04 April 2020

Operasi Urat Malu


Operasi Urat Malu
Muhammad Nasir

Sebaiknya, usai 17 April 2019, kekonyolan dan kebejatan komunikasi harus dihentikan. Kebejatan yang menghapus keramahtamahan, kesantunan orang-orang timur. Bahkan, inilah model kampanye yang memutuskan urat malu.

Orang waras pilih si anu. Salam akal sehat. Begitu antara lain kalimat yang acap terucap. Baik dalam tagline ataupun percakapan yang memuat frasa pejoratif. Itulah bentuk kekonyolan yang keluar dari maxim berbahasa orang timur.

Pemilu, utamanya pemilihan presiden. Polararisasi terbentuk berdasarkan kecondongan hati, akal dan selera. Terbentuklah kubu-kubu. Itu wajar. Namun, agaknya yang terkubu itu kadang-kadang teman dengan teman, murid dengan guru, suku dengan suku, sumando dengan mamak rumah, ipar bisan dan sebagainya.

Sadarkah, bahwa saat seseorang mengatakan dia ber "akal sehat", telang menyakiti temannya, gurunya, sumandonya, mamak rumahnya, bahkan orang tuanya dengan sebutan bodoh dan tidak waras?

Oleh sebab itulah, operasi urat malu perlu dilakukan. Urat malu yang terlanjur putus masih mungkin disambung. Demikian kata pakarnya.

Media sosial acapkali menjadi menyumbang kerusakan urat malu ini. Media sosial, meskipun orang berkuasa atas akunnya masing-masing, namun ianya tetaplah ruang publik. Adat berbaur di ruang publik tetaplah mesti dipatuhi. UU ITE salahsatunya.

Di ruang publik, banyak orang cerdik cendikia, alim lagi keramat. Zaman dulu ada juga dukun santiang di ruang publik. Dukun itu dapat memecah gelas kopi tanpa menyentuhnya. Bahkan, orang sembarang ucap, salah langkah, salah jambo bisa kena biriang. Itu dulu. Entah kalau sekarang.

Setidaknya, tentang operasi urat malu tadi, patut pula dipertimbangkan. Adakah tempat operasinya?

No comments: