Muhammad Nasir
Pengertian
Menurut Michele Vovelle adalah sejarah ketaksadaran
kolektif, sejarah tentang mentalitas yang pra-verbal dan pra-refleksif. Secara umum
sejarah mentalitas dapat diartikan sebagai sejarah yang mengkaji aspek
kepercayaan dan sikap-sikap manusia pada masa lalu. Sejarah mentalitas adalah
disiplin sejarah yang mengkaji kepribadian kelompok.
Sejarah mentalitas (l’histoire mentalite) berasal
dari teori Durkheim mengenai menenai fakta sosial itu. Sejarah mentalitas
dikembangkaan oleh kelompok annales
di Perancis. (Annales d’histoire economique et
sociale majalah yang didirikan Lucien Febvre dan Marc Bloch pada
1929).
Dalam sosiologi Durkheim, mentalitas kolektif
bukanlah persoalan psikologi yang membicarakan fakta individual tetapi
persoalan sosiologis. Fakta sosial ialah gejala yang dimiliki secara umum oleh
anggota-anggota kelompoknya. Durkheim mengatakan bahwa “fakta sosial adalah
semua cara bertindak suatu masyaraka, setuju atau tidak individunya.”
Sejarah mentalitas munculpada 1960-an dan
1970-an sebagai reaksi terhadap determinisme. Sejarah mentalitas melihat
mentalitas sebagai fakta sosial, merdeka dari determinisme apa pun. Oleh
karenanya, dikatakan bahwa sejarah mentalitas telah mengangkat mentalitas dari
ruang bawah tanah ke ruang bawah atap (form cellar
to attic).
Rintisan
Sejarah Mentalitas.
Lucien Febvre (1878-1956), memulai
pemikirannya dengan konsep mengenai sensibilite dalam
sejarah. Sensibilitas (sensibilite, sensibility, sensitivity) adalah emosional
manusia. Febvre mengharapkan adanya jenis sejarah yang baru tentang cinta,
kesedihan, ampunan, berkah, kematian, belas kasihan, kekejaman, ketakutan,
kebencian, dan sebagainya. Philippe Aries (pada 1960) menerbitkan buku
Centuries Of Childhood: A Social History of Family Life. Buku ini dinilai sebagai
karya pertama tentang sejarah mentalitas.
Selanjutnya tema-tema sejarah mentalitas
berkembang, berubah, dan diperluas. Tema baru yang muncul: mentalitas
revolusioner, kontra revolusioner, orang-orang militan, kaum anarkis,
perbanditan, pelacuran, petualangan, pembunuhan, kriminalitas, budaya
populer, penindasan, kekerasan, dan kematian (sikap, ”seni”, upacara).
Bidang Kajian Sejarah Mentalitas
Sejarah mentalitas mengkaji aspek kepercayaan dan sikap-sikap
manusia pada masa lalu. Bidang kajian sejarah mentalitas adalah ide, ideologi,
mitos, sikap , watak, orientasi nilai, dan struktur kesadaran mentalitas adalah
ilmu psikologi. Sumber sejarah menalitas, antara lain cerita rakyat (folklore),
kepercayaan rakya (folkbelief), lagu rakyat (folksong) dan tradisi lisan (oral
radition) yang berkembang di suatu masyarakat.
Bidang Garapan Sejarah
Bidang garapannya adalah mentifact[1]
yang mencakup antara lain ide, ideologi, orientasi nilai, mitos dan segala
macam struktur kesadarannya. Ideologi adalah sistem ide-ide yang menunjuk
kepada nilai-nilai sehingga dapa berfungsi sebagai tujuan kehidupan pada
umumnya dan pada sistem politik khususnya. Lewat sosialisasi politik,
nilai-nilai yang terkandung didalamnya dapat dipolakan serta dilembagakan
sehingga seluruh bidang kehidupan mewujudkan gaya, etos, atau jiwa tertentu.
Misalnya: Kapitalis (individualis, profit oriented, demokratis) dan Sosialis
(kolektif, peran negara dominan,totaliter).
Kehidupan rakyat serta kebudayaannya, meliputi folklore,
folkbelief, folksong, folkways (norma) yang ada diluar kebudayaan dominan adalah
fakta mental (mentifact) yang dapat diterima, namun substansinya tidak dapat
begitu saja diterima sebagai fakta historis, tetapi harus dibaca dan
ditafsirkan dengan hati-hati.
Fungsi Sejarah Mentalitas
Sejarah mentalitas berfungsi mengembalikan proses sejarah pada
mentifact, fakta yang menunjuk pada ide, pikiran, nilai-nilai, dsb. Sejarah
Mentalitas lebih mengutamakan bagaimana ide atau semangat itu mempengaruhi
sejarah tertentu. Dengan kata lain ide dan aksi punya kaitan yang erat.
Jika ingin mengetahui apa yang menjadi penggerak utama tingkah
laku pelaku sejarah, atau yang menyebarkan semangat suatu bangsa, atau
mendasari watak suatu nation, jawabannya dapat dicari dengan kata kunci (key
word) seperti Ideologi, mitos, etos, jiwa, ide-ide, mentalitas, nilai-nilai,
dan religi. Keyword ini yang disebutkan ini memberi inspirasi serta membentuk
pola sikap dan dedikasi pelaku sejarah terhadap suatu ide/gagasan.
Konstruksi Sejarah Mentalitas
- Perspektif Realisme Simbolik
Teori ini bertolak dari pandangan bahwa segala realitas yang
mengingkari kehidupan manusia, benda, lembaga, aksi, interaksi, baik proses
maupun struktur menunjuk kepada atau mencerminkan nilai-nilai yang ada pada
manusia. Aksi dan interaksi dalam pola kelakuan manusia menunjuk kepada nilai
tertentu, sehingga kelakuan manusia merupakan lambang yang mencerminkan nilai
yang mendasarinya.
Realisme yang kita hadapi hanya lambang-lambang yang semuanya
mewakili nilai dalam kesadaran manusia. Pengetahuan mentalitas bangsa sangat
dibutuhkan untuk memahami proses-proses sejarah serta perilaku para aktor
sejarah. Simbol-simbol itu juga yang menunjuk kepada ide, nilai, kepercayaan;
atau unsur kesadaran manusia.
- Perspektif Filsafat Fenomonologis
Dalam perspektif filsafat fenomonologis, pada hakikatnya berbagai
realitas kehidupan manusia berakar atau berasal dari kesadaran. Kesadaran
adalah realitas primer. Realitas tersebut terutama adalah segala sesuatu yang
diciptakan oleh manusia, yaitu segala bentuk kebudayaannya. Semua fakta yang
nampak sebenarnya merupakan ekspresi dari apa yang terjadi dalam mental orang,
antara lain pikiran, ide, kepercayaan, dan segala macam unsur kesadaran.
Kesadaran sangat penting peranannya sebagai faktor penggerak atau
pencipta fakta-fakta sejarah lainnya (revolusi, perang, pemberontakan, gerakan,
dll) sehingga perlu dikaji mentifact dalam segala bentuknya yang kesemuanya
menjadi objek studi sejarah mentalitas/intelektual/ide-ide.
Namun tidak semua bentuk kesadaran meninggalkan bekasnya (dokumen,
monumen) sebab banyak mentifact musnah terbawa mati karena tida tercatat/tidak
berbekas. Kehadiran bekas tertulis mendorong sejarawan menginterpretasikan
berbagai simbol melalui pengetahuan kebudayaan, sebab realitas simbol dari
suatu masyarakat sebenarnya menunjuk kepada mentalitas atau jiwa masyarakat.
Sejarah mentalitas dalam perspektif ini dikaji untuk mengungkap mentifact selaku dasar atau pangkal
proses atau struktur dari berbagai segi kehidupan manusia.
Penelitian Sejarah
Mentalitas
Penelitian terkait
sejarah mentalitas (l’histoire mentalite) sangat mungkin dilakukan dan mudah
dijangkau karena :
- sejarah mentalitas dekat dengan tingkat kesadaran masyarakat,
- sumber sejarah mentalitas tersedia dengan mudah (koran, masyarakat, sejarah lisan), dan
- sejarah mentalitas tidak memerlukan sumber asing (Belanda), karena topik-topik kontemporer (sesudah 1945) banyak sekali.
Pendekatan dalam Penulisan Sejarah
Mentalitas
Dalam penulisan sejarah mentalitas terdapat pendekatan yang khusus,
pendekatan tersebut yaitu verstehen dan imajinasi sejarah.
·
Verstehen
Wilhelm Dilthey menggunakan verstehen sebagai jalan untuk memahami
(bukan menrangkan) sejarah. Sebab, aktor sejarah adalah manusia yang berfikir
dan merasa, kita harus memahami perilaku pelaku sejarah sebagai mana pelaku itu
sendiri memberi makna perbuatannya, harus menemukan “subjecktif mind”, makna
subjectif dan tafsir subjectif pelaku sejarah.
·
Imajinasi Sejarah
Imajinasi sejarah adalah kamera yang sanggup membuat gambar seperti
aslinya, mempunyai kekuatan evocative atau (merangsang, menggoda),
bukan hanya ornamental tetapi strutural
Sejarah Mentalitas di Indonesia
Sejarah mentalitas telah dirintis oleh
Sartono Kartodirdjo dengan tulisannya “Literature and History: Soewarsih’s
Buiten het Gareel, a Piece of I’Histoire Mentalite”. Setting cerita
Bandung tahun 1930-an, menceritakan tentang semangat nasionalisme anggota
partai Marhaen pimpinan Ir. Soekarno
Kata Kunci:
- Fakta Sejarah
- Artifact, sociofact, mentifact
- Sejarah mentalitas
- l’histoire mentalite
[1] Menurut Sartono Kartodirdjo ada tiga jenis
fakta sejarah, yaitu: artifact (benda), sociofact
(fakta sosial), dan mentifact (mental/kejiwaan) menyangkut semua fakta yang
terjadi dalam jiwa, pikiran atau kesadaran manusia. Fakta mental atau mentifact
adalah fakta abstrak yang berupa keyakinan atau kepercayaan yang dimiliki oleh
masyarakat tertentu. Faka mental meliputi ide, konsep, gagasan, ideology,
agama, dan inspirasi. Fakta sosial atau sociofact adalah fakta yang berkembang
dalam kehidupan suatu masyarakat pada zaman tertentu. Fakta sosial meliputi
lembaga sosial, kelas sosial, pranata sosial, dan konflik sosial. Fakta benda atau artefak merupakan fakta yang berupa benda konkret.
Benda-benda tersebut ditemukan melalui penggalian arkeologi, seperti tugu,
prasasi, candi, kubur batu, atau nekara.
No comments:
Post a Comment