24 November 2017

Sejarah Mentalitas (l’histoire mentalite)



Muhammad Nasir



Pengertian
Menurut Michele Vovelle adalah sejarah ketaksadaran kolektif, sejarah tentang mentalitas yang pra-verbal dan pra-refleksif. Secara umum sejarah mentalitas dapat diartikan sebagai sejarah yang mengkaji aspek kepercayaan dan sikap-sikap manusia pada masa lalu. Sejarah mentalitas adalah disiplin sejarah yang mengkaji kepribadian kelompok.
 
Asal Usul
Sejarah mentalitas (l’histoire mentalite) berasal dari teori Durkheim mengenai menenai fakta sosial itu. Sejarah mentalitas dikembangkaan oleh kelompok annales di Perancis. (Annales d’histoire economique et sociale majalah yang didirikan Lucien Febvre dan Marc Bloch pada 1929).

Dalam sosiologi Durkheim, mentalitas kolektif bukanlah persoalan psikologi yang membicarakan fakta individual tetapi persoalan sosiologis. Fakta sosial ialah gejala yang dimiliki secara umum oleh anggota-anggota kelompoknya. Durkheim mengatakan bahwa “fakta sosial adalah semua cara  bertindak  suatu masyaraka, setuju atau tidak individunya.”

Sejarah mentalitas munculpada 1960-an dan 1970-an sebagai reaksi terhadap determinisme. Sejarah mentalitas melihat mentalitas sebagai fakta sosial, merdeka dari determinisme apa pun. Oleh karenanya, dikatakan bahwa sejarah mentalitas telah mengangkat mentalitas dari ruang bawah tanah ke ruang bawah atap (form cellar to attic).

Rintisan Sejarah Mentalitas.
Lucien Febvre (1878-1956), memulai pemikirannya dengan konsep mengenai sensibilite dalam sejarah. Sensibilitas (sensibilite, sensibility, sensitivity) adalah emosional manusia. Febvre mengharapkan adanya jenis sejarah yang baru tentang cinta, kesedihan, ampunan, berkah, kematian, belas kasihan, kekejaman, ketakutan, kebencian, dan sebagainya. Philippe Aries (pada 1960) menerbitkan buku Centuries Of Childhood: A Social History of Family Life. Buku ini dinilai sebagai karya pertama tentang sejarah mentalitas.

Selanjutnya tema-tema sejarah mentalitas berkembang, berubah, dan diperluas. Tema baru yang muncul: mentalitas revolusioner, kontra revolusioner, orang-orang militan, kaum anarkis, perbanditan, pelacuran, petualangan, pembunuhan, kriminalitas, budaya populer, penindasan, kekerasan, dan  kematian (sikap, ”seni”, upacara).


Bidang Kajian Sejarah Mentalitas

Sejarah mentalitas mengkaji aspek kepercayaan dan sikap-sikap manusia pada masa lalu. Bidang kajian sejarah mentalitas adalah ide, ideologi, mitos, sikap , watak, orientasi nilai, dan struktur kesadaran mentalitas adalah ilmu psikologi. Sumber sejarah menalitas, antara lain cerita rakyat (folklore), kepercayaan rakya (folkbelief), lagu rakyat (folksong) dan tradisi lisan (oral radition) yang berkembang di suatu masyarakat.



Bidang Garapan Sejarah

Bidang garapannya adalah mentifact[1] yang mencakup antara lain ide, ideologi, orientasi nilai, mitos dan segala macam struktur kesadarannya. Ideologi adalah sistem ide-ide yang menunjuk kepada nilai-nilai sehingga dapa berfungsi sebagai tujuan kehidupan pada umumnya dan pada sistem politik khususnya. Lewat sosialisasi politik, nilai-nilai yang terkandung didalamnya dapat dipolakan serta dilembagakan sehingga seluruh bidang kehidupan mewujudkan gaya, etos, atau jiwa tertentu. Misalnya: Kapitalis (individualis, profit oriented, demokratis) dan Sosialis (kolektif, peran negara dominan,totaliter).



Kehidupan rakyat serta kebudayaannya, meliputi folklore, folkbelief, folksong, folkways (norma) yang ada diluar kebudayaan dominan adalah fakta mental (mentifact) yang dapat diterima, namun substansinya tidak dapat begitu saja diterima sebagai fakta historis, tetapi harus dibaca dan ditafsirkan dengan hati-hati.



Fungsi Sejarah Mentalitas

Sejarah mentalitas berfungsi mengembalikan proses sejarah pada mentifact, fakta yang menunjuk pada ide, pikiran, nilai-nilai, dsb. Sejarah Mentalitas lebih mengutamakan bagaimana ide atau semangat itu mempengaruhi sejarah tertentu. Dengan kata lain ide dan aksi punya kaitan yang erat.



Jika ingin mengetahui apa yang menjadi penggerak utama tingkah laku pelaku sejarah, atau yang menyebarkan semangat suatu bangsa, atau mendasari watak suatu nation, jawabannya dapat dicari dengan kata kunci (key word) seperti Ideologi, mitos, etos, jiwa, ide-ide, mentalitas, nilai-nilai, dan religi. Keyword ini yang disebutkan ini memberi inspirasi serta membentuk pola sikap dan dedikasi pelaku sejarah terhadap suatu ide/gagasan.



Konstruksi Sejarah Mentalitas

  • Perspektif Realisme Simbolik

Teori ini bertolak dari pandangan bahwa segala realitas yang mengingkari kehidupan manusia, benda, lembaga, aksi, interaksi, baik proses maupun struktur menunjuk kepada atau mencerminkan nilai-nilai yang ada pada manusia. Aksi dan interaksi dalam pola kelakuan manusia menunjuk kepada nilai tertentu, sehingga kelakuan manusia merupakan lambang yang mencerminkan nilai yang mendasarinya.



Realisme yang kita hadapi hanya lambang-lambang yang semuanya mewakili nilai dalam kesadaran manusia. Pengetahuan mentalitas bangsa sangat dibutuhkan untuk memahami proses-proses sejarah serta perilaku para aktor sejarah. Simbol-simbol itu juga yang menunjuk kepada ide, nilai, kepercayaan; atau unsur kesadaran manusia.



  • Perspektif Filsafat Fenomonologis

Dalam perspektif filsafat fenomonologis, pada hakikatnya berbagai realitas kehidupan manusia berakar atau berasal dari kesadaran. Kesadaran adalah realitas primer. Realitas tersebut terutama adalah segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia, yaitu segala bentuk kebudayaannya. Semua fakta yang nampak sebenarnya merupakan ekspresi dari apa yang terjadi dalam mental orang, antara lain pikiran, ide, kepercayaan, dan segala macam unsur kesadaran.



Kesadaran sangat penting peranannya sebagai faktor penggerak atau pencipta fakta-fakta sejarah lainnya (revolusi, perang, pemberontakan, gerakan, dll) sehingga perlu dikaji mentifact dalam segala bentuknya yang kesemuanya menjadi objek studi sejarah mentalitas/intelektual/ide-ide.



Namun tidak semua bentuk kesadaran meninggalkan bekasnya (dokumen, monumen) sebab banyak mentifact musnah terbawa mati karena tida tercatat/tidak berbekas. Kehadiran bekas tertulis mendorong sejarawan menginterpretasikan berbagai simbol melalui pengetahuan kebudayaan, sebab realitas simbol dari suatu masyarakat sebenarnya menunjuk kepada mentalitas atau jiwa masyarakat.



Sejarah mentalitas dalam perspektif ini dikaji untuk mengungkap mentifact selaku dasar atau pangkal proses atau struktur dari berbagai segi kehidupan manusia.



 Penelitian Sejarah Mentalitas

Penelitian terkait sejarah mentalitas (l’histoire mentalite) sangat mungkin dilakukan dan mudah dijangkau karena :

  • sejarah mentalitas dekat dengan tingkat kesadaran masyarakat,
  • sumber sejarah mentalitas tersedia dengan mudah (koran, masyarakat, sejarah lisan), dan
  • sejarah mentalitas tidak memerlukan sumber asing (Belanda), karena topik-topik kontemporer (sesudah 1945) banyak sekali.
 Pendekatan dalam Penulisan Sejarah Mentalitas

Dalam penulisan sejarah mentalitas terdapat pendekatan yang khusus, pendekatan tersebut yaitu verstehen dan imajinasi sejarah.

·      Verstehen

Wilhelm Dilthey menggunakan verstehen sebagai jalan untuk memahami (bukan menrangkan) sejarah. Sebab, aktor sejarah adalah manusia yang berfikir dan merasa, kita harus memahami perilaku pelaku sejarah sebagai mana pelaku itu sendiri memberi makna perbuatannya, harus menemukan “subjecktif mind”, makna subjectif dan tafsir subjectif pelaku sejarah.

·      Imajinasi Sejarah

Imajinasi sejarah adalah kamera yang sanggup membuat gambar seperti aslinya, mempunyai kekuatan evocative atau (merangsang, menggoda), bukan hanya ornamental tetapi strutural
 
Sejarah Mentalitas di Indonesia

Sejarah mentalitas telah dirintis oleh Sartono Kartodirdjo dengan tulisannya “Literature and History: Soewarsih’s Buiten  het Gareel, a Piece of I’Histoire Mentalite”. Setting cerita Bandung tahun 1930-an, menceritakan tentang semangat nasionalisme anggota partai Marhaen pimpinan Ir. Soekarno


Kata Kunci:

  • Fakta Sejarah 
  • Artifact, sociofact, mentifact
  • Sejarah mentalitas
  • l’histoire mentalite






[1] Menurut Sartono Kartodirdjo ada tiga jenis fakta sejarah, yaitu: artifact (benda), sociofact (fakta sosial), dan mentifact (mental/kejiwaan) menyangkut semua fakta yang terjadi dalam jiwa, pikiran atau kesadaran manusia. Fakta mental atau mentifact adalah fakta abstrak yang berupa keyakinan atau kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat tertentu. Faka mental meliputi ide, konsep, gagasan, ideology, agama, dan inspirasi. Fakta sosial atau sociofact adalah fakta yang berkembang dalam kehidupan suatu masyarakat pada zaman tertentu. Fakta sosial meliputi lembaga sosial, kelas sosial, pranata sosial, dan konflik sosial.  Fakta benda atau artefak merupakan fakta yang berupa benda konkret. Benda-benda tersebut ditemukan melalui penggalian arkeologi, seperti tugu, prasasi, candi, kubur batu, atau nekara.

No comments: