TAMBO:
Sumber Pengetahuan tentang Adat Alam Minangkabau
Muhammad Nasir
A| PENDAHULUAN
Setiap kebudayaan
mempunyai cara untuk mewariskan pengetahuan tentang sejarah masyarakatnya,
sejarah wilayah, asal-usul, bilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat serta
pengetahuan tentang adat istiadatnya. Masyarakat Minangkabau menggunakan Tambo
sebagai media untuk menyampaikan pengetahuan tentang wilayah, asal usul dan
adat istiadatnya. Sebelum menguraikan Tambo Minangkabau, berikut contoh-contoh “tambo”
versi beberapa kebudayaan di lingkar alam Minangkabau.
Tarombo Batak
Berisi silsilah garis keturunan secara patrilineal dalam suku Batak. Sudah menjadi kewajiban bagi masyarakat suku bangsa Batak untuk mengetahui silsilahnya agar mengetahui letak hubungan kekerabatan
Teromba Melayu dan Teromba Negeri Sembilan
Teromba Melayu dan Teromba Negeri Sembilan
Pantun yang berisi panduan dan pengajaran mengenai cara hidup atau sistem hidup
bermasyarakat menurut adat, serta peraturan dan undang-undang yang dibentuk.
Seloko Jambi
Seloko adalah salah
satu bentuk tradisi lisan masyarakat Jambi yang diwariskan secara turun
temurun. Seloko sering kali ditampilkan dalam sebuah prosesi upacara adat,
seperti prosesi upacara adat perkawinan. Bentuknya berupa ungkapan-ungkapan, peribahasa,
pantun, atau pepatah-petitih
Seloko Jambi berisi:
- falsafah hidup yang menjadi dasar kebudayaan masyarakat Jambi
- seperangkat norma yang mengatur kehidupan sehari-hari masyarakat
pemiliknya,
- nasehat, amanat, dalam pergaulan hidup dan kehidupan sehari-hari. Norma
dan nasehat ini disampaikan dalam bentuk ungkapan-ungkapan berupa peribahasa,
pantun, atau pepatah-petitih.
B| TAMBO MINANGKABAU
1.
Pengertian
Kata Dt Sangguno Diradjo (1954), Tambo berasal dari bahasa Sanskerta, tambay
yang artinya bermula. Dalam tradisi masyarakat Minangkabau, tambo merupakan
suatu warisan turun-temurun yang disampaikan secara lisan. TAMBO dalam bahasa Minang Kuno arti yang sebenarnya adalah cerita sejarah asal-usul
kejadian manusia dan alam semesta (Alam Minangkabau), serta kisah perjalanan
para leluhur dan penerapan sistem adat dan hukum undang adat Minangkabau.
Sedangkan
menurut Irwansyah Angku Datuak Katumanggungan (2018), TAMBO diambil
dari makna kalimat TA-AMBO, kalimat Tambo berawalan TA yang artinya (superlatif)
yakni paling, sangat, melampaui, dalam atau luas, yang juga bisa di sinonimkan
kedalam bahasa Indonesia adalah TER. Contoh apabila kalimat tinggi diawali
dengan TER, maka menjadi kalimat tertinggi, artinya paling tinggi atau tidak
ada lagi objek yang memiliki predikat lebih tinggi dari itu. Sedangkan kalimat AMBO
sinonim bahasa Indonesianya adalah HAMBA, diambil dari salah satu dari empat
makna status kepemilikan terhadap diri atau batang tubuh manusia, yakni :
- Sebutan DENAI atau ADEN menunjukkan simbol diri pribadi yang terletak pada kepala (rasio), memaknai egoisme dan otoritas tertinggi, mutlak menunjukkan status hak milik pribadi yang tidak ada pihak lain besertanya.
- Kemudian sebutan AMBO menunjukkan simbol diri pribadi terletak pada dada (paham), bermakna menunjukkan dirinya adanya pihak lain yang memiliki dan dimilikinya sebagai pribadi yang menyatakan dirinya mempunyai status asal-usul kepemilikan tidak terputus dan tidak terhingga.
- Lalu sebutan AWAK menunjukkan simbol diri pribadi yang terletak pada perut, bermakna menunjukkan hak milik pribadi secara bersama-sama namun tidak saling terkait secara status penguasaan pribadi.
- Terakhir sebutan SAYO bermakna menunjukkan simbol diri pribadi yang terletak pada kaki, bermakna menunjukkan dirinya pribadi dimiliki tuan atau otoritas lebih tinggi sebagai penguasa atas dirinya namun memiliki status terbatas oleh rentang waktu dan kejadian.
Dalam bahasa Minang asli tidak ditemukan dan tidak ada kalimat atau sebutan
AKU yang menunjukkan status diri pribadi. Berdasarkan uraian di atas, TA-AMBO
dapat dipahami dalam pengertian TANTANG AMBO. Dalam pengertian ini diyakini
bahwa seseorang dianggap paling tahu tentang dirinya.
2.
Bentuk Tambo
Tambo Minangkabau awal berbentuk tuturan lisan (tidak
ditulis). Tambo disampaikan secara lisan dalam berbagai acara adat seperti, prosesi upacara adat Batagak
Pangulu, prosesi upacara adat Rajo Naik Daulat (pelantikan raja),prosesi
upacara Batagak Tonggak Tuo Rumah Gadang, prosesi upacara pembukaan alek
adat yang di tentukan khusus. Sementara dalam
kehidupan sehari-hari, ungkapan yang ada di dalam tambo dijadikan seumpama
dalil untuk memperkuat argumen, untuk memberi penilaian dan memberi pengajaran.
Setelah masyarakat
Minangkabau mengenal aksara dan tulis baca, maka Tambo Minangkabau ditulis ke
berbagai media, sehingga dikenal bentuk tambo sesuai dengan media penulisannya,
sebagaimana berikut:
a- Tambo Batu.
b- Tambo Tulang.
c- Tambo Kulik.
d- Tambo Loyang.
e- Tambo Kain.
f- Tambo Buku.
Kelima jenis tambo tersebut tidak begitu berkembang, karena proses pembuatannya
memerlukan keahlian khusus, yaitu keahlian memahat sebagaimana prasasti. Selain
itu, informasi yang dimuat terbatas, baik dibatasi oleh media tulisnya, maupun
oleh tujuannya. Pembatasan yang terpenting justru dari tujuan penulisannya,
terbatas untuk lingkungan tertentu. Oleh sebab itu, tambo batu, tambo tulang,
tambo kulik, tambo loyang, tambo lain dan tambo buku biasanya digunakan untuk
menuliskan sejarah keluarga dan kepemilikan atas pusako dan ulayat kaumnya. Karena
alasan ini pulalah diketahui, mengapa begitu sulitnya melihat atau memperoleh
tambo ini dari pemiliknya.
Tambo baik yang berbentuk lisan ataupun yang tertulis
disampaikan dalam bentuk prosa, terutama yang terkait dengan cerita. selain
prosa, bentuk yang paling banyak ditemui adalah dalam bentuk pantun, bidal,
mamang dan ujaran-ujaran hikmah.
3.
Isi Tambo
Secara umum, Tambo di Minangkabau berisi dua hal, yaitu Tambo
Alam dan Tambo Adat. Tambo Alam berisi tentang Sejarah Alam Minangkabau, daerah
hunian awal (nagari tuo) dan perkembangan nagari serta batas-batas wilayahnya. Sebagai
contoh, perhatikan ungkapan tambo berikut:
Tabel Contoh
Ungkapan dalam Tambo
Sumber: A. Dt.Batuah, & A. Dt. Madjoindo, (1959)
Ungkapan Tambo
|
Isinya
|
dimano tiliek
palito,
dibaliek pelong
nak batali,
dimano asa
niniek kito,
dipuncak
gunuang marapi
|
Tentang
asal usul nenek moyang orang Minangkabau
|
Sirawik bari
bahulu
Di asah mako
bamato
Lawik sajo nan
doulu
Mako banamo
pulau paco.
darek basentak naiek,
aie basentak turun,
|
Tentang
kondisi alam atau bentuk geografis
alam Minangkabau masa dahulu.
Menggambarkan
proses naiknya nenek moyang ke daratan Minangkabau dari laut
|
Dari Sikilang Aia
Bangih
Sampai ka Taratak
Aia Itam
Dari Sipisau pisau
Hanyuik
Sampai ka Sialang
Balantak Basi
Dari Riak Nan
Badabua
Sampai ka Durian
Ditakuak Rajo
|
Menunjukkan
batas-batas wilayang alam Minangkabau
|
turun ka lagundi
nan baselo,
sampai ka lurah
indak barangin,
mako babanja
bataratak,
bakorong
bakampuang,
balimo kaum bamulo
aso,
basungai bakayu
tarok,
bakapak baradai,
baikua bakapalo,
bakampuang
dibaliek labuah,
bataratak dusun
tuo,
batabek basawah
tangah,
sawah gadang
satampang banieh,
makanan urang tigo
luak,
asa mulonagari tuo
pariangan.
|
Menunjukkan
tentang proses terbentuknya nagari tuo Minangkabau yaitu di Pariangan Padang Panjang.
|
Dari Taratak manjadi
Dusun, dari Dusun manjadi Koto, dari Koto manjadi Nagari.
|
Alur
proses terbentuknya nagari mengikuti alur proses pembentukan nagari tuo
|
Selanjutnya, Tambo juga berisi tentang ketentuan adat istiadat
Minangkabau. Ungkapan yang berisi norma, ketentuan umum dan aneka peraturan dalam
tambo dijadikan sebagai kaidah atau yurisprudensi dalam menyusun aturan-aturan yang lebih rinci.
B| TAMBO SEBAGAI SUMBER PENGETAHUAN
ADAT
Secara umum dapat dikemukakan bahwa fungsi utama cerita Tambo
Minangkabau adalah untuk menyatukan pandangan orang Minangkabau terhadap asal
usul nenek moyang, adat, dan nagari Minangkabau. Adapun Cerita Tambo berfungsi sebagai:
a- Pewarisan Nilai Adat Minangkabau (Sheiful Yazan, 2016)
b- Mengukuhkan aturan adat mengenai pewarisan harta pusaka kepada
kemenakan,
c- Mengukuhkan kedudukan penghulu sebagai pemimpin dalam masyarakat. (Djamaris,
1991:76 dan 204)
Adapun cara transmisi pesan dari zaman ke zaman agar dapat menjadi pengetahuan adalah:
a- Disampaikan dalam bentuk warih bajawek, tutua didanga. Dalam pengertian ini,
cerita tambo diaajarkan dan diwariskan secara lisan melalui metode hafalan.
b- Disampaikan
dan diajarkan secara tidak langsung dalam pasambahan atau rundiang dalam
berbagai acara adat Minangkabau
c- Disampaikan
dalam komunikasi harian dengan cara mengutip ungkapan-ungkapan tambo
d- Diungkapkan
dan disebarkan dalam penulisan tambo-tambo nagari atau tambo-tambo kaum.
e- Sebagai alat verifikasi kebenaran cerita, dalam
proses pewarisan ini diperlukan ingatan yang kuat agar terhindar dari kesalahan
sekecil apapun. Sabarih bapantang lupo. Satitiak bapantang hilang.
Tambo tidak mudah untuk dipahami melalui bentuk tulisan semata, sebab Tambo hanya bisa di pahami melalui empat metode yakni :
a- Ta- Surek artinya memahami Tambo
dengan panca indra yang dimiliki manusia secara umumnya, bisa berupa
ditafsirkan dari berupa benda, simbol, aksara, artefak dan situs yang
istilahnya bisa dibaca secara tersurat.
b- Ta-Sirek artinya memahami Tambo dengan
akal budi pekerti yang bisa mengetahui maksud dari makna Tasurek, atau
mengetahui maksud dari simbol yang tersurat.
c- Ta-Suruek artinya memahami Tambo
dengan ketajaman spritualitas yang bisa mengetahui tujuan dari makna Tasirek,
atau mengetahui tujuan Tasirek dari maksud Tasurek.
d- Ta-Sarak artinya memahami Tambo dengan
keilmuan yang mencakup keseluruhan makna simbol maksud dan tujuan dari Tasurek,
Tasirek,Tasuruek dalam satu titik akhirnya adalah Paham akan isi Tambo secara
utuh zahir dan batin. (Tengku Irwansyah Angku Datuak Katamamnggungan, 2018)
Berdasakan uraian di atas, untuk mengetahui isi Tambo Minangkabau paling tidak sesorang harus mengetahui filosofi Minangkabau minimal memahami dengan baik bahasa Minangkabau.