02 July 2019

Sejarah Singkat Minangkabau (1)

Bermula dari Kisah Iskandar Zulkarnain. Di dalam Tambo alam tidak diterangkan secara jelas siapa sosok Iskandar Zulkarnain yang dimaksud. Jika yang tokoh yang dimaksud adalah Iskandar Zulkarnain yang disebutkan oleh Al Qur'an, maka ia hidup 2000 tahun sebelum masehi (SM). Jika yang dimaksud adalah Iskandar Zulkarnain yang di barat ditulis dengan Alexander the Great, maka ia hidup sekitar 356-323 SM. Masa hidup ke dua tokoh tersebut akan menentukan berapa lama usia Minangkabau.
Sumber Foto: Mozaik Minang

Selanjutnya, apakah pada masa itu wilayah yang dihuni oleh suku bangsa Minangkabau sudah bernama Minangkabau? Meskipun kebenaran masih dicari, manusia berusaha mencari tahu, namun Allah Maha Tahu. Informasi tentang kedua tokoh tersebut sedikit banyaknya telah membuka tabir tentang sejarah Minangkabau Dalam cerita rakyat tentang Iskandar Zulkarnain disebutkan bahwa raja pertama yang datang ke Minangkabau bernama Suri Maharajo Dirajo. Anak bungsu dari Iskandar Zulkarnain. Sedangkan dua saudaranya, Sultan Maharaja Alif menjadi raja di benua Ruhun (Rum) di kawasan Eropa dan Sultan Maharajo Dipang menjadi raja di benua Cina.

Secara tersirat cerita tersebut telah menempatkan kerajaan Minangkabau setaraf dengan kerajaan di benua Eropa dan Cina. Suri Maharajo Dirajo datang ke Minangkabau ini, di dalam Tambo disebut pulau paco (perca) lengkap dengan pengiring yang yang disebut; Kucing Siam, Harimau Campo, Anjiang Mualim, Kambiang Hutan. Pulau Paco yang dimaksud di antaranya termasuk Pulau Sumatera, tempat berdiamnya suku bangsa Minangkabau. Kisah di atas memberi isyarat bahwa wilayah Minangkabau yang dihuni oleh suku bangsa Minangkabau sudah dihuni semenjak 2000 tahun yang lalu. Hal ini tersambung dengan teori yang dibangun oleh ahli sejarah yang akan dipaparkan setelah ini.



Periodesasi Sejarah Minangkabau 

Secara umum, para ahli membagi sejarah Minangkabau kepada 3 (tiga) periode besar, yaitu periode klasik, periode pertengahan dan periode modern. Adapaun gambaran umum pembagian tersebut adalah sebagai berikut:

Periode Klasik 
1. Prasejarah
- Zaman Melayu Tua (+ 2000 SM) Masa Prasejarah Minangkabau dihitung mundur sejak + 2000 tahun sebelum masehi (SM). Masa ini juga dikenal dengan zaman Neolitikum. Neolitikum atau Zaman Batu Muda adalah fase atau tingkat kebudayaan pada zaman prasejarah yang mempunyai ciri-ciri berupa unsur kebudayaan, seperti peralatan dari batu yang diasah, pertanian menetap, peternakan, dan pembuatan tembikar.

Pada masa ini wilayah Minangkabau diyakini telah dihuni oleh manusia yang disebut dengan bangsa Melayu Tua. Masa ini diperkirakan sebagai masa-masa awal kedatangan bangsa Austronesia yang mendiami wilayah Minangkabau. Masa ini ditandai dengan ditemukannya bukti kebudayaan manusia yang dicirikan dengan kegiatan pertanian dan peternakan dengan peralatan yang bersahaja.

Pada masa ini, kebanyakan pekerjaan di wilayah yang sudah dihuni dilakukan oleh kaum wanita dan kaum wanita adalah kelompok masyarakat yang menetap di rumah atau kampung yang sudah dihuni. Mereka ditemani oleh saudara laki-laki mereka, saudara ibu (mamak) ataupun anak laki-laki mereka. Sementara, kaum pria bertugas mencari sumber-sumber makanan dan lahan-lahan yang baru yang dianggap layak. Oleh karena urusan di rumah dan di kampung lebih dominan diurus oleh kaum wanita bersama saudara laki-laki mereka, maka para ahli menganggap ini sebagai landasan terbentuknya adat matrilineal di Minangkabau.

- Zaman Melayu Muda  (+ 350 SM) Pada masa ini, datang satu gelombang pendatang baru yang masih serumpun dengan bangsa Austronesia. Pendatang baru ini disebut dengan bangsa Melayu Muda. Zaman Melayu Muda ini juga dikenal dengan Zaman Perunggu. Zaman Perunggu adalah periode perkembangan sebuah peradaban yang ditandai dengan penggunaan teknik melebur tembaga dari hasil bumi dan membuat perunggu. Bangsa Melayu Muda ini berdasarkan bukti-bukti peralatan yang ditemukan, menurut para ahli menyebar di sekitar Bangkinang dan Kerinci.

 Catatan: merujuk kepada cerita rakyat yang popular sebagai mana disebut pada awal bab ini, maka jika tokoh yang dimaksud adalah Iskandar Zulkarnain yang disebutkan oleh Al Qur'an, maka ia hidup 2000 tahun sebelum masehi (SM). Jika yang dimaksud adalah Iskandar Zulkarnain yang di barat ditulis dengan Alexander the Great, maka ia hidup sekitar 356-323 SM. Masa hidup ke dua tokoh tersebut memberi petunjuk penting kepada dua periode Prasejarah Minangkabau sebagaimana diuraikan di atas.

- Bangsa Minangkabau percampuran Melayu Tua dan melayu Muda.
Selanjutnya, setelah melalui proses pergaulan kemasyarakatan yang alami terjadi percampuran bangsa Melayu Tua dan Melayu Muda, hingga salahsatunya terbentuk suku bangsa Minangkabau sekarang ini. Sebagian lainnya menyebar ke berbagai pulau di Sumatera membentuk suku bangsa Melayu lainnya.

2. Awal sejarah Minangkabau (abad ke-1 hingga ke-7 Masehi)
Awal sejarah dihitung semenjak adanya catatan yang memuat informasi tentang wilayah Minangkabau. Menurut data arkeologi, wilayah Minangkabau sekarang sudah memiliki daerah yang dihuni oleh masyararakat yang memiliki kebudayaan yang teratur. Namun dari aspek pemerintahan belum ada catatan resmi mengenai pemerintahan yang membawahi wilayah Minangkabau.

M.D Mansoer dalam bukunya Sedjarah Minangkabau menyatakan masa awal sejarah Minagkabau dihitung sejak awal abad ke-1 Masehi hingga abad ke-7 Masehi. Namun, secara umum, kerajaan terdekat dengan wilayah Minangkabau yang diduga memiliki pengaruh besar terhadap Minangkabau adalah kerajaan Kandis. Kerajaan Kandis adalah kerajaan tertua yang berdiri di Sumatera, yang terletak di Koto Alang, masuk wilayah Lubuk Jambi, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau. Diperkirakan berdiri pada tahun 1 Sebelum Masehi. Kerajaan inilah yang nantinya berperan menjadi penggagas berdirinya kerajaan-kerajaan rantau Minangkabau. Berturut-turut setelah berdirinya Keranjaan Kandis, berdiri pula kerajaan Koto Alang (203 M), Kerajaan Jambi yang wilayahnya juga meliputi Dharmasraya (212 M).

3. Minangkabau Timur (abad ke-7 hingga pertengahan abad ke-14)
Perkembangan kebudayaan perdagangan di wilayah timur atau rantau timur Minangkabau memotivasi bangkitnya kerajaan yang bertugas megurus perdagangan di wilayah tersebut. Wilayah Minangkabau timut mencakup daerah-daerah di aliran Sungai Kampar Kanan dan Kiri, serta daerah-daerah di aliran sungai Batanghari/ Sungaidareh.

Beberapa kerajaan terpenting yang mempengaruhi mobilitas masyarakat Minangkabau antara lain kerajaan Sriwijaya yang berdiri tahun 682 M dan mulai mempengaruhi wilayah Minangkabau sekitar tahun 688 M. Kerajaan Sriwijaya tercatat beberapa kali memindahkan pusat kekuasaannya. Awalnya di bantaran Sungai Musi Palembang, Dharmasraya (688 M), Muaro Jambi dan Muara Takus, Kampar. Khusus tentang Dharmasraya, mulai mewarisi wilayah yang diperintah oleh Sriwijaya pada tahun 1088 M. Wilayahnya mencakup hampir semua daerah Jambi dan Riau hingga ke selat Malaka di timur.

2 tahun kemudian, pada tahun 1090, Dharmasraya mewarisi hampir seluruh wilayah Kerajaan Sriwijaya dahulunya. Dengan kata lain, Dharmasraya pada hakikatnya menjadi pelanjut kejayaan Sriwijaya dengan merubah nama kerajaan dan mengalihkan ibukota Sriwijaya ke Dharmasraya. Pada tahun 1178, seluruh Sumatera dan Semenanjung Malaya praktis di bawah kekuasaan Dharmasraya. Pada tahun 1252, di dalam wilayah Minangkabau muncul kerajaan Siguntur.

Semenjak 1284, Singasari mulai menancapkan kekuasaannya di Sumatera. Berangsur-angsur wilayah Dharmasraya mulai berkurang drastis. Kerajaan Singasari tak lama memudar dan digantikan oleh kerajaan Majapahit. Pada era kerajaan Majapahit inilah, wilayah kerajaan Siguntur berganti kepada kerajaan Malayupura (1347) yang tunduk pada kuasa Majapahit. Tak lama setelah itu, Malayupura beralih nama menjadi Kerajaan Pagaruyung (1350). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat Minangkabau sejak abad ke-7 masehi mulai terlibat dalam mobilisasi kerajaan-kerajaan besar di pulau sumatera. Dharmasraya sebagai daerah rantau timur Minangkabau memegang kendali penting atas supremasi kebudayaan Minangkabau dan dilanjutkan oleh Pagaruyung di daerah Darek (inti) kebudayaan Minangkabau pada akhir abad ke-14.

No comments: