Syair Hujan
bibit yang sakit di tanah busuk,
lumbung hilang kapuk
rumah gadang
tertangkap lapuk,
silam menjelang kelam
pernah 'kan kuimpikan
ia tumbuh di atap ijuk bak embun-embun sejuk
hijau di atas bukit , tundukkan mata muda pencari sejuk
itulah biji yang jatuh ke tanah tak berinduk
dulu! Sebab dialah yang hilir saat sungai mengayun-ayun sendu.
bibitpun enggan menjadi bangkai, meski luluh di rindu pantai
pernah juga hujan rusak di tanah retak, air tak lagi hilir ke tubuh kita.
kampung luluh lantak, apa daya tuhan berkehendak
pernah! dan ku kenang di sini dan nun di sana
mungkin juga di mana-mana
ia tumbuh selepas tanya ; tanya di lubang jejak!
mata muda ini mendadak sebak ;
panas terik tikam tengkorak tembus hingga ke otak
yang pasti hujan yang turun tak bersajak
sebab antah, waktu telah menolak
bingkai tumbuh memenjara kehendak
sayang, ia tak bergerak hidup tak enak, mati tak hendak. kenapa sayang?
(7/3/06)