03 June 2008

Muntahan Edensor


Muhammad Nasir

“Proyek fisik! lapangan kerja! Itulah semua solusi masalah! Selain itu hanya bualan. Sekarang lihatlah negerimu itu! Ditelikung dari luar, digerogoti dari dalam, tendangan penalti! Sebelas langkah lagi negerimu menuju bangkrut!”

Demikian kata Adam Smith kepada Ikal. Adam Smith yang literer adalah sosok yang tidak asing. Begitu juga dengan Ikal, gembel Belitung yang sedang sekolah di Sorbonne Perancis. Jika mau tahu lebih lanjut, kalimat kutipan di atas dipenggal dari Edensor, halaman 134, tulisan Andrea Hirata, budak Pulau Belitong yang garing.
Sementara lupakan Adam Smith dan Ikal. Dua sosok paradoks, legenda dan mithos.

Harga BBM sudah membubung tinggi, mengalahkan asap yang sebelumnya masih mengebul di sela-sela atap ibu-ibu rumah tangga. Asap itu sudah menjadi debu, di kantor pos tempat BLT dibagikan.

Begitupun halaman legislatif dan eksekutif, penuh dengan kabut bekas injakan kaki ratusan demonstran, menolak kenaikan harga BBM. Sementara itu di kampus kabut masih menutup papan pengumuman, “apakah benar ada bantuan untuk mahasiswa?” tanya beberapa di antara mereka.

Bagaimanapun BBM sudah naik. Kelemahan pengelolaan negara telah menjadikan sumberdaya alam Indonesia menjadi bulan-bulanan. Kedele, daging sapi dan BBM determinant, terutama untuk konsumsi politik. Semua berlagak pahlawan, seolah pendapatnyalah yang akan menyelamatkan Indonesia dar kehancuran.
Tetapi tulisan ini memang untuk pemerintah saja. Adam Smith seolah menarik Ikal (Ical kalee...), bahwa BLT itu keblinger. Tidak menyelamatkan. Yang menyelamatkan itu rescue pad; untuk menyelamatkan! Itupun hanya ada di dunia kartun Dora the Explorer.

Ikal yang mewakili kelompok the pathetic, telmi dan suka lewat jalan tikus. Tidak mau belajar dari kenyataan phit tahun 2005, ketika BBM juga dinaikkan untuk menyelamatkan APBN. Lalu BLT dibagikan sebagai kompensasi agar efek kenaikan BBM tidak terlalu terasa. Tetapi ingatan tidak bisa ditipu!

Apa yang yang harus dibenci Ikal adalah model ekonomi keynesian yang meletakkan uang di atas segala-galanya. Dan dengan uang pula semuanya dapat diselesaikan. Lihatlah bagaimana korupsi itu selalu berurusan dengan uang dan metode penyelesaiannya pun dengan uang. Sogok-suap misalnya.

Begitu harga BBM dinaikkan, alasannya APBN dan lagi-lagi APBN berurusan dengan uang. Kompensasi kenaikan BBM dibuat sedemikian rupa dengan metode uang, bantuan langsung tunai (BLT). Konflik akibat metode ini sangat akut. Ada yang saling tidak tegur sapa, karena ada perbedaan perlakuan akibat data yang tidak akurat.

Jika demikian adanya, Adam Smith itu harus dijemput. Minimal untuk memberi pelajaran, bahwa negeri ini harus diurus dengan baik. Kesejahteraan itu harus dibangun di atas usaha manusia. Bukan uang tunai, yang bikin negara bangkrut. Ikal (Ical- menko Kesra) harus pulang dan baca Edensor.

Sekali lagi baca dengan perlahan, pastikan ingatan anda berfungsi, dan yakinkan bahwa anda tidak telmi ;

“Proyek fisik! lapangan kerja! Itulah semua solusi masalah! Selain itu hanya bualan. Sekarang lihatlah negerimu itu! Ditelikung dari luar, digerogoti dari dalam, tendangan penalti! Sebelas langkah lagi negerimu menuju bangkrut!”

Fa Inna nabiya-llahi Dawud alaihi wasallam kaana ya’kulu min amali yadihi...
Nabi Dawud AS saja makan dari usaha tangannya sendiri.

No comments: