03 April 2020

BATAGAK PANGULU (1)


Pengangkatan Pangulu
Muhammad Nasir

Pengangkatan pangulu adalah kewenangan kaumnya, sesuai dengan undang-undang adat Pangulu Sakato Kaum, Rajo Sakato Alam. Adapun sebab-sebab dilaksanakannya pengangkatan pangulu adalah sebagai berikut:

1.    Hiduik Bakarilahan
Hiduik bakarilahan artinya, pertukaran Pangulu disebabkan karena Pangulu yang lama sudah tidak sanggup lagi menjalankan tugasnya. Sebagaimana pepatah mengatakan: "Bukik lah tinggi, lurah lah dalam" sehingga ia perlu diganti. Bisa juga karena Pangulu pembawa gelar itu berhalangan tetap, hidup di rantau yang jauh sehingga ia tak dapat melaksakan tugasnya dengan semestinya.

2.    Mati Batungkek Budi
Mati batungkek budi maksudnya adalah Pangulu yang meninggal dunia dalam keadaan masih memegang jabatan. Begitu ia meninggal gelar pusako yang dia pakai  dihimbaukan di tanah sirah (pusako). Sedangkan orang yang menerima jabatan Pangulu sudah ditunjuk sebelumnya sewaktu orang yang memakai gelar sako itu masih hidup, tentunya dengan kesepakatan seluruh anggota kaum atau seluruh ahli waris yang senasab dari pembawa gelar yang lama itu. Selanjutnya disebut pangulu yang diangkat tersebut disebut dengan  batungkek budi.

3.    Patah Tumbuah hilang baganti.
Pangulu yang sudah meninggal digantikan oleh anggota kaumnya yang masih hidup. Aturan ini mengandung dua cara. Yang pertama disebut patah tumbuah ialah ibarat sepohon kayu, kalau batangnya itu telah patah maka dari pangkal pohon (tunggul) tumbuh tunasnya, sehingga kemudian tunas inilah yang akanmenggantikan batang kayu yang patah tadi.  Jadi jika Pangulu yang membawa gelar sako meninggal, maka dipilihiah salah  satu dari anak kanakan anggota kaum yang saparuik menurut garis keturunan ibu. Inilah yang  dinamakan patah tumbuh, yang meninggal digantikan oleh yang hidup, sebagaimana dikatakan kato adat Karambia tumbuah di matonyo, nak nyo  di kasau lakek atok. 

Yang kedua disebut dengan hilang baganti. Cara ini dilakukan bila pangulu yang meninggal tidak dapat digantikan oeh anggota kaum yang bertali darah dengannnya akibat punah. Oleh sebab itu, orang yang akan diangkat menjadi pangulu menggantikannya bukan orang yang bertali darah dengan pangulu tersebut. Bisa  jadi berasal dari kamanakan bertali air, bertali budi ataupun bertali emas, asal waris-waris ini telah memenuhi syarat-syarat adat, sudah dikalikan dalam dan digantungkan tinggi kepada kaum pangulu yang punah ini. Tetapi sebelum diangkat, orang yang menggantikan itu mesti mengisi adat menuang limbago kepada penghuiu dalam suku itu


4.    Mambangkik Batang Tarandam
Mambangkik batang tarandam artinya, mengangkat seorang Pangulu setelah gelar pusaka sudah lama terpendam/dilipat (non aktif), karena selama ini belum ada anak laki-Iaki dewasa yang akan membawa gelar sako tersebut. Tetapi setelah beberapa tahun kemudian dalam kaum tersebut telah ada anak laki-Iaki yang telah memenuhi syarat untuk diangkat sebagai pangulu, maka gelar sako yang disimpan/dilipat selama ini dibangun kembali. Beberapa nagari menggunakan istilah malakekkan baju talipek

5.    Manurunkan Nan Tagantuang
Manurunkan nan tagantuang artinya, mengangkat seorang Pangulu dengan alasan pengangkatan sudah lama tertangguh karena belum mendapat kesepakatan dari kaum kamanakan terhadap calon pengganti Pangulu, sehingga  gelar pusaka digantung dahulu.

