Prof. Dr. Saifullah SA., M.A. dan Historiografi
Angkatan ’66
di Sumatera Barat
Oleh Muhammad Nasir
1| Poros Angkatan ’66 di IAIN Imam Bonjol Padang
Di Sumatera Barat Prof Saifullah dikenal karena
rekam jejaknya sebagai aktivis. Pada 1998 konsolidasi aktivis mahasiswa tidak
lepas dari patron senioritas di kampus. Utamanya senior yang dosen. Maka di
IAIN Imam Bonjol Padang ada Prof Saifullah. Pembicaraan tentang dirinya tidak
lepas dari track record-nya sebagai eksponen Angkatan ’66.
Berbeda dengan di IKIP Padang/UNP yang merupakan
kombinasi aktivis eksponen ’66 dengan dosen akademisi cum aktivis yang
merupakan generasi setelahnya. Misalnya Prof Mestika Zed. Di Unand begitu juga,
kombinasi eksponen ’66 plus akademisi yang aktifis. Misalnya Dr. Ranny Emilia.
Tanpa mengecilkan arti tokoh di kampus yang lain, setidaknya aktivis di ketiga
kampus ini terkonsolidasi secara ideologis dengan ikatan eksponen angkatan ’66
plus keluarga besar Bulan Bintang (baca eks Masyumi dan organisasi satelitnya).
Kehadirannya memberi energi positif dan kekuatan
moral dan mental bagi aktivis mahasiswa IAIN Imam Bonjol Padang kala itu.
Apalagi ditunjang dengan kesediaannya berorasi dalam beberapa aksi mahasiswa.
Suaranya yang lantang dengan retorika yang bagus, ikut memberikan bobot dalam
aksi tersebut.
2| Mentor para Aktivis
Prof Saifullah adalah mentor aktivis mahasiswa. Ia
tak pernah ikut campur, mendikte dan mengintervensi aktivis, dalam arti tak mau
memaksakan idenya. Kekuatan mentoringnya terletak pada 1) Penguatan jaringan,
2) kemampuan memotivasi, 3) retorika, 4) pendekatan apresiatif dan 5)
kedemawanan.
Para aktivis Mahasiswa IAIN Imam Bonjol banyak
dihubungkan dengan jaringan beliau, baik secar langsung ataupun tak langsung.
Lagi-lagi jejaring utama yang beliau tampilkan adalah angkatan ’66 dan keluarga
besar Bulan Bintang.
Jangan coba-coba
memberi ide dan usulan kepada Prof Saifullah, kecuali beliau akan
menantang balik. Bagus! Jika itu menurut anda baik, kenapa tida anda coba
wujudkan. Bagi aktivis “omdo” pasti tak mau lagi mengusul ini itu kepada
beliau. Apapun ide beliau akan mendukung dengan segala sumber yang ada pada
dirinya.
Retorikanya bagus, sama sekali tak seperti aktivis
Padang berlidah medok. Saya tak tahu persis, apa karena kemampuan berbahasa
Indonesianya yang bagus atau ada pengaruh lidah yang ter-Indonesia di
Yogyakarta. Saya kira, intensitas komunikasinya dalam bahasa Indonesia sangat tinggi.
Retorika yang bagus biasanya lahir dari latihan dan kebiasaan. Namun yang lebih
penting dari kedua itu adalah faktor isi. Mata air yang besar biasanya mengalir
lancar.
Ia pribadi yang dermawan. Beliau pemurah kepada
aktivis. Beliau pernah mengatakan, tidak selamanya aktivis itu lapar dan tidur
di tempat yang kumuh. Sesekali ayo makan enak dan tidur di tempat yang nyaman.
Dari ajakan itu, beliau lebih sering mengajak makan enak dibanding tidur di
hotel. Namun, meskipun beliau pemurah, kami tahu diri dan pandai menjaga jarak.
Tidak semuanya harus dikadukan kepada beliau, kecuali dalam keadaan terdesak.
Kami khawatir, beliau tak pandai mengatakan “tidak”
3| Akademisi cum Aktivis
Akademisi adalah status sosialnya, namun aktivis
adalah jalan hidupnya. Sampai usia 70 tahun sekarang beliau terlihat
bersemangat. Saya sering ingatkan aktivis mahasiswa sekarang agar sering
ngobrol dengan Prof Saifullah. Tapi lagi-lagi mahasiswa terkesan enggan. Takut
tak bisa mengimbangi semangat beliau. Beberapa kali beliau menawarkan siap
berbicara apa saja dengan mahasiswa. “Sediakan forumnya, selagi tidak
berbenturan dengan jadwal saya, saya akan ikut,” kata beliau.
Saya merasa, semangat beliau tidak terikuti oleh dosen jaman now yang
mudah lelah dan mungkin juga malas mewakafkan diri untuk urusan yang di luar
kewajiban pokoknya. Itulah sebabnya sekarang tak banyak akademisi yang
wara-wiri dalam aktivisme sosial. Padahal dulu-dulunya mereka adalah aktivis
yang tak kenal lelah.
4| Historiografi Angkatan ‘66
Di awal kita sudah sebutkan bahwa beliau eksponen
angkatan ’66. Ada banyak aktivis angkatan ’66 yang menulis. Namun untuk merekam
bagaimana situasi sosial politik dan aktivisme angkatan ’66 dalam batas spasial
Sumatera Barat sungguh tak banyak. Informasi berupa buku dan penelitian memang
banyak. Tapi yang dilahirkan dan ditulis oleh pelaku justru sangat berbeda.
Ada banyak mozaik yang menampilkan sisi lain
gerakan sosial yang berbasis pelaku. Utamanya sisi-sisi humanis. Maka dalam
konteks ini, beliau adalah sumber primer yang langka. Banyak generasi beliau
yang sudah pergi dengan membawa ceritanya masing-masing tanpa sempat
mewariskannya kepada generasi berikutnya.
Ada dua buku yang patut dimasukkan ke dalam kategori
historiografi angkatan ’66. Yang pertama buku antologi angkatan ’66 yang
dilaunching tahun 2018 yang lalu dan kedua buku autobiografi beliau sendiri.
Dari Patoga Melanglang Dunia. Beliau menceritakan kisah hidupnya dengan
menyertakan banyak informasi tentang zaman yang dilewatinya. Sepertinya
sebagian besar peristiwa itu melekat dalam ingatan beliau dan hanya sebagian
saja yang tercurahkan ke dalam buku. Maka, menurut saya amatlah rugi
orang-orang yang meneliti tentang angkatan ’66 di Sumatera Barat tanpa menggali
informasi dari beliau.
5| Lesson Learn
Di atas saya bercerita tentang beliau dan
jejaring angkatan ’66 beliau. Jejaring beliau bukanlah jejaring pertemanan
biasa, tetapi jejaring yang dibangun atas dasar visi keislaman dan kebangsaan
yang kuat. Jaringan PII, HMI, DDII, PBB dan beberapa organisasi besar lainnya.
Artinya, kesediaan beliau menjadi bagian dari jaringan itu tentu berangkat dari
komitmen individu yang jelas. Beliau terlahir menjadi aktivis melalui
perkaderan yang sistematis dan dibesarkan dalam dinamika keumatan dan
kebangsaan yang sulit untuk dikeragui. Istilah aktivis zaman sekarang, bukan
“aktivis kaleng-kaleng.”
Saya pikir, untuk IKASUKA bisa juga mengambil
pelajaran dari perjalanan aktivisme Prof Saifullah. Patut pula ditanyakan
kepada warga alumni IAIN Sunan Kalijaga Sumatera Barat ini, apa yang membuat
mereka berjejaring? Adakah visi besar yang termuat dalam organisasi primordial
berbasis kampus saja, atau ada cita-cita lain? Jika pertanyaan ini tidak
dimunculkan dan dicari jawabannya segera, saya yakin organisasi ini akan
kehilangan ‘jiwa’ nya dan boleh jadi tak akan bertahan lama.
No comments:
Post a Comment