Judul : The Lost Symbol
Penulis : Dan Brown
Alih Bahasa : Ingrid Dwijani Nimpoeno
Penerbit : Bentang Yogyakarta
Cetakan : Cet. Pertama 2010
Tebal :712 halaman
Resensiator : Muhammad Nasir
Informasi penting bagi yang pernah membaca
karya Dan Brown sebelumnya - Deception Point, Digital Fortress, The Da
Vinci Code, dan Angels and Demons-, bahwa The Lost Symbol masih berkutat
seputar organisasi-organisasi rahasia yang berpengaruh kuat dalam
membentuk sejarah dunia.
Tokoh utama dalam novel ini masih Robert Langdon,
Simbolog Agama dari Harvard University, sebagaimana The Da Vinci Code
dan Angels and Demons. Petualangan ini bertajuk menyelamatkan seseorang
atau sesuatu dari sosok misterius yang dan berhubungan dengan organisasi
penuh rahasia dan interpretasi simbol. Hebatnya simbol-simbol yang
diungkapkan itu ada di komputer anda. Saat membaca novel ini usahakan
komputer anda menyala pada posisi Microsoft word terbuka, dari toolbar
klik insert dan tekan symbol!
Kali ini, organisasi yang dikuak misterinya adalah
Freemasonry. Dalam novelnya terdahulu, misalnya The Da Vinci Code
berupaya menguak misteri dan kontroversi Prelatur Vatikan yang dikenal
sebagai Opus Dei dan Biarawan Sion. Begitu juga dalam Angels and Demons
yang menceritakan persaudaraan Illuminati yang menentang gereja, yang di
antara mereka ada ilmuwan terkemuka seperti Gallileo Gallilei, Sir
Issac Newton, Johannes Kepler dan Copernicus.
Langdon (atau mungkin Dan Brown sendiri) seolah
memberi penegasan bahwa Washington adalah sarang organisasi Freemasonry.
Semesta symbol ciptaan persaudaraan [moral] ini bertebaran di seluruh
penjuru kota. Lihat juga bagaimana ia menyebutkan sejumlah presiden
Amerika seperti Benjamin Franklin, Teddy Roosevelt, Harry Truman, dan
Gerald Ford--memang benar anggota Freemasonry. Latar belakang ini
membuat bangunan di Washington banyak diwarnai kepercayaan Freemasonry.
Soal Freemasonry dan segenap lika-likunya sebaiknya
anda baca saja sendiri. Saya justru menemukan keasyikan tersendiri
ketika menemukan kata kunci (keyword) menarik untuk saya sendiri yaitu
Noetic Science. Apa pula itu?
Noetic Science : menjemput yang silam
Novel ini bercerita tentang pencarian portal kuno
berdasarkan sejumlah petunjuk, simbol-simbol, dan cerita yang
menakjubkan. Hampir semuanya menyangkut teknologi canggih hingga ilmu
ketuhanan. Tetapi yang menarik selain simbol dan freemasonry adalah ilmu
baru bernama Noetic Science yang diperkenalkan oleh Dan Brown melalui
Katherine Solomon tokoh perempuan novel ini yang tak lain --sang ilmuwan
Noetic Science-- itu sendiri.
Katherine Solomon menyebut noetic science sebagai
"ilmu yang mungkin baru, tapi sesungguhnya ilmu pengetahuan tertua di
dunia, yaitu studi mengenai pikiran manusia". Dalam cerita disebutkan
bidang ilmu noetic berpengaruh terhadap semua bidang ilmu mulai dari
fisika, sejarah, filsafat dan agama (hal. 64). "Nenek moyang kita
(orang-orang kuno) sesungguhnya memahami pikiran secara lebih mendalam
daripada kita saat ini. Pikiran manusia adalah satu-satunya teknologi
yang dimiliki orang-orang kuno.
Selama berabad-abad “orang terpandai” di dunia
mengabaikan ilmu pengetahuan kuno, mengolok-oloknya sebagai tahayul yang
bodoh dan mempersenjatai diri dengan skeptisisime angkuh;
“terobosan-terobosan baru setiap generasi terbukti keliru menurut
teknologi generasi berikutnya (hal.89-90).
Sesuatu yang dapat dipahami dari Noetic Science ini
adalah kekuatan berpikir positif yang dapat mengontrol sesuatu menuju
yang diinginkan. Postulatnya kira-kira : "sesuatu itu kalau dipikirkan
tidak baik akan tidak baik juga hasilnya. Sebaliknya, jika seseorang
percaya semuanya akan baik-baik saja, maka semua akan baik-baik saja.
Tinggal mengatakan “sebentar lagi semuanya akan berubah” (hal. 64).
Tiba-tiba ingat orang yang menyebut dirinya Mentalist atau Master Mind;
Deddy Corbuzier.
Ilmu noetic pernah membuat lompatan kuantum pasca
peristiwa terror WTC 2001, ketika dunia yang ketakutan bersatu
memfokuskan diri pada kedukaan bersama dan kesatuan pengalaman maka
lahirlah keteraturan dalam kekacauan (hal. 92). Tetapi apakah
keteraturan itu bernama perang global melawan terror (war against global
terrorism)? Wallahu a’lam. Untuk menguji postulat itu, terutama di
tengah karut-marut politik bangsa Indonesia terkini, dapatkah gaya
berpikir noetic ini bisa memberi solusi?
Terpaksa banyak membaca
Novel ini memang sarat pengetahuan dan dalam taraf
tertentu sangat melelahkan. Saya terpaksa harus berjibaku membentangkan
banyak buku yang lain terutama tentang beberapa istilah dan peristiwa
tertentu, sebagai pendalaman pengetahuan agar "nyambung" dengan yang
diceritakan Dan Brown. Misalnya kata "noetic" yang tak bersua di kamus.
Bagi peminat sejarah, menelusuri terma yang lazim
ditemukan dalam kitab sejarah yang terbujur-terbelintang dalam novel ini
menjadi sensasi tersendiri. Kekuatan fiksi dalam karyanya nyaris “remuk
redam” dan seolah-olah menjadi kenyataan sejarah yang sulit
terbantahkan.
Selain itu keahlian Dan Brown sungguh menakjubkan
terutama dalam memanfaatkan fakta-fakta sejarah berdirinya Amerika
Serikat dan keberaniannya mengangkat sejarah kontroversial, hidden
history dalam sejarah Amerika Serikat bahkan sejarah Kristiani.
Asyiknya, metode penyajiannya yang seperti membuka
“kotak pandora” justru membawa pembaca pada tamasya yang mengesankan ke
beberapa peristiwa sejarah pada kurun waktu tertentu. Oleh karenanya,
tak ada salahnya membaca The Last Symbol ini sebagai penyegaran setelah
disibukkan dengan riset konvensional dalam disiplin ilmu sejarah.
Selamat bertualang!
Resensiator:
Muhammad Nasir, Pembaca buku dan peminat sejarah.
Aktif di Magistra Indonesia, Padang
dimuat di harian Padang ekspres, Minggu, 28 Februari 2010
29 December 2016
Duri-duri Toleransi
درء المفاسد مقدم على جلب المصالح
"Menolak kerusakan-kerusakan itu didahulukan daripada menarik kemaslahatan (Kaidah
Fikhiyah)
~~~~~~~~~~
Toleransi (تسامح) adalah syarat mutlak untuk menegakkan kebhinekaan Indonesia. Tanpa toleransi, Indonesia sebagai bangsa baru yang majemuk dalam banyak hal diyakini bubar sejak awal.
Praktik toleransi di Indonesia sudah bagus. Namun entah apa sebabnya praktik toleransi ini seolah belum terjadi. Contoh kasus yang terus berulang; tentang kontroversi ucapan selamat natal kepada non muslim, serta kontoversi penggunaan atribut natal oleh muslim. Hampir setiap tahun umat Islam disibukkan dengan kontroversi ini. Inilah duri-duri yang menusuk toleransi.
Dugaan sementara, penyebabnya adalah kegagalan dalam mengenali perbedaan (bukan gagal menerima perbedaan) akibat kurangnya ilmu dan wawasan, kepentingan konyol, keganjenan/kegenitan berpikir, serta upaya-upaya jahat merusak kebhinekaan. Hal ini mungkin saja berasal dari umat islam sendiri, dari umat nasrani atau bahkan dari pihak yang punya kepentingan buruk merusak kebhinekaan.
Gagal memahami perbedaan
Perbedaan adalah kemestian. Menerima perbedaan adalah kedewasaan. Namun mengenali perbedaan butuh ilmu dan pengetahuan. Dalam kontroversi hal ihwal natal ini jelas dan nyata perbedaan pendapat tentang hukum mengucapkan selamat natal dari orang/lembaga muslim kepada kaum nasrani, merayakan natal bersama, menggunakan atribut natal. Ada yang membolehkan dan ada yang melarang. Inilah fakta di kalangan Islam.
Sementara bolehlah disebut bahwa ada juga di kalangan umat nasrani yang gagal memahami perbedaan pendapat yang terjadi di internal umat Islam. Bahkan yang lebih naif, ada juga umat nasrani yang menilai pihak yang melarang/keberatan dengan selamat natal, natal bersama dan menggunakan atribut natal sebagai kelompok intoleran dan picik dalam beragama dan berbangsa. Mestinya, sikap umat islam yang menolak/melarang ini harus dihormati sebagai wujud nyata praktik toleransi.
Akhirnya bisa dilihat betapa debat konyol di media sosial antara sesama warga bangsa yang berbeda pendapat dan berbeda agama menjadi kerancuan berpikir (logical fallacies) yang melebar ke isu-isu yang tidak perlu. Di sinilah perlunya ilmu pengetahuan (di antaranya ilmu agama.
Saran yang relevan untuk kondisi ini adalah, agar semua agama kembali mendalami ajaran agamanya dengan baik serta mengenali agama saudara sebangsanya yang berbeda agar terhindar dari kesalahan semisal off side di sepakbola.
Sebagai a concluding remarks, bahwa memahami itu adalah mengerti suatu maksud, dan mengerti suatu maksud mempunyai atribute pengetahuan, dan pengetahuan dibangun dari pengalaman. Orang yang memahami perbedaan pastilah mengerti arti kata "harap maklum"
Kepentingan konyol
Kepentingan konyol sejauh ini muncul dari dunia usaha/bisnis dan hiburan (entertainment), terutama soal penggunaan atribut natal bagi karyawan muslim. Hampir tiap tahun selalu bermasalah. Alih-alih memanfaat momentum dan mengambil tema hari besar agama, dunia bisnis dan entertainment justru secara konyol melewati batas wilayah berbahaya bagi kebhinekaan. Dapat dipastikan, kekonyolan ini juga disebabkan kegagalan memahami perbedaan akibat kurangnya ilmu dan wawasan.
Keganjenan/kegenitan berpikir
Sekadar berpikir, bersikap dan bertindak sesuai keyakinan dan ilmu adalah legal dan dijamin undang-undang. Namun ada pula yang berpikir dan bertindak ganjen, genit, banyak gaya dan cari perhatian inilah yang mengkhawatirkan. Istilah Bang Haji Rhoma Irama; "terlalu!" Bisa jadi ini dari politisi, tokoh masyarakat atau entah siapalah. Ciri-cirinya; bangga berlebihan dengan tindakannya sendiri, membela diri dan pendapatnya sencara ngotot atas nama toleransi, merendahkan pendapat orang lain. Tujuan tindakan ini tidak lebih sekadar menggoda dan menohok secara satire bahkan pejoratif terhadap pihak yang tidak sependapat. Ada kalanya sekadar menjilat carimuka atasan, kolega atau sekadar cari sensasi ibarat pepatah Arab "Bul 'alaa zamzam fatu'raf!"
Akibatnya muncullah ketegangan dan ejekan yang berbalas-balasan, bahkan tindakan intoleran dari orang-orang yang kurang sabar.
Upaya-upaya jahat merusak kebhinekaan
Mungkin ini mirip teori konspirasi. Meski sulit dibuktikan namun dapat dirasakan. Dalam sejarah selalu ada pihak-pihak yang menangguk di air keruh. Memperkeruh air sebagai tindakan prakondisi, air keruh sebagai kondisi ideal menangguk ikan. Yang jelas ini upaya dari pihak ketiga yang ingin kebhinekaan rusak. Itu saja.
~~~~~~~~~~
Kembali ke kaidah fikih yang ditulis di awal, bahwa soal kontroversi hal ihwal natal yang sudah dan masih terus terjadi sebaiknya menjadi pengetahuan yang sebatas dimaklumi. Debat kontoversial ini lebih banyak kerusakannya dibanding maslahatnya. Karena itu, menghindari kerusakan (preventif) lebih didahulukan dari mengambil maslahat. Inilah upaya bersama merawat kebhinekaan. Bagi umat Islam, menurut saya, ayat : لكم دينكم و لي دين harusnya menjadi dalil dasar untuk mengokohkan kebhinekaan. Walláhu a'lam bi al shawáb.
(Muhammad Nasir/Kari Bagindo Sati/26-12-2016)
"Menolak kerusakan-kerusakan itu didahulukan daripada menarik kemaslahatan (Kaidah
Fikhiyah)
~~~~~~~~~~
Toleransi (تسامح) adalah syarat mutlak untuk menegakkan kebhinekaan Indonesia. Tanpa toleransi, Indonesia sebagai bangsa baru yang majemuk dalam banyak hal diyakini bubar sejak awal.
Praktik toleransi di Indonesia sudah bagus. Namun entah apa sebabnya praktik toleransi ini seolah belum terjadi. Contoh kasus yang terus berulang; tentang kontroversi ucapan selamat natal kepada non muslim, serta kontoversi penggunaan atribut natal oleh muslim. Hampir setiap tahun umat Islam disibukkan dengan kontroversi ini. Inilah duri-duri yang menusuk toleransi.
Dugaan sementara, penyebabnya adalah kegagalan dalam mengenali perbedaan (bukan gagal menerima perbedaan) akibat kurangnya ilmu dan wawasan, kepentingan konyol, keganjenan/kegenitan berpikir, serta upaya-upaya jahat merusak kebhinekaan. Hal ini mungkin saja berasal dari umat islam sendiri, dari umat nasrani atau bahkan dari pihak yang punya kepentingan buruk merusak kebhinekaan.
Gagal memahami perbedaan
Perbedaan adalah kemestian. Menerima perbedaan adalah kedewasaan. Namun mengenali perbedaan butuh ilmu dan pengetahuan. Dalam kontroversi hal ihwal natal ini jelas dan nyata perbedaan pendapat tentang hukum mengucapkan selamat natal dari orang/lembaga muslim kepada kaum nasrani, merayakan natal bersama, menggunakan atribut natal. Ada yang membolehkan dan ada yang melarang. Inilah fakta di kalangan Islam.
Sementara bolehlah disebut bahwa ada juga di kalangan umat nasrani yang gagal memahami perbedaan pendapat yang terjadi di internal umat Islam. Bahkan yang lebih naif, ada juga umat nasrani yang menilai pihak yang melarang/keberatan dengan selamat natal, natal bersama dan menggunakan atribut natal sebagai kelompok intoleran dan picik dalam beragama dan berbangsa. Mestinya, sikap umat islam yang menolak/melarang ini harus dihormati sebagai wujud nyata praktik toleransi.
Akhirnya bisa dilihat betapa debat konyol di media sosial antara sesama warga bangsa yang berbeda pendapat dan berbeda agama menjadi kerancuan berpikir (logical fallacies) yang melebar ke isu-isu yang tidak perlu. Di sinilah perlunya ilmu pengetahuan (di antaranya ilmu agama.
Saran yang relevan untuk kondisi ini adalah, agar semua agama kembali mendalami ajaran agamanya dengan baik serta mengenali agama saudara sebangsanya yang berbeda agar terhindar dari kesalahan semisal off side di sepakbola.
Sebagai a concluding remarks, bahwa memahami itu adalah mengerti suatu maksud, dan mengerti suatu maksud mempunyai atribute pengetahuan, dan pengetahuan dibangun dari pengalaman. Orang yang memahami perbedaan pastilah mengerti arti kata "harap maklum"
Kepentingan konyol
Kepentingan konyol sejauh ini muncul dari dunia usaha/bisnis dan hiburan (entertainment), terutama soal penggunaan atribut natal bagi karyawan muslim. Hampir tiap tahun selalu bermasalah. Alih-alih memanfaat momentum dan mengambil tema hari besar agama, dunia bisnis dan entertainment justru secara konyol melewati batas wilayah berbahaya bagi kebhinekaan. Dapat dipastikan, kekonyolan ini juga disebabkan kegagalan memahami perbedaan akibat kurangnya ilmu dan wawasan.
Keganjenan/kegenitan berpikir
Sekadar berpikir, bersikap dan bertindak sesuai keyakinan dan ilmu adalah legal dan dijamin undang-undang. Namun ada pula yang berpikir dan bertindak ganjen, genit, banyak gaya dan cari perhatian inilah yang mengkhawatirkan. Istilah Bang Haji Rhoma Irama; "terlalu!" Bisa jadi ini dari politisi, tokoh masyarakat atau entah siapalah. Ciri-cirinya; bangga berlebihan dengan tindakannya sendiri, membela diri dan pendapatnya sencara ngotot atas nama toleransi, merendahkan pendapat orang lain. Tujuan tindakan ini tidak lebih sekadar menggoda dan menohok secara satire bahkan pejoratif terhadap pihak yang tidak sependapat. Ada kalanya sekadar menjilat carimuka atasan, kolega atau sekadar cari sensasi ibarat pepatah Arab "Bul 'alaa zamzam fatu'raf!"
Akibatnya muncullah ketegangan dan ejekan yang berbalas-balasan, bahkan tindakan intoleran dari orang-orang yang kurang sabar.
Upaya-upaya jahat merusak kebhinekaan
Mungkin ini mirip teori konspirasi. Meski sulit dibuktikan namun dapat dirasakan. Dalam sejarah selalu ada pihak-pihak yang menangguk di air keruh. Memperkeruh air sebagai tindakan prakondisi, air keruh sebagai kondisi ideal menangguk ikan. Yang jelas ini upaya dari pihak ketiga yang ingin kebhinekaan rusak. Itu saja.
~~~~~~~~~~
Kembali ke kaidah fikih yang ditulis di awal, bahwa soal kontroversi hal ihwal natal yang sudah dan masih terus terjadi sebaiknya menjadi pengetahuan yang sebatas dimaklumi. Debat kontoversial ini lebih banyak kerusakannya dibanding maslahatnya. Karena itu, menghindari kerusakan (preventif) lebih didahulukan dari mengambil maslahat. Inilah upaya bersama merawat kebhinekaan. Bagi umat Islam, menurut saya, ayat : لكم دينكم و لي دين harusnya menjadi dalil dasar untuk mengokohkan kebhinekaan. Walláhu a'lam bi al shawáb.
(Muhammad Nasir/Kari Bagindo Sati/26-12-2016)
04 February 2016
ZAMAN JAHILIYAH
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-NYA kepada kita. Selanjutnya, Shalawat beriring salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam JAHILIYAH kepada alam yang penuh dengan ILMU PENGETAHUAN sebagaimana adanya sekarang ini…
Kalimat di atas sering terdengar bila seseorang akan memulai pidato atau membawakan acara. Kalimat tersebut memang berbentuk pembuka (muqaddimah) sebuah pidato (khatabah) atau sebuah tulisan. Persoalannya bukan terletak pada statusnya sebagai kalimat pembuka. Namun jika dicermati kata yang bergaris tebal (bold) di atas, maka akan terlihat dua keadaan kontras yang menunjukkan upaya perubahan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW.
Frasa Jahiliyah dalam terjemahan bebas berarti bodoh atah kebodohan. Apakah frasa ini mengandung kebenaran bila dikonfirmasi dengan beberapa pencapaian kemajuan bidang ilmu pengetahuan bangsa Arab ketika itu atau dengan beberapa aspek intelektualitas lainnya.
Frasa ilmu pengetahuan menunjukkan keadaan yang tercerahkan dengan ilmu dan pengetahuan. Jika pembaca muqaddimah ini tidak cermat dan hati-hati, bisa saja terjadi kesalahan dalam pemahaman serta kesalahan dalam memotret sejarah masyarakat sebelum kedatangan Agama Islam.
Oleh sebab itu, bagi pembelajar sejarah harus dapat menjelaskan apa yang dimaksud dengan kata jahiliyah dalam konteks sejarah dan peradaban Islam.
Kalimat di atas sering terdengar bila seseorang akan memulai pidato atau membawakan acara. Kalimat tersebut memang berbentuk pembuka (muqaddimah) sebuah pidato (khatabah) atau sebuah tulisan. Persoalannya bukan terletak pada statusnya sebagai kalimat pembuka. Namun jika dicermati kata yang bergaris tebal (bold) di atas, maka akan terlihat dua keadaan kontras yang menunjukkan upaya perubahan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW.
Frasa Jahiliyah dalam terjemahan bebas berarti bodoh atah kebodohan. Apakah frasa ini mengandung kebenaran bila dikonfirmasi dengan beberapa pencapaian kemajuan bidang ilmu pengetahuan bangsa Arab ketika itu atau dengan beberapa aspek intelektualitas lainnya.
Frasa ilmu pengetahuan menunjukkan keadaan yang tercerahkan dengan ilmu dan pengetahuan. Jika pembaca muqaddimah ini tidak cermat dan hati-hati, bisa saja terjadi kesalahan dalam pemahaman serta kesalahan dalam memotret sejarah masyarakat sebelum kedatangan Agama Islam.
Oleh sebab itu, bagi pembelajar sejarah harus dapat menjelaskan apa yang dimaksud dengan kata jahiliyah dalam konteks sejarah dan peradaban Islam.
Subscribe to:
Posts (Atom)