6.   Babalah Siba Baju
Babalah siba baju atau disebut juga dengan padi sarumpun dibagi duo, artinya menambah Pangulu baru karena anak kamanakan bertambah banyak.

7.    Mangguntiang Siba Baju
Mangguntiang siba baju artinya pemekaran dan mendirikan Pangulu baru karena ada persengketaan d iantara beberapa kaum dalam menentukan calon pengganti Pangulu.

8.    Gadang Manyimpang
Gadang manyimpang artinya, artinya mendirikan gelar pusako (sako) menurut jalur yang biasa. Contohnya, bila seorang pangulu pemangku gelar dari kaummnya menikah dengan wanita yang tidak berasal dari Minangkabau, namun ia ingin agar anak-anak laki-lakinya menjadi Pangulu bagi adik-adik atau kamanakannya, maka ia dapat mewariskan sebagian dari gelar sakonya kepada anak laki-lakinya. 

Proses Penentuan Calon Pangulu
1.    Manantukan Baniah
Menentukan baniah maksudnya, menentukan calon pangulu yang akan diangkat oleh kaum yang patut menyandang gelar Pangulu. Pemilihan calon ini harus dirundingkan terlebih dahulu baik buruk calon Pangulu tersebut. Ketentuannya adalah sebagai berikut:
  • Manantukan Baniah dilaksanakan dalam prinsip musyawarah mufakat. 
  • Musyawarah ini dipimpin oleh pangulu atau urang tuo di kaum dengan menyertakan urang jinih nan ampek di dalam kaum. Jika yang akan dipilih adalah pengulu paruik/indu, maka musyawarah dipimpin oleh pangulu/urang tuo dalam keluarga saparuik/ saindu.  
  • Musyawarah diikuti oleh pangulu/orang tuo di tingkat jurai/indu dengan menyertakan. Jika yang akan dipilih adalah pangulu di tingkat paruik/indu, maka musyawarah diikuti oleh mamak rumah tungganai dalam keluarga saparuik/saindu 
  • Musyawarah ini dilaksanakan di rumah gadang kaum atau di rumah anggota kaum yang dianggap layak
  • Acara dilaksanakan sesudah pelaksanaan shalat fardhu secara berkaum-kaum (berjama’ah) di surau kaum.
  • Musyawarah berisi pembacaan ranji dan silsilah keluarga serta riwayat pribadi baniah/calon pangulu.
  • Musyawarah dapat dilaksanakan beberapa kali sesuai kebutuhan. Sesuai dengan kato adat: mancancang ndak sakali putuih. Musyawarah dilakukan secara berdalam-dalam ibarat kato adat: diindang ditampi tareh, mangaruak sahabih gauang, manginyam sahabih raso, tibo di paham aka tamanuang, kato nan putuih sandirinyo
  • Musyawarah dimulai dengan makan bajamba dan diakhiri dengan doa’ bersama 


1.  Dituah Dicilakoi
Dituah dicilakoi artinya,  baniah atau calon pangulu yang sudah dipilih itu diperbincangkan baik buruknya dalam suatu rapat dalam kaum atau keluarga saparuik/saindu. Keputusan rapat dibawa ke dalam rapat keluarga saparuik (keluarga berdasarkan garis keturunan ibu). Di sini "dituah dicilakoi" lagi sesuai dengan sifat- sifat yang harus dimiliki seorang Pangulu. Proses ini sesuai dengan kato adat:
Bulek lah buliah digoloangkan, pipiah lah buliah dilayangkan, dibaco di tangah rapek, dihadapan niniak dengan amak, sarato urang ampek jinih, sadang dituah dicilakoi, ditimbang mularaek jo manffat, disigi zat dan sifat, dibaco labo dengan rugi, sakato pulo niniak mamak, saukua urang basa-basa, lah tapek kato adat, lah lazim janyo syarak.

Adapun bentuk dan susunan acaranya adalah:
  • Acara dilaksanakan di rumah gadang kaum atau rumah gadang keluarga saparuik/saindu (sesuai tingkatan pangulu yang akan dituah cilakoi)
  • Acara dipimpin oleh pangulu/urang tuo dalam kaum/paruik/indu (sesuai tingkatan pangulu yang akan dituah cilakoi)
  • Acara dihadiri oleh urang nan bajinih dalam kaum, baniah/calon pangulu serta anggota kaum atau keluarga saparuik/saindu
  • Acara dilaksanakan sesudah pelaksanaan shalat fardhu secara berkaum-kaum (berjama’ah) di surau kaum
  • Acara dimulai dengan makan bajamba dan diakhiri dengan do’a bersama


2.  Manyarahan Baniah
Setelah diperoleh kata sepakat, perlu di undang Pangulu setungku untuk menerima penyerahan baniah. Pangulu setungku maksudnya Pangulu-pangulu yang akan sehilir- semudik nantinya dengan calon Pangulu dalam memimpin masyarakat nagari. Dalam rapat Pangulu setungku ini, juga di beri kesempatan untuk hadirnya anak dan pinak, serta andan dan pasumandan untuk mengenal calon Pangulu lebih dekat. Adapaun bentuk acaranya adalah:
  • Acara dilaksanakan setelah pelaksanaan shalat fardhu
  • Acara berbentuk jamuan dengan menghadirkan para pangulu satungku, sahiliak samudiak dalam kampuang atau dalam nagari
  • Acara diawali dengan makan bajamba
  • Acara dilaksanakan dalam bentuk alua pasambahan yang berisi sekurang-kurangnya penyampaian riwayat/silsilah/ranji dari baniah/atau calon pangulu, serta pembacaan sako dan pusako kaumnya
  • Acara diakhiri dengan do’a bersama


3.  Musyawarah kaum, babaua-baua, baiyo batido
Mengingat acara malewakan gala membutuhkan biaya yang besar yang diistilahkan baban barek singguluang batu, rantau jauh nan ka dijalang, karano itu karajo nan ka dihadang, alah ko siap bareh jo uang, maka diadakan musyawarah  kaum batali darah, baiyo-iyo jo adiak, batido-tido jo kakak, ajun maajun jo urang sumando Tujuannya adalah membahas persiapan biaya yang meliputi:
  • biaya pembelian seekor kerbau
  • biaya pembayar uang adat yang akan diberikan kepada ninik mamak nan gadang basa batuah dalam suku diisi adat kepada suku, nan gadang basa batuah dalam nagari diisi adat kepada nagari, sesuai dengan ketentuan adat diisi limbago dituang,
  • Biaya pakaian pangulu sapatagak serta segala pihak yang terlibat dalam upacara,
  • Biaya jamuan urang dalam nagari. 

4.  Manakok Hari
Manakok hari artinya, menentukan kapan perhelatan berlangsung. Manakok hari juga ditentukan dalam rapat Pangulu setungku. Di sini anak kamanakan membagi-bagi tugas untuk dikerjakan pada perhelatan nanti.
  • Acara dilaksanakan setelah pelaksanaan shalat fardhu
  • Acara berbentuk jamuan dengan menghadirkan para pangulu satungku, sahiliak samudiak dalam kampuang atau dalam nagari
  • Acara diawali dengan makan bajamba
  • Acara dilaksanakan dalam bentuak alua pasambahan yang berisi penyampaian niat serta maksud pengangkatan pangulu, penyampaian maksud manakok mambilang hari, malegakan paadok ateh silang nan bapokok karajo nan pangka dan lain-lain
  • Acara diakhiri dengan do’a bersama


#BahanAjar

No comments: