Education is the passport to the future
Muhammad Nasir
Mengikuti perkuliahan yang penuh
tantangan, dengan keterbatasan fisik sebagai seorang manusia pra lanjut usia
(kata WHO), saya sering kali merasa seperti seorang musafir yang lelah menapaki
gurun pasir yang tak berujung. Haus, tapi tak punya air. Setiap langkah terasa
berat, setiap hari adalah perjuangan yang tak kenal lelah (siapa bilang? Ini melelahkan,
bro!).Semua harus dihadapi seperti di medan perang. Tidak serius, mati konyol.
Kalau serius, ada banyak kemungkinan; masih hidup dan pegal-pegal, masih hidup
dengan tubuh penuh luka, atau mati syahid (masya Allah).
Dari malam-malam panjang yang
dihabiskan dengan membaca dan merenung (dan membaca WA). Beberapa dari artikel
tersebut telah diterbitkan, sementara yang lain sedang dalam proses editorial.
Setiap kata yang tertulis adalah manifestasi dari semangat yang membara, sebuah
dedikasi terhadap ilmu pengetahuan yang tak pernah surut dan menyala-nyala.
Dalam perjalanan ini, saya teringat
kata-kata Malcolm X Education is the passport to the future, for tomorrow
belongs to those who prepare for it today. Kata-kata ini senantiasa menjadi
penyemangat di kala saya merasa putus asa. Belajar bukanlah sekadar kewajiban,
melainkan sebuah passport dan surat jalan menuju masa depan yang lebih baik.
Ketika pinggang terasa remuk, dan
punggu terasa sekeras papan, otot-otot terasa kawat kusut, mata redup di tengah
pijar bohlam LED bergaransi yang menyala terang, saya ingat apa yang dikatakan
oleh Thomas A. Edison, there is no substitute for hard work. Tak ada rumus
yang bisa digunakan selain kerja keras. Meskipun tubuh sudah enggan meneteskan
keringat (karena pakai kipas angin), setiap tugas harus dapat diselesaikan. Kadang-kadang
di sini air mata mulai menetes.
Agamaku mengajarka pentingnya ilmu pengetahuan. Apalagi begitu banyak ayat-ayat _mutasyabihat_ yang wajib diimani dan karena semuanya berasal dari Allah SWT (Q.S. Ali Imran ayat 7), maka pesan ayat mutasyabihat itupun mesti dibaca dengan teliti. Belantara ayat mutasyabihat tentu akan menyesatkan orang-orang yang bodoh. Tetapi saya tak ingin tersesat. Diri ini ingin keluar dari dua jenis manusia yang dikatakan oleh Ibnu Sina, beragama tapi tidak berakal, atau berakal tapi tidak beragama.
The world is divided into men who have wit and no religion and men who have religion and no wit-Ibnu Sina.
Selain itu, menuntut ilmu itu agar
selamat dari jenis manusia sampah dan sia-sia yang menurut Imam Al-Ghazali knowledge
without action is wastefulness and action without knowledge is foolishness. Ya
Allah, ini sungguh berat, bahwa ilmu yang diperoleh mesti diiringi dengan
tindakan yang nyata.
Perjalanan ini mungkin masih berat dan
penuh liku, tetapi setiap langkah yang diambil adalah sebuah kebanggaan, seperti
kebanggaan orang buta yang dapat melewati belantara baru yang belum pernah ia
kenali. Dengan semangat yang tak pernah pudar, saya harus terus melangkah,
mengejar keserbamungkinan dan keserbatakpastian. The only way to achieve the
impossible is to believe it is possible kata Charles Kingsleigh. Dengan
keyakinan ini, saya akan terus berjuang dan berusaha memberikan yang terbaik.
Ini belum usai.
Sesi perkuliahan yang baru saja dilewati baru pada tahap membaca daftar isi dan
synopsis kuasa ilahi yang amat besar. Untuk membaca itupun Allah SWT berkenan memberi
sedikit ilmu kepada hamba-Nya (QS Al Isra:85). Betapa sulit mengaku hebat
padahal jatah ilmu yang diperebutkan belum tentu berhasil dikuasai dengan baik.
Ibarat berbagi hati tungau.
Ini sudah hamper mencapai 600 kata. Mengapa menulis ocehan receh ini lebih mudah dari menulis abstrak 150 kata? Eta terangkanlah….
Padang, 08 Juli 2024
No comments:
Post a Comment