16 March 2025

Kekeliruan Logis dalam Argumen "Kuliah Tidak Menjamin Kesuksesan"

Pernyataan bahwa "kuliah tidak menjamin kesuksesan" sering digunakan oleh mereka yang meragukan pentingnya pendidikan tinggi. Pernyataan ini sekilas masuk akal, karena memang ada individu sukses tanpa gelar sarjana dan ada pula lulusan perguruan tinggi yang menganggur. Namun, jika dianalisis lebih dalam, argumen ini sering kali mengandung berbagai kekeliruan logis yang melemahkan validitasnya.


Generalisasi Terburu-Buru

Salah satu kesalahan paling umum dalam argumen ini adalah generalisasi terburu-buru. Contoh individu seperti Steve Jobs, Mark Zuckerberg, atau Elon Musk sering dikutip sebagai bukti bahwa kuliah tidak diperlukan untuk sukses. Namun, menggunakan beberapa kasus luar biasa ini untuk menyimpulkan bahwa pendidikan tinggi tidak penting adalah kekeliruan berpikir. Seperti dijelaskan oleh Zenius (2022), generalisasi terburu-buru terjadi ketika seseorang menarik kesimpulan berdasarkan sampel yang tidak representatif. Fakta bahwa beberapa orang sukses tanpa kuliah tidak berarti bahwa mayoritas individu akan mencapai hal yang sama dengan menempuh jalur serupa.


Kesalahan Sebab-Akibat

Ada pula yang berargumen bahwa karena banyak lulusan perguruan tinggi yang menganggur, maka kuliah tidak menjamin pekerjaan. Ini adalah contoh kesalahan sebab-akibat, di mana hubungan antara dua peristiwa disalahartikan sebagai hubungan kausal langsung. Pengangguran lulusan perguruan tinggi tidak selalu disebabkan oleh pendidikan tinggi itu sendiri, melainkan oleh berbagai faktor lain, seperti kondisi ekonomi, ketimpangan antara keterampilan dan kebutuhan pasar kerja, atau lemahnya jaringan profesional individu. Data dari World Bank (2022) menunjukkan bahwa di banyak negara, tingkat pengangguran justru lebih tinggi di kalangan mereka yang hanya memiliki pendidikan menengah dibandingkan mereka yang memiliki pendidikan tinggi.


Dikotomi Palsu

Argumen ini juga sering membangun dikotomi palsu seolah-olah hanya ada dua pilihan ekstrem: kuliah menjamin kesuksesan atau kuliah sama sekali tidak berguna. Padahal, realitas jauh lebih kompleks. Ada banyak faktor lain yang memengaruhi kesuksesan seseorang, seperti pengalaman kerja, keterampilan praktis, jejaring sosial, dan karakter pribadi. Sebagaimana dijelaskan oleh Primaindisoft (2015), dikotomi palsu adalah kesalahan berpikir yang membatasi pilihan hanya pada dua opsi, padahal bisa ada lebih banyak kemungkinan.


Serangan Pribadi

Dalam beberapa diskusi, mereka yang mendukung pendidikan tinggi sering kali diserang secara pribadi alih-alih argumen mereka yang dibantah secara rasional. Mereka yang mendorong pentingnya kuliah kadang-kadang disebut sebagai "terlalu akademis" atau "tidak memahami realitas dunia kerja." Ini adalah contoh ad hominem, yaitu upaya mendiskreditkan lawan debat tanpa menanggapi substansi argumennya.


Beban Pembuktian yang Dibalik

Sering kali, kelompok skeptis menantang pendukung pendidikan tinggi untuk membuktikan bahwa kuliah menjamin kesuksesan, padahal merekalah yang seharusnya membuktikan klaim mereka bahwa kuliah tidak bermanfaat. Dalam debat yang sah, pihak yang membuat klaim harus menyediakan bukti untuk mendukung klaim tersebut, bukan sekadar meminta pihak lain untuk membuktikan sebaliknya (Primaindisoft, 2015).


So... What...?

Meskipun benar bahwa kuliah tidak serta-merta menjamin kesuksesan, pernyataan ini sering kali disampaikan dengan argumen yang mengandung berbagai kekeliruan logis. Menggunakan contoh individu sukses tanpa kuliah sebagai bukti bahwa kuliah tidak penting adalah bentuk generalisasi terburu-buru. Mengaitkan pengangguran lulusan universitas dengan ketidakefektifan pendidikan tinggi adalah kesalahan sebab-akibat. Dikotomi palsu, serangan pribadi, dan pembalikan beban pembuktian semakin melemahkan argumen ini. Jika ingin berdebat secara rasional, kita perlu menyusun argumen yang lebih berbasis data dan terbebas dari kekeliruan berpikir.


Bacaan lebih lanjut:

Zenius. (2022). Definisi Logical Fallacy (Sesat Pikir) dan 24 Jenis-Jenisnya yang Perlu Kamu Tahu. zenius.net

Primaindisoft. (2015). Logical Fallacy dalam Memilih Jurusan. primaindisoft.com

World Bank. (2022). Higher Education and Economic Growth. worldbank.org

No comments: