  Publik pembaca dan
Ø  Persoalan kesarjanaan dan riset sejarah dalam arti yang luas.
  1. Menulis ulang sejarah
Alasan:
1)      Kesalahan dalam penulisan sejarah (the perversion of history)
2)      Ditemukannya data baru
3)      Penafsiran kembali data lama
4)      Perubahan sikap tentang masa lalu
Perdebatan kontemporer tentang sejarah Indonesia, misalnya memuat alasan-alasan sebagai berikut:
1)      Munculnya fakta-fakta kontroversial, misalnya setelah lengsernya Soeharto, mencuat sejumlah fakta dan orang-orang mencoba mempertanyakan masalah Supersemar, Serangan Umum 1 Maret, G30S, dan belakangan masalah Timor Timur Timtim).
2)      Ada ungkapan yang menyebutkan, sejarah ditulis berdasarkan kehendak penguasa. Dalam sejarah Indonesia era Orde Baru, misalnya peran positive Soeharto lebih ditonjolkan, sementara sisi gelap di masa pemerintahannya dianggap tabu untuk diungkapkan. Sejumlah fakta sejarah, yang sempat "hilang" dalam kurikulum di masa rezim orde baru, Setelah reformasi muncul berbagai informasi ke permukaan,termasuk hal-hal yang semula dianggap "tabu".
3)      Ada ketidakseimbangan peran aktor penggerak sejarah. Thomas Carlyle, mengatakan bahwa sejarah itu adalah kisah para tokoh, kaum pahlawan. Tafsiran dari negara sosialis mengatakan bahwa yang menggerakkan sejarah adalah rakyat.
4)      Sejarah digunakan sebagai alat politik untuk menguasai ingatan masyarakat. Akhirnya terjadi kesalahan yang fatal dalam sejarah.
5)      Dalam konteks Indonesia, banyak ditemukan penulisan sejarah yang beraroma colonial. Sejarah Indonesia tidak lebih sebagai bagian dari sejarah Belanda sebagai peradaban inti, dan Indonesia sebagai entitas peradaban baru yang berupaya memerdekakan diri.
 
  1. Manfaat Studi Historiografi
1)      Untuk melihat dan memahami potret kehidupan manusia masa lampau
2)      Untuk melihat bagaimana sejarawan mempelajari dan memaknai sejarah masa lampau
3)      Untuk mengetahui perkembangan pengetahuan sejarah dari masa ke masa, dari generasi ke generasi
4)      Untuk mengetahui perubahan spektrum pemikiran  sejarawan
5)      Memberikan pilihan (preferensi) bagi pembaca, mana karya sejarah yang bermutu dan mana yang kurang bahkan tidak bermutu.
Historiografi Barat
  1. Historiografi Yunani-Romawi:
  2. Historiografi Abad Tengah
  3. Historiografi Barat Modern
“Transisi Dalam Penulisan Sejarah Barat Modern”
  1. Ranke sebagai “Bapak Sejarah Ilmiah”
  2. Mazhab Penulisan Sejarah Modern
@ The new history
@ Mazhab Annales Perancis
@ The new Social History
@ Sejarah kuantitatif dan computer
@ Sejarah publik
@ Aliran mutakhir: Postmodernism dan New historisism
Historiografi Yunani-Romawi
Historiografi Yunani berkisar sekitar :
@ politik,
@ diplomasi,
@ perang,
@ sejarah Kota,
@ suku bangsa
            Penulisan sejarah di Eropa muncul di Yunani yang dimulai oleh Homerus dalam bentuk puisi. Puisi yang ditulis Homerus bercerita tentang kehancuran Troya pada 1200 SM yang berisi informasi tentang kebudayaan dan masyarakat pada zamannya. Sementara tulisan sejarah dalam bentuk prosa muncul pada abad ke-6 SM di Iona. Sejarah pada masa itu ditulis dalam suasana terjaminnya kebebasan berpikir dan dipercepat oleh kemunculan filsafat spekulatif yang mempersoalkan asal usul dan struktur dunia. (Kuntowijoyo, 1995:38):
            Penulis sejarah dari Yunani yang terkenal adalah
@ Herodotus (484-425 SM),
@ Thucydides (456-396), dan
@ Polybius (198-117 SM).
            Herodotus adalah peletak dasar sejarah dalam tradisi barat. Pada masanya, penulisan sejarah seperti halnya karya sastra yang lain adalah suatu keahlian (craft) yang bercirikan sastra. (Mestika Zed,2003:17). Selain karya sejarah, Herodotus juga menulis tentang antropologi dan sosiologi. Dalam karya sejarahnya, Herodotus menulis  tentang perang Yunani dan Persia pada abad 478 SM, perang antara peradaban Hellenic dan Timur yang dimenangkan oleh Yunani.
Dalam penulisan sejarahnya, Herodotus menggunakan sumber dari kedua belah pihak, Yunani dan Persia. Meskipun demikian, karya sejarahnya menurut Kuntowijoyo (1995:38-39) mengandung dua kelemahan, pertama ia tidak akurat melukiskan perang, kedua ia tidak bisa menghindari sebab-sebab supranatural.
Thucydides, seorang jendral dan politisi, menulis perang antara Athena dan Sparta, sebuah perang antara demokrasi dan tirani. Karyanya tentang Perang Pelopponesos (431-404 SM), dianggap sebagai laporan dari saksi mata yang tidak memihak. Sejarah yang ditulisnya berkisar sekitar politik, diplomasi dan perang. Thucydides adalah orang yang pertama yang menyadari bahwa sejarah bisa pragmatis. Tentang ini ia berkata “pengetahuan yang akurat sesudah kejadian adalah berguna, karena kemungkinan akan terjadi hal yang sama”
Polybius adalah sejarawan Yunani yang besar di Roma. Ia banyak menulis tentang peralihan kekuasaan dari tangan Yunani ke Romawi. Ia berjasa mengembangkan metode kritis dalam penulisan sejarah. Dalam metodologi ia menemukan bahwa topografi dan geografi sangat penting untuk sejarah. Ia juga berpendapat bahwa sejarah itu pragmatis, sejarah adalah “filsafat yang mengajar melalui contoh” (philosophy teaching by example). (Kuntowijoyo, 1995:39)
Penulis sejarah dari Romawi yang terkenal adalah :
@ Julius Caesar (100-44 SM),
@ Sallustius (86-34 SM),
@ Livius (59-17 SM),
@ Tacitus (55-120 SM).
Julius Caesar adalah Jenderal Romawi yang menaklukkan Gaul. Ia menulis buku Commentaries on Gallic Wars, berisi memoir suku Ghalia dan Civil War berisi alasan mengapa perang itu dilakukan. Karya sejarahnya itu menjadi sumber terpenting tentang adapt istiadat bangsa Ghalia.
Sallustius Gaius terkenal dengan karya monografi dan biografinya. Ia menulis History of Rome, Conspiracy of Catiline, Jugurthine War. Analisisnya mengenai person dan politik tidak memihak, tetapi ia ti-dak dapat menyembunyikan pesimismenya. Ia tidak hati-hati dalam kronologi dan geografi, karena dia hanya meng-andalkan sekretaris.
Livius (Titus Livius) adalah tukang cerita yang luar biasa, sehingga ia mengorbankan kebenaran sejarah demi rhetorika. Ia menulis sejarah Romawi sebagai negara -dunia dengan semangat patriotisme. Kisahnya tentang berdirinya kota Roma adalah campuran antara fantasi dan fakta, sehingga perbandingan antara Livius dan Polybius adalah antara fantasi dan fakta;
Tacitus (Publius Cornelius Tacitus) menulis Annals, Histories, dan Germania. Tulisannya berada di tengah-tengah antara Livius yang cenderung pada rhetorika dan Polybius yang cenderung pada sejarah. Dialah yang me-ngemukakan "sebab moral" keruntuhan Romawi. Tulisan-nya mengenai bangsa German adalah semacam sosiologi deskriptif, dan menjadi satu-satunya informasi mengenai bangsa German pada waktu itu. (Kuntowijoyo, 1995:40)
Historiografi Abad Tengah[1]
            Permulaan Abad Pertengahan ditandai oleh kemenangan Kristen di Eropa atas kebudayan Yunani dan Romawi yang disebut kristen sebagai kebudayaan pagan (kafir). Pangkal kekafiran dalam teologi kristen adalah penggunaan akal yang berlebihan. Dalam keyakinan ini, menurut iman Kristiani kebudayaan pagan harus diganti dengan kebudayaan yang bertumpu pada agama dan kekuatan supranatural. Oleh sebab itu, sejarah dan teologi pada masa ini tidak dapat dipisahkan. Beberapa literatur kadang menyebut masa ini dengan Masa Kristen Awal dan Abad Tengah.
            Penulisan sejarah pada Abad Pertengahan mempunyai dua pusat yaitu gereja dan negara. Sebagai pelaku dalam karya sejarahnya adalah pendeta dan raja. Hasil karya sejarah pada masa ini berupa annals (catatan peristiwa penting dalam kalimat-kalimat pendek), chronicles (lukisan peristiwa dalam skala yang luas), sejarah umum dan biografi.
            Sejarawan terpenting pada masa ini adalah Saint Agustinus (354-430 M)  dengan karyanya the City of God. Karya ini merupakan sebuah Interpretasi Teologis dan Filosofis terhadap Sejarah. Dalam the City of God, sejarah dipandang sebagai sebuah cerita tentang dua kota, kota duniawi dan surgawi. (Ferry Y. Mamahit,  Jurnal Teologi dan Pelayanan Veritas).
             Topik yang ditulis pada Abad Pertengahan antara lain peristiwa politik, peperangan atau daerah-daerah. Dalam karya biografi, bisanya tokoh yang ditulis adalah orang-orang yang ditugaskan untuk urusan politik, peperangan dan sebagainya. (Kuntowijoyo, 1995:41)
            Masa Kristen Awal diwakili oleh tokoh-tokoh sbb;
@ Julius Africanus (180-250 M) dengan karyanya Chronographia yang melukiskan sejak penciptaan sampai 221 M.  Menurutnya dunia ini diciptakan pada 5449 SM. Tulisannya banyak mengambil referensi dari Yahudi, Yunani dan Romawi.
@ Eusebius Phampilus (260-340 M). Karyanya Chronicle dan Church History ditulis dalam bahasa Yunani sehingga harus diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Ia membagi kronologisnya kepa dua bagian; sacred (Yahudi dan Kristen) dan Profan (pagan atau kafir)
@ Paolo Orosius (380-420 M). Karyanya Seven books Against the Pagans adalah pembelaan terhadap peradaban kristen abad ke-5 yang dituduh menyebabkan keruntuhan Romawi Barat. Menurutnya, keruntuhan paganisme merupakan kehendak tuhan, bukan karena Kristen.
            Masa Pertengahan berlansung selama 1000 tahun, diwakili oleh tokoh-tokoh sbb;
@ Cassiodorus (480-570 M) adalah pegawai raja Theodoric dari Ostrogoths dengan karyanya History of Goths yang mengarang seolah-olah bangsa Goths berasal dari Romawi. Itu ia lakukan karena ia merupakan pengagum berat kebudayaan Romawi. Karyanya yang lain Variae merupakan kumpulan surat-surat selama ia mengabdi kepada Theodoric yang menjadi dokumen penting sekitar kegiatan bangsa Ostrogoths.
@ Procopious (500-565 M). Karyanya History of His Own Time dalam Bahasa Yunani menceritakan perang-perang Byzantium melawan Persia, Afrika dan Bangsa Goths. Ia menyertai seorang Jenderal Byzantium dalam perang, sehingga tulisannya merupakan saksi mata. Kelemahannya terletak pada posisinya sebagai pengagum Byzantium, sehinnga karanya mengandung bias, dan ia tidak menyeleksi sumber-sumber yang ia jadikan dasar penulisan.
@ Gregory (538-594 M). Karyanya History of the Franks menceritakan sejarah dunia sejak zaman kuno hingga abad ke-5. sejarah Franks ia mulai dari 417 sampai 591 M. Ia menulis dalam bahsa latin sehingga dibaca oleh banyak pihak dan karyanya juga merupakan saksi mata (eye witness).  Tulisannya banyak mengapungkan keajaiban-keajaiban yang menunjukkan keagungan agama atas Bangsa Franks. Tulisan Gregory menjadi pertanda peralihan menuju abad pertengahan.
@ Venerable Bede ( 672-735 M) menulis Ecclestiatical History of the English People yang isinya sejarah terbentuknya kebudayaan Anglo Saxon. Ia menulis dalam bahsa Latin, menggunakan banyak sumber dan mengkonsultasikannya dengan gerejawan. Ia hati-hati menceritakan hal yang ajaib


Sumber:
1.      Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu sejarah, Yaysan Bentang Budaya, 1995, h. 37-44
2.      Ferry Y. Mamahit,  Jurnal Teologi dan Pelayanan Veritas.
3.      Luois Gottschalk, Mengerti Sejarah, Nugroho Notosusanto (terj) UI Press: 1986
                                                                                         
                                                                              Next: Historiografi Barat Modern ...


[1] Pada periode ini para penulis sejarah Muslim khususnya semenjak abad ke-8 Masehi sengaja tidak dimasukkan, meskipun beberapa di antara mereka hidup dan berkarya di wilayah Barat. (MN)

No comments: