GERAKAN WAHABI DI
INDONESIA
Oleh HAMKA[1]
Seketika terjadi
Pemilihan Umum, orang telah menyebut-nyebut kembali yang baru lalu, untuk alat
kampanye, nama "Wahabi". Ada yang mengatakan bahwa Masyumi itu adalah
Wahabi, sebab itu jangan pilih orang Masyumi.
Pihak Komunis pernah
turut-turut pula menyebut-nyebut Wahabi dan mengatakan bahwa Wahabi itu dahulu
telah datang ke Sumatera. Dan orang-orang Sumatera yang memperjuangkan Islam di
tanah Jawa ini adalah dari keturunan kaum Wahabi.
Memang sejak abad
kedelapan belas, sejak gerakan Wahabi timbul di pusat tanah Arab, nama Wahabi
itu telah menggegerkan dunia. Kerajaan Turki yang sedang sangat berkuasa, takut
kepada Wahabi.
Karena Wahabi adalah
permulaan kebangkitan bangsa Arab, sesudah jatuh pamornya, karena serangan
bangsa Mongol dan Tartar ke Baghdad. Dan Wahabi pun ditakuti oleh bangsa-bangsa
penjajah, karena apabila dia masuk ke suatu negeri, dia akan mengembangkan mata
penduduknya menentang penjajahan. Sebab faham Wahabi salah meneguhkan kembali
ajaran Tauhid yang murni, menghapuskan segala sesuatu yang akan nembawa kepada
syirik.
Sebab itu timbullah
perasaan tidak ada tempat takut melainkan Allah. Wahabi adalah menentang keras
kepada Jumud, yaitu memahamkan agama dengan membeku. Orang harus kembali kepada
Al Qur‘an dan Al Hadits.
Ajaran ini telah
timbul bersamaan dengan timbulnya kebangkitan Revolusi Prancis di Eropa. Pada masa itu juga "infiltrasi" darı
gerakan ini telah masuk ke tanah Jawa Pada tahun 1788 di zaman pemerintahan
Paku Buwono IV, yang lebih terkenal dengan gelaran "Sunan Bagus",
beberapa orang penganut faham Wahabi telah datang ke tanah Jawa dan menyiarkan
ajarannya di negeri ini. Bukan saja mereka ini masuk ke Solo dan Yogya, tetapi
merekapun meneniskan juga penyiaran fahanya di Cirebon. Bantam dan Madura.
Mereka mendapat sambutan baik, sebab terang anti penjajahan
Sunan Bagus sendiripun
tertarik dengan ajaran kaum Wahabi. Pemerintah Belanda mendesak agar
orang-orang Wahabi itu diserahkan kepadanya. Pemerintah Belanda cukup tahu,
apakah akibatnya bagi penjajahannya, jika faham Wahabi ini dikenal oleh rakyat
Padahal ketika itu
perjuangan memperkokoh penjajahan belum lagi selesai. Mulanya Sunan tidak mau
menyerahkan mereka. Tetapi mengingat akibat-akibatnya bagi Kerajaan-kerajaan
Jawa, maka ahli-ahli kerajaan memberi advis kepada Sunan, supaya orang-orang
Wahabi itu diserahkan saja kepada Pemerintah Belanda. Lantaran desakan itu,
maka merekapun ditangkapi dan diserahkan kepada Belanda. Oleh Belanda
orang-orang itupun diusir kembali ke tanah Arab.
Tetapi di tahun 1801,
artinya 12 tabun di belakang, kaum Wahabi datang lagi. Sekarang bukan lagi
orang Arab, melainkan anak Indonesia sendiri, yaitu anak Minangkabau. Haji
Miskin Pandai Sikat (Agam) Haji Abdurrahman Piabang (Lubuk Limapuluh Koto), dan
Haji Mohammad Haris Tuanku Lintau (Luhak Tanah Datar).
Mereka menyiarkan
ajaran itu di Luhak Agam (Bukittinggi) dan banyak beroleh murid dan pengikut.
Di antara murid mereka ialah Tuanku Nan Renceh Kamang Tuanku Samik Empat
Angkat. Akhirmya gerakan mereka itu meluas dan melebar, sehingga terbentuklah
"Kaum Paderi" yang terkenal. Di antara mereka ialah Tuanku Imam
Bonjol. Maka terjadilah "Perang Paderi" yang terkenal itu. Tigapuluh
tujuh talun lamanya mereka nelawan penjajahan Belanda
Bilamana di dalam abad
kedelapan belas dan sembilan belas gerakan Wahabi dapat dipatahkan, pertama
orang-orang Wahabi dapat diusır dari Jawa, kedua dapat dikalahkan dengan
kekuatan senjata, namun di awal abad keduapuluh mereka muncul lagi!
Di Minangkabau
timbullah gerakan yang dinamai "Kaum Muda". Di Jawa datanglah KHA.
Dahlan dan Syckh Ahmad Soorkati. KHA. Dahlan mendirikan
"Muhammadiyah". Syekh Ahmad Soorkati dapat membangun semangat baru
dalam kalangan orang-orang Arab. Ketika dia mulai datang, orang Arab belum
pecah menjadi dua, yaitu Ar Rabithah Alawiyah dan AI Irsyad. Bahkan yang
mendatangkan Syekh itu ke mari adalah dari kalangan yang kemudiannya membentuk
Ar Rabithah Adawiyah
Musuhnya dalam
kalangan Islam sendiri, pertama talah Kerajaan Turki Kedua Kerajaan Syarif di
Mekkah ketiga Kerajaan Mesir. Ulama-ulama pengambil muka mengarang buku-buku
buat "mengkafirkan" Wahabi Bahkan ada di kalangan Ulama ini yang
sampai hati mengarang buku mengatakan balıwa Muhammad bin Abdil Wahab pendiri
faham ini adalah keturunan Musailamah AI Kazab!
Pembangun Wahabi pada
umumnya adalah bermazhab Hambali, tetapi faham itu juga dianut oleh pengikut
Mazhab Syafi'i, sebagai kaum Wahabi Minangkabau. Dan juga penganut Mazhab
Hanafi, sebagai kaum Wahabi dı India.
Sekarang
"Wahabi" dijadikan alat kembali oleh beberapa golongan tertentu untuk
menekan semangat Kesadaran Islam yang bukan surut ke belakang di Indonesia ini,
melainkan kian maju dan tersiar.
Kebanyakan orang Islam yang tidak tahu di waktu ini, yang dibenci bukan lagi
pelajaran Wahabi melainkan nama Wahabi. Ir Dr Sukarno dalam "Surat-surat
dan Endeh”nya kelihatan bahwa fahamnya dalam Agama Islam adalah banyak
mengandung anasir Wahabi.
Kaum Komunis Indonesia
telah mencoba menimbulkan sentimen Ummat Islam dengan membangkit-bangkit nama
Wahabi. Padahal seketika terdengar kemenangan gilang-gemilang yang dicapai oleh
Raja Wahabi Ibnu Saud, yang dapat mengusir kekuasaan keluarga Syarif dari
Mekkah. Ummat Islam mengadakan Kongres Besar di Surabaya dan mengetok kawat
mengucapkan selamat atas kemenangan itu (1925). Sampai mengutus dua orang
pemimpin Islam dari Jawa ke Mekkah, yaitu HO.S. Cokroaminoto dan KH. MAS
Mansur. Dan Haji Agus Salim datang lagi ke Mekkah tahun 1927.
Karena tahun 1925 dan
tahun 1926 itu belum lama, baru lima puluh tahun lebih saja, maka masih banyak
orang yang dapat mengenangkan bagaimana pula hebatnya reaksi pada waktu itu,
baik dari pemerintah penjajahan, walau dari Ummat Islam sendiri yang ikut benci
kepada Wahabi, karena hebatnya propaganda Kerajaan Turki dan Ulama-ulama
pengikut Syarif.
Sekarang Pemilihan
Umum yang pertama sudah selesai. Mungkin menyebut-nyebut "Wahabi" dan
membusuk-busukkannya ini akan dısimpan dahulu untuk Pemilihan Umum yang akan datang.
Dan mungkin juga propaganda ini masuk ke dalam hati orang sehingga
gambar-gambar "Figur Nasional", sebagai Tuanku Imam Bonjol dan K.H.A
Dahlan diturunkan dari dinding. Dan mungkin perkumpulan-perkumpulan yang menang
nyata kemasukan faham Wahabi sebagai Muhammadiyah, Al Irsyad, Persis dan
lain-lain diminta supaya dıbubarkan saja.
Kepada orang orang
yang membangkit-bangkit bahwa pemuka-pemuka Islam dari Sumatera yang datang
memperjuangkan Islam di tanah Jawa ini adalah penganut atau ketununan kaum Wahabi,
kepada mereka orang-orang dari Sumatera itu mengucapkan banyak-banyak terima
kasih! Sebab kepada mereka telah diberikan kehormatan yang begitu besar!
Sungguhpun demikian,
faham Wahabi bukanlah faham yang dipaksakan oleh Muslimin baik mereka Wahabi
atau tidak. Dan masıh banyak yang tidak mengamut faham inu dalam kalangan
Masyumi. Tetapi pokok perjuangan Islam, yakni hanya takut semata-mata kepada
Allah dan anti kepada segala macam penjajahan, termasuk Komunis adalah anutan
dan mereka bersama!
No comments:
Post a Comment