Pengangkatan Pangulu
Muhammad Nasir
Pengangkatan
pangulu adalah kewenangan kaumnya, sesuai dengan undang-undang adat Pangulu Sakato
Kaum, Rajo Sakato Alam.
Adapun sebab-sebab dilaksanakannya pengangkatan pangulu adalah sebagai berikut:
1.
Hiduik Bakarilahan
Hiduik bakarilahan artinya, pertukaran
Pangulu disebabkan karena Pangulu yang lama sudah tidak sanggup lagi
menjalankan tugasnya. Sebagaimana pepatah mengatakan: "Bukik lah
tinggi, lurah lah dalam" sehingga ia perlu diganti. Bisa juga karena Pangulu pembawa gelar itu berhalangan tetap,
hidup di rantau yang jauh sehingga ia tak dapat melaksakan tugasnya dengan
semestinya.
2.
Mati Batungkek Budi
Mati batungkek budi maksudnya adalah
Pangulu yang meninggal dunia dalam keadaan masih memegang jabatan. Begitu ia meninggal gelar pusako yang dia pakai dihimbaukan di tanah sirah (pusako). Sedangkan orang yang menerima jabatan
Pangulu sudah ditunjuk sebelumnya sewaktu orang yang memakai gelar sako itu
masih hidup, tentunya dengan kesepakatan seluruh anggota kaum atau seluruh ahli
waris yang senasab dari pembawa gelar yang lama itu. Selanjutnya disebut pangulu yang diangkat tersebut
disebut dengan batungkek budi.
3.
Patah Tumbuah hilang baganti.
Pangulu yang sudah meninggal digantikan oleh anggota
kaumnya yang masih hidup. Aturan ini mengandung dua cara. Yang pertama
disebut patah tumbuah ialah
ibarat sepohon kayu, kalau batangnya itu telah patah maka dari pangkal pohon
(tunggul) tumbuh tunasnya, sehingga kemudian tunas inilah yang akanmenggantikan
batang kayu yang patah tadi. Jadi jika
Pangulu yang membawa gelar sako meninggal, maka dipilihiah salah satu dari anak kanakan anggota kaum yang
saparuik menurut garis keturunan ibu. Inilah yang dinamakan patah tumbuh, yang meninggal
digantikan oleh yang hidup, sebagaimana dikatakan kato adat Karambia tumbuah di matonyo, nak nyo di kasau lakek atok.
Yang kedua disebut dengan hilang baganti.
Cara ini dilakukan bila pangulu yang meninggal tidak dapat digantikan oeh
anggota kaum yang bertali darah dengannnya akibat punah. Oleh sebab itu, orang
yang akan diangkat menjadi pangulu menggantikannya bukan orang yang bertali
darah dengan pangulu tersebut. Bisa jadi
berasal dari kamanakan bertali air, bertali budi ataupun bertali emas, asal
waris-waris ini telah memenuhi syarat-syarat adat, sudah dikalikan dalam
dan digantungkan tinggi kepada kaum pangulu yang punah ini. Tetapi
sebelum diangkat, orang yang menggantikan itu mesti mengisi adat menuang
limbago kepada penghuiu dalam suku itu
4.
Mambangkik Batang Tarandam
Mambangkik batang tarandam artinya, mengangkat seorang
Pangulu setelah gelar pusaka sudah lama terpendam/dilipat (non aktif), karena
selama ini belum ada anak laki-Iaki dewasa yang akan membawa gelar sako
tersebut. Tetapi setelah beberapa tahun kemudian dalam kaum tersebut telah ada
anak laki-Iaki yang telah memenuhi syarat untuk diangkat sebagai pangulu, maka
gelar sako yang disimpan/dilipat selama ini dibangun kembali. Beberapa nagari menggunakan istilah malakekkan
baju talipek
5.
Manurunkan Nan Tagantuang
Manurunkan nan tagantuang artinya,
mengangkat seorang Pangulu dengan alasan pengangkatan sudah lama tertangguh
karena belum mendapat kesepakatan dari kaum kamanakan terhadap calon pengganti
Pangulu, sehingga gelar pusaka digantung
dahulu.
6. Babalah Siba Baju
Babalah siba baju atau disebut
juga dengan padi sarumpun dibagi duo, artinya menambah Pangulu baru
karena anak kamanakan bertambah banyak.
7.
Mangguntiang Siba Baju
Mangguntiang siba baju artinya pemekaran
dan mendirikan Pangulu baru karena ada persengketaan d iantara beberapa kaum dalam menentukan calon pengganti
Pangulu.
8.
Gadang Manyimpang
Gadang manyimpang artinya, artinya
mendirikan gelar pusako (sako) menurut jalur yang biasa. Contohnya, bila
seorang pangulu pemangku gelar dari kaummnya menikah dengan wanita yang tidak
berasal dari Minangkabau, namun ia ingin agar anak-anak laki-lakinya menjadi
Pangulu bagi adik-adik atau kamanakannya, maka ia dapat mewariskan sebagian
dari gelar sakonya kepada anak laki-lakinya.
Proses
Penentuan Calon Pangulu
1.
Manantukan Baniah
Menentukan
baniah maksudnya, menentukan calon pangulu yang akan diangkat oleh kaum yang
patut menyandang gelar Pangulu. Pemilihan calon ini harus dirundingkan terlebih
dahulu baik buruk calon Pangulu tersebut. Ketentuannya adalah sebagai berikut:
- Manantukan
Baniah
dilaksanakan dalam prinsip musyawarah mufakat.
- Musyawarah
ini dipimpin oleh pangulu atau urang tuo di kaum dengan menyertakan urang jinih
nan ampek di dalam kaum. Jika yang akan dipilih adalah pengulu paruik/indu,
maka musyawarah dipimpin oleh pangulu/urang tuo dalam keluarga saparuik/ saindu.
- Musyawarah
diikuti oleh pangulu/orang tuo di tingkat jurai/indu dengan menyertakan. Jika
yang akan dipilih adalah pangulu di tingkat paruik/indu, maka musyawarah
diikuti oleh mamak rumah tungganai dalam keluarga saparuik/saindu
- Musyawarah
ini dilaksanakan di rumah gadang kaum atau di rumah anggota kaum yang dianggap
layak
- Acara
dilaksanakan sesudah pelaksanaan shalat fardhu secara berkaum-kaum (berjama’ah)
di surau kaum.
- Musyawarah
berisi pembacaan ranji dan silsilah keluarga serta riwayat pribadi baniah/calon
pangulu.
- Musyawarah
dapat dilaksanakan beberapa kali sesuai kebutuhan. Sesuai dengan kato adat:
mancancang ndak sakali putuih. Musyawarah dilakukan secara berdalam-dalam
ibarat kato adat: diindang ditampi tareh, mangaruak sahabih gauang,
manginyam sahabih raso, tibo di paham aka tamanuang, kato nan putuih sandirinyo
- Musyawarah
dimulai dengan makan bajamba dan diakhiri dengan doa’ bersama
1. Dituah Dicilakoi
Dituah dicilakoi artinya, baniah
atau calon pangulu yang sudah dipilih itu diperbincangkan baik buruknya dalam
suatu rapat dalam kaum atau keluarga saparuik/saindu. Keputusan rapat dibawa ke dalam rapat keluarga
saparuik (keluarga berdasarkan garis keturunan ibu). Di sini "dituah
dicilakoi" lagi sesuai dengan sifat- sifat yang harus dimiliki seorang
Pangulu. Proses ini sesuai
dengan kato adat:
Bulek lah buliah digoloangkan,
pipiah lah buliah dilayangkan, dibaco di tangah rapek, dihadapan niniak dengan
amak, sarato urang ampek jinih, sadang dituah dicilakoi, ditimbang mularaek jo
manffat, disigi zat dan sifat, dibaco labo dengan rugi, sakato pulo niniak
mamak, saukua urang basa-basa, lah tapek kato adat, lah lazim janyo syarak.
Adapun bentuk dan susunan
acaranya adalah:
- Acara dilaksanakan di rumah gadang kaum atau rumah gadang keluarga saparuik/saindu (sesuai tingkatan pangulu yang akan dituah cilakoi)
- Acara dipimpin oleh pangulu/urang tuo dalam kaum/paruik/indu (sesuai tingkatan pangulu yang akan dituah cilakoi)
- Acara dihadiri oleh urang nan bajinih dalam kaum, baniah/calon pangulu serta anggota kaum atau keluarga saparuik/saindu
- Acara dilaksanakan sesudah pelaksanaan shalat fardhu secara berkaum-kaum (berjama’ah) di surau kaum
- Acara dimulai dengan makan bajamba dan diakhiri dengan do’a bersama
2. Manyarahan Baniah
Setelah
diperoleh kata sepakat, perlu di undang Pangulu setungku untuk menerima
penyerahan baniah. Pangulu setungku maksudnya Pangulu-pangulu yang akan sehilir- semudik nantinya dengan
calon Pangulu dalam memimpin masyarakat nagari. Dalam rapat Pangulu setungku
ini, juga di beri kesempatan untuk hadirnya anak dan pinak, serta andan dan
pasumandan untuk mengenal calon Pangulu lebih dekat. Adapaun bentuk acaranya adalah:
- Acara dilaksanakan setelah pelaksanaan shalat fardhu
- Acara berbentuk jamuan dengan menghadirkan para pangulu satungku, sahiliak samudiak dalam kampuang atau dalam nagari
- Acara diawali dengan makan bajamba
- Acara dilaksanakan dalam bentuk alua pasambahan yang berisi sekurang-kurangnya penyampaian riwayat/silsilah/ranji dari baniah/atau calon pangulu, serta pembacaan sako dan pusako kaumnya
- Acara diakhiri dengan do’a bersama
3. Musyawarah kaum, babaua-baua, baiyo batido
Mengingat acara malewakan gala membutuhkan biaya yang besar yang
diistilahkan baban barek singguluang batu, rantau jauh nan ka dijalang, karano
itu karajo nan ka dihadang, alah ko siap bareh jo uang, maka diadakan
musyawarah kaum batali darah, baiyo-iyo
jo adiak, batido-tido jo kakak, ajun maajun jo urang sumando Tujuannya adalah
membahas persiapan biaya yang meliputi:
- biaya pembelian seekor kerbau
- biaya pembayar uang adat yang akan diberikan kepada ninik mamak nan gadang basa batuah dalam suku diisi adat kepada suku, nan gadang basa batuah dalam nagari diisi adat kepada nagari, sesuai dengan ketentuan adat diisi limbago dituang,
- Biaya pakaian pangulu sapatagak serta segala pihak yang terlibat dalam upacara,
- Biaya jamuan urang dalam nagari.
4. Manakok Hari
Manakok
hari artinya, menentukan kapan perhelatan berlangsung. Manakok hari juga
ditentukan dalam rapat Pangulu setungku. Di sini anak kamanakan membagi-bagi
tugas untuk dikerjakan pada perhelatan nanti.
- Acara
dilaksanakan setelah pelaksanaan shalat fardhu
- Acara
berbentuk jamuan dengan menghadirkan para pangulu satungku, sahiliak samudiak
dalam kampuang atau dalam nagari
- Acara
diawali dengan makan bajamba
- Acara
dilaksanakan dalam bentuak alua pasambahan yang berisi penyampaian niat serta
maksud pengangkatan pangulu, penyampaian maksud manakok mambilang hari,
malegakan paadok ateh silang nan bapokok karajo nan pangka dan lain-lain
- Acara diakhiri dengan do’a bersama
No comments:
Post a Comment