Kekerabatan Matrilineal (Ringkasan Bacaan)
Muhammad Nasir
Muhammad Nasir
Ada dua sistem kekerabatan yang berkembang di dunia, yaitu sistem kekerabatan Patrililineal dan Matrinlineal. Sistem Kekerabatan patrilineal membangun ikatan kekerabatan antar anggota keluarga melalui jalur ayah/bapak. Sistem kekerabatan ini paling banyak dianut di seluruh dunia. Sementara sistem kekerabatan matrilineal dianut sekali oleh suku bangsa dunia. Salah satunya di Minangkabau. Sistem kekerabatan matrililnial menurut Baranislav Malinowsky sebagaiana dikutip Muhammad Radjab adalah mereka yang hidup dalam suatu ketertiban (susunan) masyarakat yang di dalamnya kekerabatan dihitung menurut garis ibu dn pusaka serta warisan diturunkan melalui garis ibu pula.
Belum ada penjelasan yang memadai tentang asal usul mengapa masyarakat Minangkabau menganut sistem kekerabatan matrilineal. MD Mansoer dkk (1970) mencoba menelusuri asal usul kekerabatan Matrilineal di Minangkabau. Menurutnya, kekerabatan matrilineal merupakan ciri-ciri pendukung kebudayaan neolitihicum yang hidup dari pertanian dan peternakan. Ia menulis:
_Kemungkinan besar pendukung kebudajaan neolithicum di Minangkabau adalah bangsa Austronesia (Melaju-Polinesia) atau Melaju tua, penduduk asli Minangkabau. Mereka datang ke Minangkabau dalam ikatan keluarga setjara bergelombang dan dalam djangka waktu jang sangat lama dengan mempergunakan perahu bertjadik hasil kebudajaan chas bangsa Austronesia (± 2000 tahun s.M.). Merekalah pendukung kebudajaan neolithicum jang tjiri utamanja ialah pertanian dan peternakan jang sederhana. Pekerdjaan kebanjakan dikerdjakan oleh kaum wanita. Wanita ialah lambang kesuburan dan produksi dan wanita adalah unsur masjarakat jang tetap tinggal di rumah (kampung). Karena itu kaum wanita memegang peranan penting dalam ikatan kekeluargaan dari kampung. Mungkin pada zaman inilah diletakkan dasar2 pertama dan adat Minangkabau jang berdasarkan garis keibuan (matrilineal) dan tertanam kokoh di Minangkabau hingga pada zaman ini_.
Sementara Yulizal Yunus dalam sebuah sesi perkuliahan Islam dan Budaya Minangkabau di Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang (2018) membangun argumen bahwa *kekerabatan matrilineal di Minangkabau berasal dari kearifan lokal masyarakat Minangkabau yang berbunyi Alam Takambang jadi Guru. Masyarakat Minangkabau menjadikan alam sebagai inspirasi, sumber pengetahuan dan sumber belajarnya (learning resources). Diduga kuat, pelajaran matrilineal dipelajari dari alam. Menurutnya, secara naluriah makhluk hidup terutama manusia dan hewan memiliki kedekatan asasi dengan ibu. Di samping itu, ibu merupakan pihak yang paling dekat dengan anak-anak dan kerabatnya sekaligus yang paling mengenal siapa-siapa saja yang menjadi anggota kerabatnya. Oleh sebab itu, kebudayaan matrilineal Minangkabau terbentuk secara alamiah.*
Adapun beberapa ciri pokok praktik adat dalam kebudayaan Minangkabau yang matrilineal Minangkabau adalah: suku terbentuk menurut garis dari jalur ibu, perkawinan menganut sistem eksogami-matrilokal, kekuasaan dalam suku terletak di tangan ibu melalui jalur saudara laki-lakinya, harta bersama (pusako) diwariskan dari mamak kepada kemanakan (dari saudara laki-laki ibu kepada anak dari saudara perempuan).
--------------
catatan
Menurut saya sistem kekerabatan Matrilineal merupakan sistem kekerabatan paling tua di dunia. Ibu merupakan basis pengelompokan terawal dalam sejarah. Secara alamiah, manusia dan makhluk hidup lainnya cendrung mendekat kepada ibu. Seiring perubhan waktu dan terbentuknya sistem kekuasaan dan kepemimpinan, laki2 (bapak) mulai mengambil alih peran sebagai penguasa dan pemimpin dalam komunitas. Lama kelamaan, kelompok-kelompok satuan sosial mulai bergerak ke arah sistem patrilineal. Laki-laki mulai mengambil peran yang lebih besar.
Sistem Matrilinela yang dipakai oleh masyarakat Minangkabau merupakan *salah satu masyarakat matrilineal terbesar dan tereakhir yang masih tinggal di dunia*
Sedangkan sistem matrilineal sebagai prinsip dasar pelaksanaan kekuasaan dan kepemimpinan di Minangkabau terbentuk secara bertehap sejak awal abad ke-4 hingga abad ke-5 masehi saat pemukiman Minangkabau mulai berkembang. Perkembangan pemukiman ini meniscayakan munculnya sistem kekuasaan. Sistem kekuasaan dan kepemimpinan ini terus berkembang dan mengalami perubahan sepanjang waktu.
Buku Bacaan
Muhammad Radjab, Sistem Kekerabatan di Minangkabau, Padang: Center for Minangkabau Studies Press, 1969, hlm. 17
M.D. Mansoer, Sedjarah Minangkabau, Jakarta: Bhratara, 1970, hlm. 31
1 comment:
Lantas bagaimana dengan penerapan sistem matrilineal sebelum perkawinan antara Adityawarman dengan Puti Indo Jalito, apakah yang patrilineal dihilangkan atau tetap dijalankan dengan versi berbeda ?
Post a Comment