Oleh: Muhammad Nasir
Sepertinya saat ini sebagian orang Indonesia harus berpandai-pandai bicara dengan pemimpinnya. Agaknya, kesibukan pemimpin kita saat ini adalah mengatasi masalah dalam diri mereka sendiri. Selain itu, agaknya apa yang dimaksud dengan masalah nasional adalah masalah-masalah yang terkait dengan sengketa politik di antara pemimpin.
Sebut saja masalah koalisi, pembagian kekuasaan, saling lempar kesalahan dan tanggung jawab dan terakhir ini masalah Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia. Semua nyaris menyita masalah nasional yang lain, misalnya mahalnya harga sembako, bencana alam, sulitnya memperoleh Kartu Tanda Penduduk dan sekambut masalah lainnya.
Dari semua masalah itu sesuatu yang dapat dikatakan adalah; pemimpin kita itu sedang mengidap amnesia. Amnesia membuat mereka lupa akan tujuan semula, yaitu mengurus rakyat dan membuat pekerjaan yang bermuara pada kesejahteraan rakyat.
Fasal Amnesia
Apakah tepat disebut amnesia, wallahu a’lam. Tetapi melihat gejala dan prilaku pemimpin saat ini dapat dikiaskan serupa itu.
Amnesia adalah kondisi seseorang yang terganggu daya ingatnya. Akibatnya adalah ketidakmampuan mengingat masa lalu dan ketidakmampuan membayangkan masa depan.
Kata Wikipedia, bila seorang yang normal membayangkan masa depan, mereka menggunakan pengalaman masa lalu untuk mengkonstruksi skenario yang mungkin dihadapi.
Sebagai contoh, seseorang yang mencoba membayangkan apa yang akan terjadi dalam pesta yang hendak didatanginya akan menggunakan pengalaman pesta sebelumnya untuk membantu mengkonstruksi kejadian di masa depan.
Lain halnya dengan pengidap amnesia, ia sama sekali tidak bisa mengingat apapun yang terjadi setelah munculnya amnesia ini walaupun baru berlalu sesaat. Kampanye politik saat pemilu legislatif dan eksekutif baru saja berlalu, mereka sudah melupakannya.
Yang lebih parah, ia sama sekali tidak punya gambaran masa depan seperti apa yang sedang ia bangun.
Dalam garah kucindan harian sering didengar, pengidap amnesia disinyalir karena acap terbentur kepalanya. Orang yang kepalanya pernah terbentur dengan keras bisa jadi lupa segala-galanya.Bisa jadi begitu. Akibat benturan keras antar relit politik itu barangkali menyebabkan mereka lupa diri. Kalaupun ada ingatan yang tersisa terbatas pada apa yang sedang mereka hadapi saat ini, yaitu politik yang terdiri dari kawan politik dan lawan politik.
Negeri Sinetron
Cerita tentang Indonesia makin lama makin seru seperti sinteron kejar tayang yang tak jelas kapan sudahnya. Ceritanya menyebar ke mana-mana mengikuti nasib aktor pelakunya dan besarnya rating sinetronnya.
Kata sebagian orang, menonton sinetron membuat orang jadi bodoh, pikiran dan logika bisa tak berfungsi.
Kekuatan sinetron yang terletak pada konflik dan kejutan-kejutan yang tak masuk akal membuat orang lupa jalan cerita sesungguhnya. Sejuta kejengkelan, kesedihan dan perasaan lainnya berkecamuk dalam sebuah sinetron.
Hanya saja nasib negeri ini tak bisa diserupakan dengan sinetron. Tidak semua masalah selesai begitu saja dengan kejutan yang tiba-tiba. Artinya negeri sinetron ini harus dibawa segera ke alam nyata.
Tidak bisa dielakkan, segala masalah politik di negeri ini selalu terkait dengan uang. Misalnya masalah Bank Century, mafia pajak, cukai container illegal, suap-menyuap dan sebagainya. Bahasa lainnya korupsi.
Maka kiranya dapat disimpulkan bahwa pelaku politik negeri ini tak lebih dari pialang dan petualang politik. Bukan pejuang seperti jaman dulu. [pdg.31 Des 2011]
Muhammad Nasir
Magistra Indonesia Padang
No comments:
Post a Comment