Oleh: Muhammad Nasir
Jelang siang di simpang empat lampu merah Lubuk Bagaluang. Suasana tak
terlalu ramai saat lampu merah menyala. Kendaraan yang mengarah ke Taluak Bayua
atau ke kanan ke arah kampus UPI berhenti. Saya berada di sana, dalam susunan
yg tak teratur.
Ruas jalan itu sejatinya dapat diisi oleh tiga mobil atau empat banjar
dengan kendaran roda dua. Tentu saja bila pengendara dapat membagi jalan dengan
sempurna. Tapi tidak untuk siang siang itu [sebenarnya juga pada waktu-waktu
yang lain). Crowded.
Satu lajur kiri mestinya dikosongkan untuk pengendara yang belok kiri
menuju Indaruang. Namun entah apa yang merasukinya, satu kendaraan berhenti
sempurna di lajur kiri itu. Sepertinya ia akan menuju ke arah Taluak Bayua.
Alhasil beberapa kendaraan tertahan di belakang mobil yang gagah ganteng itu.
Sumber: graphicmama.com |
Tingkah bertingkah bunyi klakson mengingatkan pengendara nakal
tersebut. Dari atas motor Mio J biru keluaran 2013, saya lihat pengendara mobil
tersebut diam saja seolah tak terjadi apa-apa. Bahkan meski truk besar dengan
kesal sudah telolet-telolet di belakangnya, namun ia acuh-acuh jua. Ee...tak
tuntuang, jeh!.
Tak dapat lagi bersabar, pada akhirnya sopir truk besar yang mentelolet
tadi menjulurkan kepalanya ke luar mobilnya (lewat pintu mobil sebelah kanan ya).
Ia lalu berteriak: "Oi...baruak! Di maa ang tagak ko?"
Ajaib, baruak itu- maksudnya sopir mobil yang menghalangi jalan tadi
langsung bergerak. Ia melaju ke kesalahan ke-2, menerabas lampu merah. Dalam
khazanah Minangkabau, sopir yang diper-baruk itu sedang menerapkan Ilmu Basi.
Tentang Ilmu Basi
Ilmu Basi adalah ilmu lama. Karena sudah lama, orang mulai lupa
namanya. Namun jurus-jurusnya masih terpakai sepanjang masa. Macam-macam nama
jurusnya. Ada basibagak, basibanak, basi-pakak, basigalia dan segala macamnya.
Saya periksa kamus lengkap bahasa Minang karya Inyiak Gouzali Saydam
(2004). Basibagak artinya ingin menang sendiri, tidak mau mengikut aturan yang
sudah ditetapkan bersama. Maunya mengikuti aturan sendiri. Sekilas, orang yang
basipakak terlihat berani, tetapi beraninya membuat kesalahan, berani melanggar
aturan. Berani apa pula ini?
Basibanak tak ada dalam kamus itu. Tetapi asal katanya banak, besepadan
dengan kata benak, isi kepala atau otak. Kalau sudah kesal, orang Minangkabau menyebut
otak atau pikiran dengan banak. Waspadalah jika kata ini disebutkan. Jangan
senyum-senyum juga.
Ragam penggunaan kata banak ini juga digunakan dalam idiom yang lain,
yaitu babanak dalam arti mempunyai benak atau otak dan pikiran. Jika ada
kalimat Sarupo urang indak babanak, artinya adalah seperti orang yang tidak
berakal pikiran yang sehat. Orang seperti ini juga sering diumpat dengan
istilah babanak di ampu kaki, artinya tidak berpikiran dan berperasaan sama
sekali.
Basipakak termasuk satu jurus juga dalam ilmu basi. Asal katanya pakak,
artinya tuli, tidak mendengar. Fungsi fa’al alat pendengarannya tidak berjalan,
makanya ia tuli. Dalam kondisi ekstrim, orang seperti ini disebut dengan pakak
badak (tuli seratus persen). Jika masih bisa mendengar sedikit-sedikit, disebut
dengan pakak labang. Istilah lainnya adalah pakak turiak, artinya tuli karena disebabkan
oleh penyakit turiak, sejenis penyakit infeksi telinga yang membuat lubang
kuping seseorang mengeluarkan cairan berbau busuk. Orang ahli THT mungkin tahu
nama penyakitnya. Tanya saja ke sana.
Meski pakak badak, pakak labang dan pakak turiak adalah sejenis
penyakit, namun dalam keseharian juga sering digunakan untuk memaki dan
mengumpat. Dia mempunyai Makna konotasi, makna tambahan yang berhubungan dengan
nilai rasa. Makian ini sering digunakan untuk orang yang pura-pura tidak
mendengan, bebal dan tak mempan nasehat. Dari makna konotatif inilah keluar
istilah basipakak.
Terkahir, basigalia adalah galir, licik dan mau menang sendiri. Supaya
orang bule juga tahu, galia dalam bahasa Inggris bisa disebut Sly, Crafty,
Tricky, Cagey, Wily dan lain-lain dalam makna negatif. Istilah Minagkabaunya
cadiak buruak. Bacalah buku Karl G. Heider (2011), The Cultural Context of
Emotion: Folk Psychology in West Sumatra.
Berat dugaan saya. Berdetak hati saya, sopir yang diper-baruak tadi
sudah mengamalkan ilmu basi ini dengan sempurna. Semua jurus, malahan.
Basibagak, basibanak dan basipakak. Sedikit kelemahannya adalah, bahwa ilmu
basinya ternyata hanya berlaku untuk manusia. Begitu disebut baruak alias
beruk-monyet. Lunturlah ilmunya.
Terkahir, meskipun Ilmu Basi dikenal di Minangkabau, namun
jurus-jurusnya juga berkembang di berbagai masyarakat kebudayaan lainnya di
nusantara. Nama Ilmunya, ndak tau saya doh! [*]
https://bakaba.co
No comments:
Post a Comment